Berita UMKM
Sudah Berjalan Tiga Generasi, Kasur Lihab Palembang Kini Tergerus Zaman, Sejak 2021 Mulai Sepi
Kasur lihab atau kasur lantai yang bisa dilipat sudah ada sejak akhir tahun 1980an di Palembang.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Slamet Teguh
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kasur lihab atau kasur lantai yang bisa dilipat sudah ada sejak akhir tahun 1980an di Palembang.
Kasur lihab ini memiliki ciri khas yang diisi dengan kapuk.
Pada tahun 1990an banyak pengrajin ataupun penjual kasur lihab ini, seperti di sepanjang Jalan Merdeka.
Namun sayangnya kini sudah mulai berkurang karena tergerus zaman.
"Untuk Toko Kasur Asssahaz ini sudah ada sejak tahun 1990an. Ini dulu punya yai (kakek), kini sudah generasi ketiga yang melanjutkan usaha penjualan kasur lihab ini," kata Pengelola Toko Kasur Asssahaz Acik, Selasa (6/8/2024).
Menurut Acik yang memiliki sembilan sudara ini, ia dipercaya untuk mengelola Toko Kasur Asssahaz ini.
Disini menjual kasur lihab dari ukuran 80 cm hingga 180 cmx180.cm.
Untuk harganya mulai dari Rp 200 ribu.
"Kasur lihab ini harganya lumayan karena isinya asli kapuk yang didatangkan langsung dari Jawa. Kapuk dari Jawa ini kualitasnya bagus dan sudah bersih," ungkapnya.
Menurutnya, kalau dulu nya ramai yang beli namun sejak tahun 2021 sudah mulai berangsur-angsur sepi.
Dalam satu bulan paling hanya belasan kasur lihab yang terjual.
"Kita ada buat sendiri, ada dua orang pekerja yang mengisi kapuk untuk kasur lihab ini. Dalam satu hari masing-masing paling hanya bisa buat satu kasur, terlebih sudah susa juga pekerja yang mau mengerjakannya," katanya.
Menurutnya, karena memang perkembangan zaman maka kini banyak pilih tempat duduk atau kasur yang modern berisikan busa.
Untuk itu ia pun tetap berupaya berinovasi dengan menghadirkan kasur lihab yang ada motif kekinian seperti Lv dan lain-lain, tidak hanya motif bunga-bunga atau polosan saja.
Hal yang sama diungkapkan oleh Toko Kasur Lihab Rosidi, bahwa untuk saat ini penjualan kasur libah ini sepi pembeli.
Dalam satu bulan hanya belasan kasur terjual.
"Meskipun begitu kita tetap bertahan, menjualnya. Untuk pembelinya ada dari Palembang, luar Palembang seperti Jakarta dan lain-lain. Biasanya mereka beli saat jalan-jalan ke Palembang," katanya.
Sedangkan Sejarawan Sumsel Kemas Ari Panji menambahkan, kasur lihab ini dari budaya Palembang. Awalnya buat bantal pakai kapuk, lalu acara di rumah duduk lesehan bersila dilapisi kasur lihab. Sebab zaman dulu belum ada kursi mewah.
"Kasur lihab ini ada sejak akhir tahun 1980an dan semakin dikenal sejak tahun 1990 an. Dinamakan lihab, karena kasurnya bisa dilipat," katanya.
Menurut Ari Panji, kasur lihab sekarang tergerus oleh adanya kasur busa dan lain-lain yang mewah, lebih tahan dengan harga yang bervariasi. Kasur lihab sekarang dianggap ketinggalan model.
"Menurut saya yang masih bertahan tetaplah bertahan, hanya perlu ditingkatkan promosinya jangan mundur. Tetap pertahankan tradisi yang ada," katanya.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com
Inovasi Baru NR Florist Linggau, Sediakan Ucapan Lewat Bibit Tanaman Buah |
![]() |
---|
Kisah Salim, Masih Bertahan Jadi Pembuat Mainan Kapal dan Pesawat Gabus Khas 17 Agustus di Palembang |
![]() |
---|
Emas Kawin Dijadikan Modal, Fadli Sukses Rintis Percetakan di Palembang, Beromzet Ratusan Juta/Bulan |
![]() |
---|
Kemplang Panggang Tata, Perjuangan Warga OKU Timur dari Warung Kecil Hingga Beromzet Jutaan Per Hari |
![]() |
---|
Keluar dari Zona Nyaman Usahawan Muda di Lahat ini Berhasil Kembangkan Usaha Beromzet Ratusan Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.