Breaking News

Berita nasional

BMKG Pastikan Fenomena di Rancacekek Bukan Tornado Tapi Angin Puting Beliung, Ini Penyebabnya

Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akhirnya memberikan penjelasan terkait heboh angin tornado yang melanda wilayah Bandung dan Sumedang

Editor: Moch Krisna
KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah
Dampak angin puting beliung yang menerpa lima kecematan di Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/4/2024) sore. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akhirnya memberikan penjelasan terkait heboh angin tornado yang melanda wilayah Bandung dan Sumedang, Jawa barat pada Rabu sore (21/2/2024).

BMKG memastikan jika fenomena alam tersebut bukanlah tornado melainkan puting beliung.

Pasalnya kecepatan angin yang melanda kawasan Institut Teknologi Bandung (ITB) Jatinangor tersebut terekam 36,8 kilometer per jam.

Angka itu jauh di bawah kecepatan tornado.

"Fenomena yang terjadi di Rancaekek (Bandung) kemarin adalah puting beliung," ujar Deputi BMKG, Guswanto pada Kamis (22/2/2024) dilansir Tribunjakarta.com.

Guswanto melanjutkan berdasarkan hasil rekaman Automatic Weather Station (AWS) BMKG di Kampus ITB Jatinangor, yang berjarak 5 km dari lokasi kejadian, menunjukkan kecepatan angin 36 km per jam.

Angin puting beliung menyapu bangunan milik PT Kahatex di Jatinangor, Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore.
Angin puting beliung menyapu bangunan milik PT Kahatex di Jatinangor, Sumedang, Rabu (21/2/2024) sore. (istimewa via Tribunjabar)

Sementara diketahui, puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan minimal 63 kilometer per jam dan bergerak lurus dengan lama kejadian maksimum lima menit.

Skala wilayahnya berkisar 5-10 km, setara dengan diameter awan kumulonimbus sebagai induknya.

"Jadi itu bukan tornado sebagaimana biasa terjadi di Amerika Serikat (AS)," katanya.

Pernyataan tersebut membantah pernyataan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyebut fenomena itu merupakan tornado yang mirip dengan di belahan bumi utara Amerika Serikat.

Bahkan, fenomena tornado itu disebut merupakan kejadian pertama di Indonesia.

Guswanto menjelaskan pusaran angin disebut tornado bila kecepatannya minimal 70 km per jam. Efek tornado juga berbeda dengan puting beliung.

Tornado memiliki skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas dibandingkan dengan puting beliung.

"Puting beliung atau angin lesus merupakan sebutan lokal untuk pusaran angin yang terjadi di Indonesia. Fenomena ini bukan hal baru," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 735 keluarga dan 116 bangunan terdampak puting beliung di Kabupaten Bandung dan Sumedang, Jawa Barat, Rabu (21/2/2024).

Sedikitnya 32 warga terluka akibat kejadian ini. Bencana ini terjadi sekitar pukul 16.00.

Cerita Warga

Cerita salah satu warga, Iding Sadili yang panik angin puting beliung menyapu warungnya, Rabu (21/4/2024) sore.

Kejadian ini beredar dimedia sosial, tampak pusaran angin yang cukup kuat dan menghempaskan benda-benda yang ada di sekitarnya.

Angin tersebut juga sampai membuat atap-atap bangunan terangkat dan hancur menjadi puing-puing.

Salah satu rumah warga yang terdampak, Iding Sadili merasa bersyukur kejadian itu tak merengut nyawanya.

Masih lekat di ingatan Iding, bagimana kejadian mengerikan terjadi berada tepat di atas atap warung miliknya.

"Kejadiannya jam 16.00 sore kemarin. Saya takut, kayak mau datang apa gitu," kata Iding ditemui saat membersihkan warungnya di Jalan Raya Bandung-Garut, Kampung Cipanas, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/2/2024). Dikutip dari Kompas.com

Iding mengatakan, angin puting beliung datang secara tiba-tiba, disertai hujan yang tak terlalu deras.

Suara gemuruh lebih dulu terdengar dibandingkan puing-puing dan angin yang datang.

"Suara gemuruh gitu kencang, saya langsung lihat keluar, ternyata anginnya mengarah ke sini," kata Iding.

Iding langsung memeluk istrinya dan telungkup di dekat kulkas di dalam warung.

Hanya dalam hitungan detik, kata Iding, puting beliung melibas seluruh bangunan miliknya.

"Saya lagi di dalam warung saya sama istri. Saya melindungi istri dengan telungkup di pinggir kulkas. Secara enggak sadar beberapa detik bangunan udah pada hilang," jelasnya.

Meski harus kehilangan warung yang di bangunnya sejak 2005, Iding merasa bersyukur masih selamat dari insiden tersebut.

Saat ini, Iding dan keluargnya tengah membersihkan puing-puing bangunan dan pohon yang menimpa warungnya. Ia berharap pemerintah dapat memberikan bantuan.

Pasalnya, jika tak membuka warung, dia tak tahu harus bekerja apa di tengah usianya yang sudah senja.

"Kerugian mencapai Rp 100 juta mah ada. Sekarang kita lagi dibersihin. Saya ingin ada bantuan dari pemerintah, supaya bisa dibangun lagi atapnya. Biar bisa jualan lagi. Soalnya saya mah habis banget bangunannya. Ya jadi enggak bisa usaha, enggak bisa jualan," tutupnya.

(*)

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved