Pembunuhan Berantai di Wonogiri

Kejamnya Sarmo Lakukan Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Jasad Korban Dikubur di Bawah Ranjangnya

Kejamnya, setelah melakukan pembunuhan, korban dikuburkan oleh Sarmo dibawah ranjang tempat tidurnya.kubur di Bawah Ranjangnya, Motifnya

Editor: Slamet Teguh
Kolase Tribunsumsel.com/ Tribunsolo.com
Kejamnya Sarmo Lakukan Pembunuhan Berantai di Wonogiri, Jasad Korban Dikubur di Bawah Ranjangnya 

Ia mengaku, dia ditekan oleh kedua korban. Perkataan korban membuatnya emosi sehingga memutuskan untuk menghabisi nyawa keduanya. 

"Tega membunuh karena tekanan, yang pertama (korban Agung) saya selalu di pojokkan. Intinya tidak bisa menerima kalau penggergajian sepi. Dia juga ingin penggergajian dipindah ke Klaten," ujarnya. 

"Bagi hasilnya kalau pas ramai bisa penuh, karena sepi berkurang dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus. Dikira saya korupsi, saya tidak becus," imbuh Sarmo

Sarmo mengelabui korban pertama Agung dengan lari ke sebuah gubung. Di situ ia menaruh apotas yang telah dibawa sebelumnya di jok motor ke dalam minuman yang kemudian diminum oleh Agung.

"Itu tidak mengajak, karena saya sudah terlalu banyak ditekan sama Agung, saya tidak sanggup akhirnya saya lari ke gubug, akhirnya Agung nusul lewat jalan berbeda," ujarnya. 

Setelah korban meregang nyawa, Sarmo berusaha menghilangkan barang bukti dengan menguburkan jasad korban.

"Dikubur di Alas Dorog, sama gubug lumayan jauh, saya gotong sendiri," jelasnya. 

Sementara itu, dengan korban Sunaryo, Sarmo mengakui mempunyai urusan utang piutang. Sarmo menggadaikan mobil Grandmax ke Sunaryo dengan nilai sebesar Rp 48 juta. 

"Seharusnya saya kan sudah mengambil, karena sudah tempo saya belum bisa, akhirnya dia (Sunaryo) terus menekan saya. Telatnya dua bulan," jelasnya. 

Sarmo mengatakan korban Sunaryo selalu menekannya dengan kata kasar. Menurutnya korban juga mengatainya kalau tidak bisa dipercaya, hal itu yang membuatnya emosi. 

"Korban bilang sudah dibantu tapi tidak bisa mengerti, pokoknya mencaci-maki saya," kata Sarmo

Ia pun menghabisi nyawa Sunaryo dengan sebotol air putih yang juga dicampur apotas. Tak jauh beda, ia mengubur jasad korban di bawah dipan yang berada di tempat penggergajian kayu miliknya. 

Sarmo mengakui bahwa dirinya takut usai melakukan pembunuhan itu. Berbagai cara dia lakukan untuk menghilangkan barang bukti. Salah satunya dengan membakar jasad Sunaryo. 

"Saya kubur dulu tiga bulan. Kemudian ada Polisi naik ke atas (tempat penggergajian) saya panik. Dari kepanikan muncul inisiatif untuk menghilangkan jejak dengan membakar," jelasnya. 

Ia pun sempat tidak mengakui perbuatan kejinya ini. Berbagai upaya ia lakukan untuk menghilangkan barang bukti. 

"Setiap diinterogasi saya tidak mengaku. Sekecil apapun barang bukti selalu berusaha saya hilangkan," ujarnya.

Pelaku pembunuhan berantai yang diamankan Polres Wonogiri
Pelaku pembunuhan berantai yang diamankan Polres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).

5. Dua Tahun Hilang, Korban Pembunuhan Berantai Dibuat Seakan Minggat

Lihai benar pelaku pembunuhan berantai yang menghabisi dua korbannya menggunakan apotas, Sarmo. Ia mengelabuhi keluarga Agung, salah satu korbannya, dibuat seakan ia minggat karena telah memiliki anak dan istri di tempat lain.

Sarmo mengirimkan pesan singkat menggunakan smartphone milik Agung seolah-olah itu pesan dari Agung sendiri. Meski begitu, istrinya, Katin tidak langsung percaya akal bulus Sarmo.

"Bahasanya seolah-olah pak Agung, tapi saat di telepon tidak diangkat," jelas Katin ketika ditemui TribunSolo.com, Sabtu (9/12/2023).

Smartphone milik Agung masih aktif setelah ia meregang nyawa. Ia mengatakan selang 1-2 hari sang suami hilang, HP milik Agung masih aktif. Namun ketika di hubungi telepon tidak menjawab, hanya membalas lewat chatting atau pesan.

"Sebagai istri saya ya mengetahui, kalau itu bukan suami saya. Karena suami (Agung) senangnya ngebel (telepon), tidak chatting," ujar Katin.

Kebiasaan Agung tersebut, karena ia ingin cepat berkomunikasi dengan Katin.  "Dia pengen cepat (hubungi) kalau sama saya, nggak senang WA (via teks)," paparnya.

Pelaku juga menggunakan bahasa Jawa Timuran yang menambah kecurigaannya. "Dikit-dikit (balasannya), ini jelas bukan dia. Janggal," kata Katin.

Adik Agung, Wartono menambahkan kalau beberapa kali dihubungi memakai nomor Agung untuk menjemput.

"Pernah di WA (Whatsapp), meminta di suruh jemput di Delanggu, suruh ketemu di Lapangan Joho Sukoharjo pernah juga. Saat kita ke sana, tidak ada orangnya," ungkap Wartono.

Meski begitu, Kanti mengatakan kalau pihaknya dan keluarga tidak mendapat ancaman.

"Tidak ada (ancaman), ini (hubungi) hanya mengaburkan alibi. Dia seolah-olah mengatakan (sebagai) Agung," pungkasnya.

 

 

 

 

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved