Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Putu Kuak Dugaan Motif Tegar Aniaya Korban Berujung Tewas, Singgung Soal ke China

Dugaan keluarga korban, Putu Satria Ananta Rustika (19) terkait motif tersangka aniaya junior hingga tewas.

Penulis: Laily Fajrianty | Editor: Moch Krisna
Tribunnews.com
Kasus penganiayaan Taruna STIP (kiri) pelaku, korban Putu Satria Ananta Rustika (kanan). 

TRIBUNSUMSEL.COM - Dugaan keluarga korban, Putu Satria Ananta Rustika (19) terkait motif tersangka aniaya junior hingga tewas.

Diketahui, korban tewas bernama Putu Satria Ananta Rustika, taruna tingkat I asal Klungkung, Bali yang dianiaya senior tingkat II, berinisial T (21).

Kasus penganiayaan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Jakarta terjadi pada Jumat (4/5/2024) pagi.

Akibat penganiayaan tersebut, korban mengalami luka lebam pada bagian ulu hati.

Saat diperiksa, Tegar mengaku melakukan penganiayaan karena korban masih mengenakan seragam olahraga.

Pemukulan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan hukuman kepada korban yang masih junior.

Namun, keluarga korban menduga ada motif lain dalam kasus ini.

Paman korban, Nyoman Budiarta, ikut mendampingi keluarga berangkat ke Jakarta untuk menjemput jenazah.

Menurutnya, pelaku penganiayaan lebih dari satu orang lantaran senior korban juga ada di TKP.

"Mungkin banyak orang (pelaku). Masih ada pemeriksaan oleh kepolisian," ungkapnya, Sabtu (4/5/2024), dikutip dari TribunBali.com.

Baca juga: Pemicu TRS, Senior Taruna STIP Aniaya Putu Satria Hingga Tewas, Tantang Siapa yang Paling Berani

Ia juga meyakini motif pemukulan terhadap korban, tidak sebatas karena keponakannya salah menggunakan seragam.

Namun ada dugaan karena kecemburuan dan iri hati dari seniornya. Mengingat Putu Satria terpilih sebagai mayoret dan berkesempatan ke Tiongkok.

"Informasi dari pembinanya, keponakan saya ini lolos mayoret dan akan dikirim ke Cina (Tiongkok)," terangnya.

Pihak keluarga berharap pelaku penganiayaan dihukum seberat-beratnya.

Ia juga meminta kepolisian mengusut kasus ini hingga tuntas.

"Hasil autopsi mungkin nanti diungkap di pengadilan. Kami menuntut keadilan, agar tidak ada yang ditutup-tutupi dari kasus ini. Tersangka bisa dihukum seberat-beratnya," tegasnya.

Baca juga: Tangis Keluarga Putu Satria Mahasiswa STIP Jakarta Tewas Dianiaya Senior, Minta Pelaku Dihukum Berat

Jenazah sementara berada di RSUD Klungkung, Bali sembari menunggu prosesi upacara Ngaben pada Jumat (10/5/2024) mendatang.

Sebelumnya, motif lainnya yang beredar, yakni Putu Satria dan 4 rekannya menggunakan pakaian olahraga pada Jumat (3/5//2024) pagi.

Padahal saat itu seharusnya menggunalan seragan dinas.

Hal ini diketahui oleh seniornya, dan menjadi alasan melakukan kekerasan terhadap korban dan empat rekannya.

Sementara untuk hasil autopsi terhadap korban, tidak disampaikan langsung ke keluarga.

Permintaan Terakhir Korban

Pihak keluarga telah menyiapkan upacara pengabenan untuk Putu Satria. Keluarga sudah berkoordinasi dengan sulinggih, dan upacara pengabenan Putu Satria rencana akan digelar Jumat (10/5/2024).

“Informasi keluarga, upacara pengabenan akan digelar 10 Mei 2024," ujar Perbekel Desa Gunaksa, I Nengah Sadiarta.
Jenazah Putu Satria disemayamkan di IPJ RSUD Klungkung, dan akan dipulangkan ke rumah duka di Desa Gunaksa Klungkung pada Kamis (9/5/2024).

Sementara ayah dari Putu Satria, Ketut Swastika terselubung duka. Ia sangat ingat komunikasi terakhirnya dengan sang putra.

"Terakhir komunikasi di WA saat libur tanggal 1 Mei lalu. Saya diingatkan untuk mengganti strip (stiker) sepeda motornya," ungkap Swastika.

Kronologi

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian itu terjadi di depan sebuah toilet pada lantai II gedung STIP Cilincing, Jakarta Utara.

Awalnya Putu Satria dan sejumlah taruna tingkat I dipanggil oleh Tegar, taruna tingkat II.

Tegar bertanya mengapa Putu Satria dan rekan-rekanya memakai pakaian olahraga ke gedung pendidikan di lantai 3.

Putu Satria Ananta Rustika, taruna STIP asal Klungkung, Bali, meninggal dunia akibat dianiaya seniornya di kampus STIP, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (3/5/2024). (ISTIMEWA)

Tegar terkesan tak peduli atas jawaban itu. Dia sepertinya sedang mencari-cari alasan untuk menghukum juniornya.

Tegar lalu meminta korban dan rekan-rekannya berjejer. Kemudian Tegar memukuli mereka.

Saat memukul Putu Satria, Tegar memukul ulu hati korban sebanyak 5 kali.

Jari-jari tangan Tegar mengepal dan dia melepaskan pukulan sekuat tenaga.

Usai kejadian itu, korban langsung dibawa ke klinik yang ada di sekolahnya.

Nahas, sesampainya di sana korban dinyatakan telah meninggal dunia.

Bukan kegiatan resmi

Kapolres mengatakan, penganiayaan tersebut terjadi bukan pada kegiatan resmi STIP.

"Artinya ini kegiatan yang memang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga. Ini kegiatan perorangan mereka, tidak dilakukan secara terstruktur maupun kurikulum tapi ini kegiatan inisiasi para siswa," ucapnya.

Saat ini, lanjut Gidion pihaknya sudah mengamankan senior di sekolah tersebut yang diduga terlibat.

Namun, belum diketahui jumlah pastinya dan hanya ada 10 saksi yang dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian.

Terekam CCTV

Kapolres Metro Jakarta Utara, Komisaris Besar Gidion Arif Setyawan, mengatakan korban sempat dibopong dari toilet ke klinik kampus.

Kejadian itu pun terekam jelas oleh kamera CCTV.

"(Di klinik) nadinya sudah berhenti dan mungkin tanda-tanda hilangnya nyawa," ujar Gidion di lokasi kejadian, Jumat (3/5/2024).

Pihak kepolisian telah mengamankan rekaman CCTV untuk dijadikan barang bukti tewasnya P.

Gidion berujar rekaman CCTV tersebut sudah dapat menjadi bukti kuat dugaan perpeloncoan di STIP.

"Saya rasa CCTV cukup clear untuk menceritakan rangkaian peristiwa itu, karena kegiatan ada di kamar mandi."

"Ini kegiatan yang memang tidak dilakukan secara resmi oleh lembaga, ini kegiatan perorangan mereka. Jadi, tidak dilakukan secara terstruktur ataupun kurikulum," papar Gindion.

Gidion menyebut korban diduga mengalami kekerasan dari sejumlah senior di tingkat 2.

Akibat kekerasan tersebut, korban mengalami luka lebam di dekat ulu hati.

Seusai kejadian, polisi telah mengamankan beberapa taruna STIP yang diduga melakukan kekerasan terhadap korban.

"Sambil berjalan, kami juga sudah memeriksa 10 orang lebih untuk menceritakan peristiwa kejadiannya seperti apa," kata Gidion.

Nantinya hasil pemeriksaan akan menentukan sosok yang diduga melakukan penganiayaan hingga menewaskan P.

Sementara itu Gidion mengatakan kasus ini terkuak berawal lewat laporan bahwa korban dilarikan ke RS Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Korban kemudian diperiksa dan ternyata tewas akibat diduga mengalami kekerasan fisik di dalam kampus STIP Jakarta, Cilincing, Jakarta Utara.

Putu Satria tewas dengan luka lebam di bagian ulu hatinya.

"Ada dugaan akibat kekerasan yang dilakukan oleh oknum seniornya tingkat 2 dalam kegiatan tadi pagi yang dilakukan oleh senior-seniornya terhadap korban, tetapi kami masih mendalami secara utuh bagaimana rangkaian peristiwa," kata Gidion di lokasi, Jumat malam dilansir dari Tribun Jakarta.

Bahkan rekaman CCTV setelah kejadian pengeroyokan ikut jadi bukti.

Putu Satria dibawa dari toilet ke klinik kampusnya oleh seniornya dekat salah satu ruang kelas.

Saat itu diduga jika Putu Satria mengalami penganiayaan hingga meregang nyawanya.

"Pada saat diperiksa oleh klinik kesehatan sekolah setempat sudah tidak dalam kondisi tidak bernadi," ucap Gidion.

"Nadinya sudah berhenti dan mungkin tanda-tanda hilangnya nyawa," sambungnya.

Baca juga berita lainnya di Google News

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

 

 

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved