Berita OKI

Belasan Kerbau Mati Mendadak, Virus Ngorok Terdeteksi Mulai Menjangkiti Hewan Ternak di OKI

Kerbau ternak milik warga di OKI banyak mati mendadak akibat penyakit Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau virus ngorok.

TRIBUNSUMSEL.COM/WINANDO DAVINCHI
Kerbau ternak milik warga di OKI banyak yang mati mendadak akibat penyakit Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau disebut juga penyakit ngorok. 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG -- Penyakit Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau disebut juga virus ngorok mulai menjangkit hewan ternak termasuk kerbau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. 

Sejumlah peternak di Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam dan Desa Tanjung Batu Kecamatan Air Sugihan dibuat resah akibat kerbau milik mereka mati mendadak. 

Belasan kerbau terbujur kaku di rawa-rawa maupun padang rumput hanya dalam waktu hitungan hari. 

Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI, Deddy Kurniawan melalui Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan, Sadi Purwanto membenarkan kejadian tersebut dan telah menerima laporan terkait banyaknya kerbau yang mati. 

"Iya benar, kami sudah dapat laporan melalui UPT Puskeswan Pangkalan Lampam sebanyak 15 ekor kerbau yang berada di Desa Riding Kecamatan Pangkalan Lampam. Kemudian di lokasi lain, 4 ekor di Desa Tanjung Batu Kecamatan Air Sugihan juga mati mendadak," ucapnya kepada Tribunsumsel.com, Jumat (5/4/2024). 

Baca juga: Selama Ramadhan Sampah di OKI Meningkat 100 Persen, TPA Kayuagung Sudah Melebihi Kapasitas

Fenomena tersebut, dikatakan Sadi disebabkan oleh penyakit Septicaemia Epizootica (SE)/Haemorraghic Septecaemia (HS) atau disebut juga penyakit ngorok. 

"Penyakit ngorok ini salah satu yang harus diwaspadai. Apalagi jika hewan ternaknya dilepasliarkan maka penyebarannya bisa sangat cepat," katanya. 

Masih kata dia penyebaran virus SE/HS tersebut dapat terjangkit melalui kontak langsung dan pakannya. Daya tahan tubuh ternak yang lemah juga membuat penyebarannya semakin cepat. 

"Rata-rata untuk kerbau yang dilaporkan mati ini usia Dewasa dan anak-anak, dengan bobot antara 400 hingga 500 kilogram," ungkapnya. 

Saat disinggung mengenai cara memutus penyebaran virus tersebut, Sadi menyatakan hewan ternak harus divaksinasi. 

"Kami sudah menyiapkan 1.200 vaksinasi untuk satu tahun yang akan diberikan untuk hewan ternak yang ada di OKI," tuturnya. 

Namun, untuk kasus yang ada di Pangkalan Lampam dan Air Sugihan, ia mengatakan jika hal tersebut karena belum sempat divaksinasi akibat pihaknya sedang melakukan vaksinasi di tempat lain. 

"Belum sempat divaksinasi, baru mau divaksin sudah ada kejadian kematian mendadak itu," terangnya. 

Akan tetapi kendala dari pada giat vaksinasi virus ngorok ini yakni masih ada peternak yang tidak berkenan jika hewan ternaknya divaksinasi. 

"Saya harap para peternak bersikap kooperatif ketika ada petugas yang datang untuk vaksinasi guna mencegah dan memutus rantai virus ngorok,"

"Sekaligus mencegah kerugian yang lebih besar lagi," pungkasnya.

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved