Karhutla di Sumsel

Hujan di Palembang, Banyuasin dan OKI Hari Ini Terjadi Karena Operasi Modifikasi Cuaca BMKG

Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wandayantolis mengatakan, hari pertama kegiatan OMC  telah dilakukan penyemaian garam (NaCl) satu sortie.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com
Ilustrasi - Hujan di Palembang, Banyuasin dan OKI Hari Ini Terjadi Karena Operasi Modifikasi Cuaca BMKG 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Salah satu upaya dalam rangka pencegahan dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) adalah pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), sehingga target zero asap di wilayah Sumatera Selatan dapat terwujud.

Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wandayantolis mengatakan, pada hari Kamis (4/7/2024) hari pertama kegiatan OMC  telah dilakukan penyemaian garam (NaCl) satu sortie.

"Selanjutnya team yang tergabung dalam kegiatan OMC mendapatkan hasil evaluasi bahwa hari ini, Jumat (5/7) terukur adanya curah hujan dibeberapa lokasi seperti OKI, Palembang sekitarnya dan wilayah Banyuasin dengan intensitas ringan hingga sedang," kata Wandayantolis, Jumat (5/7/2024).

Selanjutnya pada hari kedua yaitu hari ini, Jumat (5/7) juga telah dilaksanakan penyemaian di lokasi yang menjadi target pembasahan lahan gambut pada siang hari ini.

Dimana secara analisis dari dinamika atmosfer hari ini diprakirakan berpotensi hujan ringan.

"Harapannya dengan dilakukan penyemaian garam melalui OMC maka hujan yang jatuh bisa bertambah intensitasnya dari ringan menjadi hujan intensitas sedang hingga lebat," ungkapnya.

Baca juga: BMKG Bakal Tebar Garam Untuk Modifikasi Cuaca di Sumsel Selama 10 Hari, Upaya Tangani Karhutla

Baca juga: Berjibaku, 4 Hektare Lahan yang Terbakar di Banyuasin Berhasil Dipadamkan, Petugas Masih Bersiaga

Menurutnya, Sumsel secara dominan sudah memasuki musim kemarau pada bulan Juni 2024 dan akan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Juli hingga Agustus 2024. 

"Kegiatan OMC di Sumsel sebagai operasi pembasahan lahan gambut dalam rangka pencegahan dan pengendalian potensi bencana Karhutla yang ada di Sumsel," katanya 

Menurutnya, secara prinsip OMC ini diharapkan dapat mempertahankan level tingkat kebasahan lahan gambut pada level 40 cm dari lapisan permukaan tanah termasuk pengisian kantong-kantong air yang berada di lokasi sekat-sekat pengendalian Karhutla.

Pelaksanaan OMC direncanakan dalam waktu 10 hari (4-14 Juli 2024) dengan bahan semai berupa garam (NaCl) sejumlah 8 ton dimana target setiap hari sebanyak dua sortie dengan target wilayah dibeberapa kabupaten/kota yang memiliki lahan gambut cukup luas dan berpotensi Karhutla seperti Kab OKI, Banyuasin, Musi Banyuasin dan Ogan Ilir.

"Upaya pencegahan melalui kegiatan OMC di Sumsel perlu ditingkatkan sebagai antisipasi awal potensi bencana Karhutla di Sumsel,  karena di tahun 2024 ini setidaknya telah terpantau adanya titik hotspot dibeberapa lokasi lahan gambut total hingga 400 titik," katanya.

Menurutnya, saat ini secara meteorologi masih ada peluang adanya awan-awan hujan yang potensi untuk dilakukan penyemaian garam melalui kegiatan OMC, sehingga kegiatan ini menjadi kontribusi nyata terhadap pengendalian bencana Karhutla dengan prinsip langit biru tanpa kabut asap.

"Berdasarkan data histori dampak Karhutla di tahun 2015, 2029 dan 2023 memiliki kemiripan karena kondisi iklim di Sumatera  Selatan berupa musim kemarau yang ditriger kembali oleh fenomena el nino," katanya.

Seperti diketahui beberapa dampak Karhutla berupa kabut asap telah merusak lingkungan dan kesehatan manusia berupa penyakit pernapasan, ISPA karena indeks pencemaran udara cukup tinggi yang secara linier menurunkan kualitas udara di wilayah Sumsel.

"Sumsel adalah salah satu propinsi yang memiliki lahan gambut yang cukup luas, tentu pada masa musim kemarau sangat rawan terhadap ancaman bencana Karhutla yang cukup masif," katanya 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved