Arti Kata Bahasa Arab

Arti Sirotol Mustaqim, Disebut dalam Alquran, Jalan yang Lurus yang Bagaimana? Begini Penjelasannya

dan bahwa (Al-Quran ini) adalah JALAN-ku YANG LURUS, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/welly triyono
Arti Sirotol Mustaqim, Disebut dalam Alquran, Jalan yang Lurus yang Bagaimana? Begini Penjelasannya. 

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, tuhanku dan tuhan kalian, pemilik segala sesuatu, yang mengendalikan urusan didalamnya, maka tidak akan ada sesuatupun yang menimpaku, kecuali dengan ketetapanNya. Dan Dia lah Dzat yang mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang berjalan di muka bumi, kecuali Allah lah pemiliknya, dia berada di bawah kekuasaan dan kendaliNya. Sesungguhnya tuhanku di atas jalan yang lurus.” Maksudnya, mahaadil dalam ketetapan, syariat, dan perintahNya. Dia akan memberikan balasan kepada orang yang berbuat baik atas tindakan kebaikannya, dan orang yang berbuat buruk atas kelakuan buruknya.

Jembatan Shiratal Mustaqim dalam hadits
Dikutip dari almahaj.or.id, dalam haditsnya, Rasulullah SAW juga memberi gambaran tentang jembatan Shiratal Mustaqim. Hadist ini diceritakan Abu Sa'id al-Khudriy,

بَلَغَنِي أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ وَ أَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ

Artinya: "Aku diberitahu bahwa jembatan itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang." (HR Muslim).

Gambaran lain tentang jembatan Shiratal Mustaqim juga disebutkan dalam hadits berikut:

وَيُضْرَبُ جِسْرُ جَهَنَّمَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكُونُ أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُ وَدُعَاءُ الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ وَبِهِ كَلَالِيبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ أَمَا رَأَيْتُمْ شَوْكَ السَّعْدَانِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهَا لَا يَعْلَمُ قَدْرَ عِظَمِهَا إِلَّا اللَّهُ فَتَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ رواه البخاري

Artinya: Dan dibentangkanlah jembatan di atas permukaan Jahanam. Akulah orang pertama yang melewatinya. Doa para rasul pada saat itu: "Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah." Pada shirath itu, terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa'dan. "Pernahkah kalian melihatnya?" Para sahabat menjawab, "Pernah, wahai Rasulullah." Maka ia seperti duri pohon Sa'dan, tiada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah SWT. Ia menempatkan manusia sesuai dengan amalan mereka. (HR Bukhari).


Sebagian tak mampu melintasi hingga ujung jembatan. Berikut haditsnya,

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( وَتُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ فَتَقُومَانِ جَنَبَتَيْ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ كَالْبَرْقِ))، قَالَ : قُلْتُ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ الْبَرْقِ ؟ قَالَ: أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي طَرْفَةِ عَيْنٍ ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ الرِّجَالِ تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ حَتَّى يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا قَالَ وَفِي حَافَتَيْ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ.

Artinya: Rasulullah SAW:

"Lalu diutuslah amanah dan rohim (tali persaudaraan) keduanya berdiri di samping kiri-kanan shiraath tersebut. Orang yang pertama lewat seperti kilat". Aku bertanya: "Dengan bapak dan ibuku (aku korbankan) demi engkau. Adakah sesuatu seperti kilat?"

Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Tidakkah kalian pernah melihat kilat bagaimana ia lewat dalam sekejap mata? Kemudian ada yang melewatinya seperti angin, kemudian seperti burung dan seperti kuda yang berlari kencang.

Mereka berjalan sesuai dengan amalan mereka. Nabi kalian waktu itu berdiri di atas shirâth sambil berkata: "Ya Allâh selamatkanlah! selamatkanlah! Sampai para hamba yang lemah amalannya, sehingga datang seseorang lalu ia tidak bisa melewati kecuali dengan merangkak". Beliau menuturkan (lagi): "Di kedua belah pinggir shirâth terdapat besi pengait yang bergantungan untuk menyambar siapa saja yang diperintahkan untuk disambar. Maka ada yang terpeleset namun selamat dan ada pula yang terjungkir ke dalam neraka. (HR Muslim).

Shirathal Mustaqim adalah beribadah kepada Allah SWT semata, dengan tidak menyekutukan-Nya, serta meyakini secara menyeluruh kepada Nabi Muhammad SAW dan itulah realisasi dari syahadatain: bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved