Calon Pengantin Ditikam di Palembang

Kasus Pembunuhan Marak Terjadi di Palembang, Pengamat Sebut Medsos dan Lingkungan Jadi Penyebab

Tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan berat belakangan ini santer terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel) terkhususnya Kota Palembang.

Dok pribadi
Ahli hukum pidana dari Universitas Muhammadiyah Palembang, Dr Martini Idris menyebut ada empat faktor yang membentuk nekatnya seseorang untuk melakukan kejahatan seperti tindak pidana pembunuhan. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan berat belakangan ini santer terjadi di Sumatera Selatan (Sumsel) terkhususnya Kota Palembang.

Beragam motif yang mendasari nekatnya para pelaku pembunuhan untuk menghabisi nyawa korbannya. 

Mulai dari sakit hati, cemburu, tawuran untuk gagah-gagahan dan lain sebagainya.

Selain pembunuhan ada juga orang yang sengaja menghabiskan nyawanya sendiri dengan cara yang nekat. 

Untuk di Palembang saja dalam dua bulan terakhir sudah ada empat kasus pembunuhan yang terjadi, tiga diantaranya sudah diungkap Polda Sumsel dan Polrestabes Palembang.

Meliputi kasus pembunuhan calon pengantin di Kecamatan SU I, di Jalan Kemas Rindo, dan tawuran di Jalan Radial. 

Baca juga: Sosok Jessica Rinrada Transgender Viral Ingin Tobat Usai Umroh, Ingin Kembali Jadi Pria Seutuhnya

Diantara yang paling mencolok adalah kasus pembunuhan calon pengantin yang baru saja tersangkanya diamankan.

Dani Andika (34) nekat menghabisi nyawa Farid (39) kekasih dari mantan istri sirihnya, Agusvita (23) lantaran emosi dan sakit hati dengan mantan istrinya itu yang tukang selingkuh. 

Menurut Ahli hukum pidana dari Universitas Muhammadiyah Palembang, Dr Martini Idris ada empat faktor yang membentuk nekatnya  seseorang untuk melakukan kejahatan seperti tindak pidana pembunuhan. 

"Yang pertama agama, lingkungan, media sosial, dan karakteristik. Orang kita di Sumatera Selatan ini karakternya memang keras jadi masyarakat kita ini orangnya keras-keras sehingga mudah sekali terbentuk sejak kecil, " ujar Martini, Sabtu (16/12/2023). 

Selain karakteristik, Martini pula menyoroti dua faktor lain terutama media sosial dan lingkungan. Media sosial memiliki pengaruh begitu besar, tanpa disadari para pelaku kejahatan ini juga bisa terpengaruh media sosial.

"Secara psikologis dia juga bisa 'mencari' di media sosial seolah-olah dia adalah orang yang tersakiti sehingga rasa sakit itu nambah lagi dan nambah lagi. Itu juga bisa memicu jangan salah, " katanya. 

Sementara faktor dari lingkungan berkaitan dengan karakteristik keras yang dimiliki warga Sumsel pada umumnya.

Lingkungan yang mudah ditiru akan membuat pelaku tindak pidana mudah menirukan karakter lingkungannya. 

"Lingkungan yang dicontoh membuat dia ketika menghilangkan nyawa seseorang malah menganggap enteng. Lalu ada filter agama yang memang kurang, sehingga tingkat pemikiran dia dianggap tepat. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved