Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior

Fakta Baru Putu Satria Tewas Dianiaya Senior, Pernah Curhat ke Pacar Sering Dipukul: Sakit Dadaku

Curhat pilu Putu Satria Ananta Rustika (19) junior Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) dianiaya seniornya hingga tewas ke pacarnya terungkap..

Penulis: Thalia Amanda Putri | Editor: Weni Wahyuny
Dokumentasi Putu Satria
Bukti Chat curhat Putu Satria Junior dianiaya senior di STIP hingga tewas ke pacar, pernah dipukuli sejak 2023 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Thalia Amanda Putri

TRIBUNSUMSEL.COM - Fakta baru Putu Satria tewas dianiaya senior di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta.

Ternyata, semasa hidupnya, Putu sempat curahkan isi hati ke pacar bahwa dirinya dianiaya senior.

Putu Satria sempat mengaku jika dirinya sering dipukuli oleh seniornya sejak akhir tahun 2023 silam.

Hal tersebut terkuak lewat pengakuan keluarga korban.

Saat itu kuasa hukum keluarga Putu Satria membagikan bukti percakapan korban dengan pacarnya.

"Betul (almarhum Putu pernah curhat ke pacarnya kalau dipukul senior). Sepertinya udah jadi kebiasaan (pukul memukul) di sana (STIP)," kata kuasa hukum keluarga Putu, Tumbur Aritonang saat dihubungi, Kamis (9/5/2024) kemarin dilansur dari 

Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta. Taruna STIP Putu Satria Ananta Rustika (19) diduga sempat dipukul sebanyak lima kali di bagian ulu hati. Terkuak nasib pelaku kini.
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta. Taruna STIP Putu Satria Ananta Rustika (19) diduga sempat dipukul sebanyak lima kali di bagian ulu hati. Terkuak nasib pelaku kini. (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino)

Di sanalah Putu mengirimkan foto untuk memberi informasi jika dadanya sakit karena habis dipukul.

"Intinya (isi percakapan) 'aku dipanggil terus sama senior, dipukulin terus-terusan, sakit dadaku, ulu hati terus yang diincar', Itu artinya," ucapnya.

Selain itu, Tumbur mengungkap bahwa sebenarnya Putu memang sudah menjadi incaran para seniornya selama mengenyam pendidikan di STIP.

"Jadi dia sering diincar sama seniornya. Kasihan junior-junior di sana (STIP) jadi samsak," ungkapnya.

Lebih jauh, sebelumnya peristiwa mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STPI) dikabarkan meninggal dunia pada Jumat (3/5/2024) menghebohkan publik.

Kabar tewasnya mahasiswa STPI tersebut dibenarkan oleh Kapolsek Cilincing Kompol Fernando Saharta Saragi.

"Iya benar (ada mahasiswa meninggal)," kata Fernando saat dihubungi, Jumat.

Sejauh ini, polisi menduga mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) berinisial P tewas karena dianiaya seniornya.

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan korban merupakan siswa tingkat satu di sekolah tersebut.

"Jadi awalnya, kami Polres Metro Jakarta Utara menerima LP (laporan) meninggalnya seseorang berinisial P. pada waktu kondisi meninggal ini ada di RS Taruma Jaya. Yang bersangkutan adalah salah satu siswa tingkat 1 di STIP," kata Gidion kepada wartawan, Jumat (3/5/2024).

Baca juga: Mayoret Terpercaya Kata-kata Senior Provokasi Tegar Saat Aniaya Junior STIP Hingga Tewas

Baca juga: Imbas Kasus Putu Tewas Dianiaya Senior, Penerimaan Mahasiswa Baru STIP 2024 Resmi Ditiadakan

Setelah mendapat laporan, kata Gidion, pihaknya berkoodinasi dengan pihak sekolah dan benar ada seseorang yang tewas.

Gidion, pihak kepolisian masih mendalami penyebab kematian mahasiswa tersebut. Namun, dugaan sementara ada penganiayaan dari seniornya.

"Ada dugaan akibat kekerasan yang dilakukan oknum seniornya tingkat 2 dalam kegiatan tadi pagi. yang dilakukan oleh senior-senior nya terhadap anak atau korban," ucapnya.


Polisi Periksa 43 Saksi

Sementara itu Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara telah memeriksa 43 orang saksi kasus tersebut.

"Jadi total saksi yang sudah kita lakukan pemeriksaan ada 43," ucap Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Utara, Kombes (Pol) Gidion Arif Setyawan di Polres Metro Jakarta Utara pada Kamis (8/4/2024).

Puluhan saksi tersebut terdiri dari 36 orang taruna STIP tingkat satu, dua, dan empat.

Kemudian pengasuh STIP, dokter klinik STIP, dokter Rumah Sakit Tarumajaya, ahli pidana, dan ahli bahasa.

Selain rekaman CCTV, juga ada beberapa barang bukti yang digunakan untuk mendukung penyidikan kasus ini.

"Kemudian barang buktinya berupa visum et repertum, pakaian korban, pakain tersangka, dan CCTV yang kemudian sudah dilakukan analisa digital," sambungnya.


3 Tersangka Baru

Sebelumnya, Tegar dijerat pasal 338 KUHP tentang pembunuhan juncto pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat.

Namun kini setelah 43 saksi itu diperiksa, polisi menemukan tiga tersangka baru yang turut andil dalam peristiwa nahas yang menimpa Putu Satria Ananta Rustika (19).

Terungkap 3 Sosok Tersangka Baru Senior Aniaya Junior STIP, Provokasi Tegar Untuk Pukuli Putu Satria
Terungkap 3 Sosok Tersangka Baru Senior Aniaya Junior STIP, Provokasi Tegar Untuk Pukuli Putu Satria (Tribun Jakarta)

"Kami menyimpulkan ada tiga pelaku lainnya yang terlibat dalam peristiwa kekerasan eksesif tersebut," tegas Gidion.

Tiga pelaku itu berinisial A, W, dan K, yang merupakan taruna tingkat II di STIP.

Kini ketiganya sudah ditahan polisi.

A, W, dan K memang tidak melakukan pemukulan kepada Putu.

Namun, ketiganya ikut andil untuk memperlancar tindak penganiayaan yang dilakukan pelaku utama, Tegar Rafi Sanjaya (21).

A berperan memanggil Putu pertama kali untuk turun ke lantai dua dan menggiringnya masuk ke dalam toilet pria.

Ia juga berperan sebagai pengawas lingkungan sekitar saat tindak kekerasan itu dilakukan.

"Ini yang diidentifikasi menurut persepsi senior tadi, salah atau menggunakan pakaian olahraga memasuki ruang kelas dengan mengatakan 'Woi, tingkat satu yang pakai PDO (pakaian dinas olahraga), sini!'," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, Rabu (8/5/2024) malam.

"Jadi turun dari lantai 3 ke lantai 2. Lalu FA juga berperan menjadi pengawas ketika kekerasan eksesif terjadi di depan pintu toilet dan ini dibuktikan dari CCTV kemudian keterangan para saksi," sambungnya.

Baca juga: Nasib 4 Senior Aniaya Putu Satria Junior STIP Tewas, Dicopot Dari Taruna & Terancam 15 Tahun Penjara

Sementara WJP mendorong Tegar untuk melakukan kekerasan dengan berkata, 'Jangan malu-maluin kasih paham'.

"Saudara W mengatakan 'Jangan malu-maluin CBDM, kasih paham'. Ini bahasa mereka, maka itu kami menggunakan atau melakukan pemeriksaan terhadap ahli bahasa, karena memang ada bahasa-bahasa pakemnya mereka yang kemudian mempunyai makna tersendiri," papar Gidion.

Sedangkan K atau KAK menunjuk Putu menjadi orang pertama untuk dipukuli.

"Peran KAK adalah menunjuk korban sebelum dilakukan kekerasan eksesif oleh tersangka TRS, dengan mengatakan "adikku aja nih, mayoret terpercaya.

Ini juga kalimat-kalimat yang hanya hidup di lingkungan mereka, mempunyai makna tersendiri di antara mereka," jelas Kapolres.

Tegar memukul Putu di bagian ulu hatinya sebanyak lima kali hingga terkapar lemas.

Lidah Putu juga ditarik oleh Tegar hingga akhirnya tewas.

Atas perbuatannya, ketiga rekan seangkatan Tegar dijerat pasal 55 juncto 56 KUHP karena keikutsertaan melakukan tindak pidana.

"Ancaman hukumannya sama konstruksi pasal kemarin ya. Hanya mungkin perbedaan di pembelaan atau mungkin ada pemberatan atau pengurangan tambahan karena pasal 55," kata Gidion dilansir dari Tribun Jakarta.

"(Ancaman hukuman terhadap tiga tersangka baru) masih 15 tahun," sambung Gidion.


Dicopot Dari Taruna STIP

Tersangka Tegar dan ketiga rekannya kini dicopot dari status taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP).

"Untuk terduga taruna pelaku, BPSDM Perhubungan akan langsung mencopot statusnya sebagai taruna agar tidak mengganggu proses hukum," kata Kepala Bagian Umum Sekretariat BPSDMP Ariandy Samsul B, dalam keterangannya, Sabtu (4/5/2024).

Sementara itu, Ariandy menambahkan manajemen kampus juga bertanggung jawab dan kooperatif terhadap proses penyidikan yang dilaksanakan kepolisian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dia mengimbau kampus lainnya meningkatkan pengawasan secara ketat terkait kegiatan taruna.

"Ini untuk mencegah terulangnya kejadian sesuai peraturan pola pengasuhan,” ujarnya.


CCTV Detik-detik Putu Satria Tewas Dianiaya Tegar Senior STIP Jakarta

Sebelumnya, rekaman CCTV yang memperlihatkan detik-detik Putu Satria Ananta Rustika (19) mahasiswa di sekolah tinggi ilmu pelayaran (STIP) Jakarta pingsan usai dianiaya senior beredar.

Nasib 4 Senior Aniaya Putu Satria Junior STIP  Tewas, Dicopot Dari Taruna & Terancam 15 Tahun Penjara
Nasib 4 Senior Aniaya Putu Satria Junior STIP Tewas, Dicopot Dari Taruna & Terancam 15 Tahun Penjara (IST Tribun Bali / Tribun News)

Dalam video tersebut, Putu kondisi sudah tak sadarkan diri terlihat dibopong oleh lima orang taruna.

Adapun salah seorang taruna yang ikut membopong yakni Tegar Rafi Sanjaya (21) kini ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.

Tampak situasi di sekitar pada saat itu terdapat beberapa taruna STIP lainnya, namun mereka terlihat hanya halu lalang begitu saja.

Adapun terkait hal ini sebelumnya polisi juga telah menerangkan mengenai kronologi sebelum, sesaat dan setelah insiden penganiayaan yang dialami oleh Putu Satria pada Jum'at (3/5/2024) pagi lalu.

Baca juga: Jangan Nakal Pesan Ibu Tegar Sebelum Anak Aniaya Junior STIP Hingga Tewas, Tenangkan Diri Kecewa

Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Hady Saputra Siagian menjelaskan, saat itu, mahasiswa tingkat dua sedang ada kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan, mahasiswa tingkat satu tengah berkegiatan olahraga.

Korban bersama keempat teman sejawatnya hendak menuju ke kamar asrama untuk memanggil rekan-rekannya yang tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga.

Namun, saat hendak kembali untuk mengikuti kegiatan olahraga, korban bersama keempat rekannya bertemu dengan empat orang senior tingkat dua.

Para senior itu mengajak lima orang juniornya ke toilet lantaran melihat korban dan keempat temannya melakukan kesalahan lantaran mengenakan pakaian olahraga.

"Begitu turun, ketemu sama tingkat dua, mungkin ada yang salah, silihatnya menggunakan pakaian olahraga, dipanggil senior-seniornya itu," kata Hady, Sabtu (4/5/2024) lalu.

"Diajak (senior), 'ayo ikut saya'. Ketika bertemu antara taruna tingkat satu dengan taruna senior tingkat dua, melihat ada yang salah, (junior) suruh ikut ke kamar mandi," tambah Hady.

Selanjutnya, lima orang junior termasuk korban berada di dalam toilet bersama empat orang senior.

Saat itu, tersangka Tegar Rafi Sanjaya (21) sempat menyampaikan kalimat 'mana yang paling kuat?' kepada para juniornya.

Kemudian, korban yang merasa bahwa dia adalah ketua kelompok dari mahasiswa tingkat satu mengatakan, 'saya yang paling kuat'. Setelah itu penindakan dari senior terhadap juniornya terjadi.

"Penindakan yang dilakukan ini menggunakan kekerasan tangan kosong, tidak menggunakan alat apa-apa, jadi pemukulan menggunakan tangan kosong," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan, kepada wartawan, Sabtu malam.

Adapun tindakan kekerasan dilakukan secara eksesif dan berakibat fatal.

Sekira pukul 07.55 WIB, korban menjadi orang pertama yang mendapatkan pemukulan dari tersangka.

Gidion mengatakan, pemukulan di bagian ulu hati korban dilakukan sebanyak 5 kali. Hal tersebut berlangsung hingga korban pingsan dan terjatuh.

Karena panik, para senior alias mahasiswa tingkat dua STIP Jakarta itu meminta empat orang mahasiswa tingkat satu keluar dari toilet.

"Di kamar mandi itu ada 5 orang (junior), korban adalah yang mendapatkan pemukulan pertama dan yang empat (rekannya) belum sempat (ditindak senior)," ucapnya.

Mengetahui korban pingsan, tersangka bersama beberapa rekan satu tingkatnya panik dan membawa korban ke ruang kelas, yang berada di samping toilet tempat kejadian perkara (TKP).

Ia mengatakan, tersangka melakukan penyelamatan dengan memasukkan tangan di bagian mulut, sehingga mengakibatkan organ vital korban tidak mendapatkan asupan oksigen.

"Menurut tersangka nih ya, penyelamatan (dengan cara) memasukkan tangan di mulut untuk menarik lidahnya. Tapi itu justru yang menutup saluran (pernapasan), korban meninggal dunia," jelas Gidion.


Putu Satria Ingin Naikkan Derajat Keluarga

Kematian Putu Satria Ananta Rastika (19) yang tewas dianiaya senior STIP membuat sang ibu tak mampu membendung tangis.

Apalagi saat itu, Ni Nengah Rusmini, ibu Putu Satria atau akrab disapa Rio menemukan cacatan tulisan putranya.

Sebelum tewas dianiaya senior di STIP Jakarta,Putu Satria Ananta(19) menuliskan harapan dan cita-cita di cacatannya, ingin mengangkat derajat keluarga
Sebelum tewas dianiaya senior di STIP Jakarta,Putu Satria Ananta(19) menuliskan harapan dan cita-cita di cacatannya, ingin mengangkat derajat keluarga (Tribun Bali/Eka Mita Suputra)

Ia merasa terpukul setelah menemukan catatan Putu Satria mengungkapkan harapan dan cita-citanya.

"Saya orang yang mudah bergaul dan beradaptasi, kekurangan saya pelupa.

Saya dilahirkan untuk mengangkat derajat keluarga.

Tugas saya di keluarga adalah memberikan contoh kepada adik-adik saya.

Tugas saya kepada negara, adalah mengabdi dan membangun bangsa ini.

Tugas saya untuk diri sendiri adalah, menjadi seseorang yang bermanfaat pada lingkungan."

Demikian catatan Putu Satria yang ia tulis dengan tulisan tangan.

Membaca catatan itu, Nengah Rusmini tak kuasa menahan tangis.

Perasaanya begitu terluka, membaca catatan sang putra yang memiliki motivasi untuk mengangkat derajat keluarga, hingga menjadi contoh tauladan bagi adik-adiknya.

"Catatan ini baru saja saya baca. Saya dapat buku ini di kamar Rio (panggilan akrab Putu Satria). Saya berpikir, berarti apapun yang saya kasi tau, dijadikan motivasi oleh anak saya," ungkapnya sembari terisak, dilansir dari Tribunbali.com

Baca juga: Terungkap 3 Sosok Tersangka Baru Senior Aniaya Junior STIP, Provokasi Tegar Untuk Pukuli Putu Satria

Disisi lain, foto masa kecil Putu Satria masih terpajang di tembok rumahnya.

"Ini foto Rio, saat usia 4 tahun. Tangannya saat itu patah. Dia anak yang sangat bersemangat," ujarnya sembari menatap foto yang terpasang di kamar putranya itu, Rabu 8 Mei 2024.

Kamar Putu Satria saat itu tampak rapi. Beberapa pakaiannya telah dikemas oleh sang ibu, untuk dibawa pada saat upacara pengabenan yang rencana akan dilaksanakan, Jumat 10 Mei 2024.

Di atas meja, laptop milik Putu Satria terpajang rapi.

Foto-foto Putu Satria dari kecil hingga foto saat Satria telah menjadi taruna di STIP Jakarta.

Ibu dari tiga anak itu benar-bebar berusaha tegar, saat memandangi barang-barang milik sang putra.

Namun kesedihan kembali teraut dari wajahnya, saat sembari menatapi foto putranya tersenyum saat masih balita.

"Anak saya ini memang dari kecil suka foto bergaya," kenang Nengah Rusmini.

Ia lalu menunjukan seragam Putu Satria ketika SMA.

Seragam itu sudah penuh coretan saat perayaan kelulusan.

Mulai dari kesan-kesan, hingga gambaran knalpot sepeda motor.

Selama ini Putu Satria memang dikenal memiliki kegemaran dengan motor dua rak.

"Baju ini tidak boleh diambil atau ditaruh ke bawah kata Rio. Ini kenang-kenangannya saat SMA," ungkapnya.

Kini semua itu hanya jadi peninggalan dari Putu Satria unutk keluarga yang ditinggalkan.


Keluarga Minta Keadilan

Selain itu ibu Putu Satria mengungkapkan kejadian pilu yang menimpa putranya kepada menhub Budi Karya Sumadi.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mendatangi rumah duka di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali, pada Kamis (9/5/2024).

Baca juga: Isi Rekaman CCTV Putu Satria Mahasiswa STIP Jakarta Tewas Dianiaya Senior, Dibopong dari Toilet

Dalam ratapannya, sang ibu, Ni Nengah Rusmini, meyakini pelaku yang menganiaya putranya lebih dari satu orang.

Pasalnya kondisi korban yang sudah babak belur dinilai tidak mungkin hanya dianiaya oleh satu orang.

"Saya yakin lebih, Pak. Karena saya lihat tangannya (menunjuk lengan) ada lebam. Enggak mungkin (hanya satu pelaku), hidungnya berdarah, bibirnya sampai hancur," kata dia di depan peti jenazah anaknya, dilansir dari Kompas.com, Kamis.

Sambil menangis, Rusmini meminta agar anaknya mendapat keadilan seadil-adilnya dan para pelaku lainnya juga harus ditangkap.

"Mohon pelaku ditangkap, beri kami keadilan seadil-adilnya, Pak," pintanya kepada Budi.

Mendengar tangisan itu, Budi hanya bisa meminta Rusmini untuk percaya dengan proses hukum yang sedang ditangani pihak kepolisian.

"Itu sudah ditangani polisi. Saya enggak tahu satu atau dua orang," katanya sembari menepuk pundak Rusmini penuh iba.

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

(*)

Baca juga berita lainnya di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved