Pilkada 2024

Jelang Pensiun, Dosen Fisip Unsri, Zulfikri Zuleman Ajak Anak Muda Teladani Sosok Bung Hatta

Dalam penjelasannya, Hatta memiliki pandangan dua demokrasi, yakni demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. 

|
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Arief Basuki Rohekan
FISIP UNSRI Gelar Orasi Ilmiah & Diskusi Demokrasi Hatta dan Relevansinya pada Pilkada Serentak 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar orasi Ilmiah dan diskusi Demokrasi Hatta dan Relevansinya pada Pilkada serentak, jelang rangka purna bhakti dosen Fisip Unsri, Dr Zulfikri Suleman MA sebagai ASN dosen Fisip Unsri di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Sabtu (10/8/2024). 

Dalam kegiatan tersebut, Dr Zulfikri Suleman MA, mengajak para generasi muda calon pemimpin kedepan, untuk mengambil pelajaran dari sosok teladan pahlawan Nasional Bung Hatta. 

Menurut Zulfikri, hal tersebut harus dilakukan karena identitas suatu bangsa terukur pada bangsa tersebut, dan dalam bentuk pemikiran bapak bangsa Bung Hatta bisa jadi teladan perilaku pemimpin terdahulu. 

Dalam penjelasannya, Hatta memiliki pandangan dua demokrasi, yakni demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. 

Dengan kutipan singkat, tidak sulit mengatakan kerangka ketatanegaraan Hatta menginginkan Indonesia merdeka, dengan demokrasi parlementer. 

"Usaha bersama atas azaz kekeluargaan, dan dalam UUD  dikongkritkan lagi produksi untuk semua dibawah pimpinan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat diutamakan bukan orang perorang dan salah satu itu koperasi," kata Zulfikri.

Baca juga: FISIP Universitas Sriwijaya dan Universitas Terbuka Palembang Perkokoh Sinergi dan Kolaborasi

Baca juga: Debat Cawapres 2024, Pengamat Politik Fisip Unsri Ardiyan Saptawan: Gibran Buat Kejutan

Ia menyatakan rakyat yang berdaulat dan berdemokrasi, merupakan titik tertinggi dari demokrasi.

Dengan rakyat berdaulat yaitu memiliki organisasi yang baik, kader-kader dan rakyat yang insyaf. 

"Kader organisasi sebagai calon pemimpin, dia menginginkan kader lebih militan dan bertanggung jawab. Keinginan Hatta ini sendiri sejak tahun 1820 mengusung konsep politik pendidikan untuk melawan penjajah," tuturnya.

Dari kacamata politik, Zulfikri menjelaskan Parpol sebagai pragmatis dan meraih kekuasaan kecuali PDIP dan PKS.  

Kedua, kader partai bukan sebagai dibayangkan Hatta dimana teguh pendirian, dan siap menghadang kesulitan.

Ketiga sebagai akibat rakyat yang ikut menjadi pemilih bukan yang diimpikan Hatta. 

"Yakni rakyat yang insyaf secara politik. Ketika memilih masih bimbang seperti transaksional dan emosional," jelas Zulfikri mengutip ucapan Bagindo Togar. 

Maka dari itu, Zulfikri, mengajak generasi muda untuk mendalami pemikiran dan meneladani perilaku Bung Hatta, dan memahami sehingga dapat menapaki bangsa yang demokratis. 

Senada dijelaskan Prof Erry Yulian T Andesta, yang mencontohkan demokrasi di Inggris yang konservatif, bahwa sesungguhnya rakyat harus diberdayakan

Sementara, Dosen Fisip Universitas Andalas Prof Dr H Asrinaldi menjelaskan, apa yang dibicarakan Hatta beberapa puluh tahun yang lalu, masih segar dalam ingatan bahwa Bung Hatta, menjadi inspirasi. 

"Jika kita mengikuti apa yang diinginkan Bung Hatta, tentu kita tidak akan kehilangan arah. Kedepankan konteks pendidikan politik," tandasnya. 

Ditambahkan Asrinaldi, jika yang terjadi saat ini, terkesan ada kekuatan- kekuatan yang menampikan aspirasi masyarakat, dengan masyarakat terkurung dengan menu- menu yang diinginkan parpol yang dianggap tidak demokrasi. 

"Masyarakat tidak ada pilihan apa yang ditawarkan parpol, sehingga apa yang terpilih nanti tidak sesuai keinginan masyarakat, dengan beragam hal yang terjadi, " pungkasnya. 

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved