Polemik Pengungsi Rohingya di Aceh

Viral Mahasiswa di Aceh Ngamuk ke Pengungsi Rohingya, Lempar Barang Usir Ratusan Orang Buat Pindah

Viral aksi mahasiswa di Aceh yang mengamuk ke tempat pengungsian orang-orang Rohingya di Aceh, lempar barang untuk usir 135 orang agar pindah tempat..

Serambinews/Indra Wijaya
Viral Mahasiswa di Aceh Ngamuk ke Pengungsi Rohingya, Lempar Barang Usir Ratusan Orang Buat Pindah 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Thalia Amanda Putri

TRIBUNSUMSEL.COM - Viral aksi mahasiswa di Aceh yang mengamuk ke tempat pengungsian orang-orang Rohingya di basement Balai Meuseraya Aceh (BMA), Rabu (27/12/2023).

Baca juga: Kisah Pilu Anak Penjual Nasi Bungkus Cuma Jadi Konten Donasi, Dibohongi Tak Dapat Uang Pengobatan

Para mahasiswa diketahui menyerang para pengungsi Rohingya sebanyak 135 orang sampai melempar barang meminta ratusan orang itu pindah dari daerahnya.

Diketahui jika ratusan mahasiswa itu geram dengan kehadiran 135 pengungsi ke Aceh yang mulai meningkat drastis.

Viral video aksi para mahasiswa memaksa pengungsi Rohingya untuk meinggalkan kawasan Balai Meuseraya Aceh (BMA), Banda Aceh
Viral video aksi para mahasiswa memaksa pengungsi Rohingya untuk meinggalkan kawasan Balai Meuseraya Aceh (BMA), Banda Aceh (youtube/KOMPASTV)

Sehingga para mahasiswa di Aceh kompak mengamuk.

Mereka menendang barang-barang pengungsi berupa tas dan plastik berisi baju.

Barang-barang itu kemudian dilempari ke arah kerumunan pengungsi.

Bahkan, mahasiswa itu berteriak keras ke arah pengungsi.

Imbas hal tersebut para pengungsi yang terdiri dari anak-anak, wanita dan pria itu dilanda ketakutan.

Bahkan tangisan anak-anak hingga orang dewasa pecah karena diintimidasi mahasiswa.

Para pengungsi memohon ampun dengan mengangkat tangan ke arah mahasiswa agar tidak menyakitinya.

Baca juga: Nasib Keluarga Irfan Bukhori, Anak Jadi Korban Ledakan Smelter Meninggal, Padahal Tulang Punggung

Baca juga: Eka Anugrah Ngaku Diancam Usai Sumbang 100 Mobil Operasional ke Tim Anies-Muhaimin, Merasa Diteror

Sementara itu diketahui bahwa aksi anarkis tersebut bermula dari para mahasiswa yang melakukan orasi dan penyampaian tuntutan di depan gedung DPRA, Banda Aceh.

Menjelang tengah hari, mereka bergerak menuju gedung Balai Meuseraya Aceh (BMA) untuk mengakut pengungsi Rohingya.

Sempat diadang petugas keamanan, ratusan mahasiswa memaksa masuk untuk menggeruduk tempat pengungsian Rohingya.

Ratusan Imigran Rohingya terdampar di Pantai Ujong Pie, Kecamatan Muara Tiga, Pidie, Senin (26/12/2022).
Ratusan Imigran Rohingya terdampar di Pantai Ujong Pie, Kecamatan Muara Tiga, Pidie, Senin (26/12/2022). (For Serambinews.com)

Para mahasiswa itu langsung berlarian menuju bawah bagian basement gedung tersebut.

Massa membuat keributan dengan suara-suara teriakan lantang dan keras.

Pada saat itu, sebagian pengungsi Rohingya sedang melaksanakan salat Zuhur berjamaah.

Pendemo semakin anarkis setelah pengungsi Rohingya tersebut selesai salat.

Para pendemo yang melakukan aksi penolakan etnis Rohingya dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara memaksa untuk mengangkut para pengungsi "Manusia Perahu" ke truk di Balai Meuseraya Aceh (BMA), Selasa (27/12/2023).

Pihaknya akan meminta secara halus terlebih dahulu kepada para pengungsi itu untuk dibawa ke Kantor Kemenkumham Aceh.

Namun, jika mereka enggan dipindahkan, para mahasiswa akan angkut paksa.

"Kita akan angkut paksa meskipun tidak diizinkan," kata Penanggung Jawab Aksi, T Warizar Ismandar.

Akhirnya, mahasiswa memilih opsi kedua lantaran para pengungsi tersebut enggan dipindahkan.

Mahasiswa akhirnya mengangkut paksa para pengungsi Rohingya ke Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenkumham Aceh di Gampong Jeulingke, Syiah Kuala.

Pendemo mengangkut para pengungsi itu menggunakan dua truk yang sudah disiapkan.

Reaksi UNHCR

Melihat aksi mahasiswa tersebut, pihak UNHCR mengurai respon menohok.

Juru Bicara United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR Asia Pasifik) Babar Baloch mengatakan, pihaknya selaku badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyesalkan aksi serangan massa terhadap etnis Rohingya yang ditampung di BMA, Banda Aceh.

Pasalnya, kata dia, ratusan pemuda menyerbu basement gedung tempat para pengungsi berlindung.

Massa menerobos barisan polisi dan secara paksa memasukkan 137 pengungsi ke dalam dua truk, dan memindahkan mereka ke lokasi lain di Banda Aceh.

"Peristiwa ini membuat para pengungsi terkejut dan trauma," kata Babar dalam keterangan resminya.

Baca juga: Polemik Pengungsi Rohingya di Aceh, UNCHR Puji Indonesia Beri Tempat Penampungan Meski Ditolak Warga

Saat ini lanjut dia, pihaknya sangat khawatir mengenai keselamatan para pengungsi.

Pihaknya juga menyerukan kepada aparat penegak hukum setempat untuk mengambil tindakan segera guna memastikan perlindungan bagi semua individu dan staf kemanusiaan yang putus asa.

Menurutnya, serangan terhadap pengungsi bukanlah sebuah tindakan yang terisolasi.

Namun, merupakan hasil dari kampanye online yang terkoordinasi yang berisi misinformasi, disinformasi dan ujaran kebencian terhadap pengungsi.

 Pengungsi Rohingya
Pengungsi Rohingya (AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN - AFP/JONI SAPUTRA)

Karenanya aksi para mahasiswa tersebut menurut UNHCR justru akan merugikan bangsa Indonesia.

"Upaya untuk memfitnah masyarakat Indonesia dalam menyelamatkan nyawa orang-orang yang putus asa dalam kesusahan di laut," ungkapnya.

Karena hal itu, UNHCR mengingatkan kepada semua orang bahwa pengungsi anak-anak, perempuan dan laki-laki yang putus asa mencari perlindungan di Indonesia.

Mereka adalah korban penganiayaan dan konflik, dan merupakan penyintas perjalanan laut yang mematikan.
Indonesia dengan tradisi kemanusiaannya yang sudah lama ada.

Indonesia, kata dia, telah membantu menyelamatkan orang-orang yang putus asa dan bisa saja meninggal di laut – seperti ratusan orang lainnya.

Badan Pengungsi PBB juga memperingatkan masyarakat umum untuk mewaspadai kampanye online yang terkoordinasi dengan baik di platform media sosial, yang menyerang pihak berwenang, komunitas lokal, pengungsi dan pekerja kemanusiaan, menghasut kebencian dan membahayakan nyawa.

"UNHCR mengimbau masyarakat di Indonesia untuk memeriksa ulang informasi yang diposting online, yang sebagian besar palsu atau diputarbalikkan, dengan gambar yang dihasilkan AI dan ujaran kebencian yang dikirim dari akun bot," pungkasnya.

Baca juga berita lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved