Tabrakan 2 Kereta Api di Bandung

Sosok Ardiansyah Pramugara KA Turangga yang Tewas Tinggalkan 2 Anak, Humoris Tak Pernah Mengeluh

Mengenang sosok Ardiansyah, Pramugara Kereta Api (KA) Turangga yang menjadi korban tewas dalam tragedi adu banteng dengan KRD Bandung Raya.

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Slamet Teguh
Dokumen Keluarga/Tribun Jabar/Lutfi AM
Mengenang sosok Ardiansyah, Pramugara Kereta Api (KA) Turangga yang menjadi korban tewas dalam tragedi adu banteng dengan KRD Bandung Raya. 

TRIBUNSUMSEL.COM- Mengenang sosok Ardiansyah, Pramugara Kereta Api (KA) Turangga yang menjadi korban tewas dalam tragedi adu banteng dengan KRD Bandung Raya.

Seperti diketahui, peristiwan kecelakaan kereta api ini terjadi di petak Cicalengka-Haurpugur, di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jumat (5/1/2024) pukul 06.03 WIB. Tabrakan itu tepatnya di Kilometer 181+5/4.

Adapun KA Turangga melaju dari arah Surabaya Gubeng dengan tujuan akhir Bandung.

Baca juga: Mengenal Sosok Julian Dwi Setiono Masinis Bandung Raya Tewas Tabrakan Kereta Api, Dikenal Taat Agama

Ardiansyah merupakan train attendant atau pramugara kereta api.

Ia berasal dari Kampung Balekambang RT 02/RW 26, Sukamaju, Majalaya, Kabupaten Bandung.

Ardiansyah meninggalkan istrinya, Elsi Rosdiana (30), dan kedua anaknya, Faiza Hoirul Gibran (7) serta Bryan (2 minggu).

Keluarga Ardiansyah tak kuasa membendung tangis setelah mendengarkan kabar sang pramugara menjadi salah satu korban tewas dalam tragedi adu banteng antara Kereta Api (KA) Turangga dengan KRD Bandung Raya, Jumat (5/1/2024) pagi, di Cicalengka Bandung.

Sambil menangis tersedu-sedan, Nunung memanggil-manggil nama anaknya.

"Mamah jeung saha (Mamah nanti dengan siapa)?" kata Nunung sambil terus menangis.

Sejumlah orang berseragam PT Kerta Api Indonesia (KAI) mendekatinya dan mencoba menenangkan Nunung.

Begitu juga suaminya, Endang, yang sejak awal duduk di sampingnya.

Baca juga: Firsasat Penumpang Saat Tabrakan KA Turangga-KA Bandung Raya di Bandung, Sebut KA Biasanya Gantian

Bagas (27) adik korban mengaku syok saat tahu kakaknya jadi korban meninggal dalam kecelakaan adu banteng ini.

Ia ngungkapkan, korban merupakan sosok yang hangat dan selalu ada waktu untuk keluarganya.

"Almarhum sosok yang hangat dan selalu ada untuk keluarganya," ujarnya saat dihubungi Tribunjabar.id, Jumat (5/1/2024).

Ardiansyah, ungkap Bagas, merupakan seorang kakak yang humoris dan tak pernah terlihat mengeluh di depan kelaurganya.

Kakak ipar Ardiansyah, Robby Dzulfaqor Noor (34), mengatakan bahwa menurut jadwal Ardiansyah tiba di rumah hari ini setelah bertugas dari Surabaya.

Namun, alih-alih Ardiansyah pulang, keluarga malah mendapatkan kabar duka.

"Kami tahu tadi sekira pukul 10.00 WIB melalui orangtua. Kemarin Ardiansyah sempat WhatApp bahwa dia tugas ke Surabaya."

"Saya tadi telepon nomornya.

Aktif tapi enggak diangkat," kata Robby di sekitar lokasi kejadian.

Detik-detik proses evakuasi masinisi dalam kecelakaan kereta api Commuter Line Bandung Raya vs Kereta Api Turangga.
Detik-detik proses evakuasi masinisi dalam kecelakaan kereta api Commuter Line Bandung Raya vs Kereta Api Turangga. (TribunJabar.id/Dok.Warga)

Tak sabar ingin tahu bagaimana nasib adiknya, Robby, yang tinggal di Rancaekek, bergegas menuju RSUD Cicalengka.

"Saya sempat ke RSUD, tapi belum ada jenazah adik saya.

Saya langsung ke TKP," katanya seperti dilansir Tribunjabar.

Meninggalnya Ardiansyah menyisakan luka dan duka mendalam bagi Robby, umumnya bagi keluarga.

Sebab, meski berposisi sebagai ipar, bagi Ardiansyah, tak ada istilah ipar atau mertua.

"Ke saya sudah seperti ke kakak kandung.

Tak ada beda bagi dia apakah ibu kandung atau mertua, sama-sama dia berbuat baik."

Tiba-tiba romantis dan manja

Robby menjelaskan, sebelum Ardiansyah meninggal dunia dalam tabrakan kereta api itu, tak ada firasat apa pun yang dirasakan keluarga.

Tapi, ada gelagat aneh yang dilakukan Ardiansyah kepada istrinya, yakni terlihat lebih manja.

"Enggak ada yang aneh, cuman kata Mamah, almarhum itu ke istrinya ada yang beda, lebih manja, romantis," katanya.

Suasana serupa juga terasa di di perumahan Bukit Permata E-8 Nomor 3, RT 2/RW 22, Kelurahan Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

Bendera kuning berkibar di depan sebuah rumah bercat biru milik Julian Dwi Setiyono, masinis KA 350 Commuter Line Bandung Raya yang meninggal saat tragedi tabrakan maut kereta api.

Baca juga: Postingan Terakhir Masinis Tewas Tabrakan KA Turangga-Bandung Raya Bak Jadi Firasat, Soal Kematian

Karib kerabat satu per satu berdatangan memenuhi kursi-kursi yang sudah tertata rapi. Karangan bunga dari para petinggi PT KAI terpajang di lorong pintu masuk rumah duka.

Brahma Adi Prasetya (26) terlihat duduk termenung menunggu kedatangan jenazah sahabat dekatnya itu.

Ia sungguh tak pernah menyangka jika sahabatnya tersebut tutup usia pada umur yang terbilang muda.

"Infonya (Jenazah) masih di RSUD Cicalengka. Gak pernah menyangka.

Dia masih muda, masih sehat, tapi yang namanya takdir gak pernah direncanakan," ungkap Brahma saat ditemui di rumah duka.

Kronologi

Diketahui, peristiwa kecelakaan kereta api ini terjadi di petak Cicalengka-Haurpugur, di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jumat (5/1/2024) pukul 06.03 WIB. Tabrakan itu tepatnya di Kilometer 181+5/4.

Adapun KA Turangga melaju dari arah Surabaya Gubeng dengan tujuan akhir Bandung.

Sebaliknya, Kereta Api Baraya melaju dari arah Padalarang dengan tujuan akhir Cicalengka.

Kecelakaan KA Turangga dengan KA Bandung Raya terjadi pada pukul 06.03 WIB.

Tabrakan KA Turangga vs KA Lokal ini diceritakan oleh seorang penumpang selamat bernama Heri Aliyudin.

Ia mengaku berada di gerbong 3 dan situasinya saat itu banyak penumpang yang masih tertidur.

"Saya setelah jam 05.00, salat shubuh, kemudian kurang lebih 2 jam lagi nyampe, saya tidak tidur. Jadi saya dalam posisi tidak tertidur. Jadi saya turunin bawaan saya satu per satu dari atas. Jadi kebanyakan yang masih tidur, banyak yang terlempar," kata Heri, dikutip Tribun Jatim dari Kompas TV via Surya, Jumat.

"Terlempar masih di gerbong. Kemudian semua bawaan dari atas turun semua. Saat itu kita semua panik. Saya memberanikan diri lihat keluar, ternyata ada tabrakan," ucapnya.

Menurut dia, benturan dalam tabrakan tersebut amat keras dan membuat panik seluruh penumpang yang ada di dalam gerbong.

"Benturan terjadi sangat keras. Ini salah satu kejadian yang baru saya alami. Saya sendirian karena ada tugas kantor dari Surabaya jam 8 malam," ujarnya.

Saat ini, dirinya dengan penumpang lainnya sedang dalam proses evakuasi menggunakan mobil untuk menuju stasiun terdekat dari lokasi kecelakaan.

Kronologi tabrakan kereta api Turangga dan Kereta Api Commuter Line Bandung Raya (Baraya).
Kronologi tabrakan kereta api Turangga dan Kereta Api Commuter Line Bandung Raya (Baraya). (Tribun Jabar/ Lutfi AM)

Penumpang Berhamburan

Sementara menurut kesaksian warga sekitar yang melihat kejadian tersebut, salah seorang warga bernama Pardiman menuturkan saat kecelakaan kereta ini sempat mendengar suara benturan keras.

Saat itu, dia sedang berada di rumahnya yang hanya berjarak 500 meter dari lokasi kejadian.

"Saya saat kecelakaan kereta terjadi, lokasinya di rumah. Tapi, saya dengar suara klakson kereta yang berbunyi sangat keras, lalu disusul mendengar suara benturan sangat keras," katanya di lokasi.

Pardiman pun mengaku langsung bergegas mendatangi lokasi kejadian.

Setibanya di lokasi, dia melihat para penumpang KA Turangga berhamburan keluar dari gerbong.

Pardiman pun menyebut para penumpang tampak panik dan histeris dengan kejadian yang mereka alami ini.

"Penumpang dari Turangga itu penuh. Mereka terlihat berhamburan. Tapi, dari commuter line Bandung Raya saya tak melihat ada tanda-tanda penumpangnya keluar dari gerbong.

"Saya sempat lihat masinis dengan kondisi terjepit dan meninggal," katanya

 

 

 

Baca berita lainnya di google news

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved