Pilpres 2024

Buku SBY Terbaru, Blak-blakan Ungkap Isi Hati Jokowi Tentang Anies Baswedan di Pilpres 2024

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) blak-blakan soal sikap Presiden Jokowi terhadap Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Editor: Rahmat Aizullah
Kolase TribunSumsel.com
Dalam buku terbarunya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) blak-blakan soal sikap Presiden Jokowi terhadap Anies Baswedan di Pilpres 2024. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) blak-blakan soal sikap Presiden Jokowi terhadap Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Sikap Jokowi tersebut digambarkan dalam buku SBY yang baru saja diluncurkannya.

Secara garis besar, ada lima poin yang dijadikan fokus oleh SBY dalam buku terbarunya itu.

Salah satunya, SBY mencoba menggambarkan isi hati Presiden Jokowi yang tidak suka dengan upaya Anies Baswedan maju sebagai calon preside di Pilpres 2024.

Dilansir dari Tribunnews.com, buku SBY terbaru diberi judul 'Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi, The President Can Do No Wrong'.

Baca juga: Presiden ke-8 Dalam Mimpi SBY Adalah Anies Baswedan Harap Nasdem

Buku SBY itu memiliki ketebalan sebanyak 27 halaman, dengan cover berwarna merah hitam.

Buku SBY ini sendiri sudah dibedah oleh para kader Partai Demokrat di Kantor DPP Partai Demokrat, Senin (26/6/2023).

Bukunya sudah bisa dibaca publik melalui versi digital.

Juru bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, buku SBY itu sejatinya disampaikan khusus untuk jajaran kepemimpinan dan kader partai mereka di seluruh Tanah Air.

"Jadi, tulisan ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman para pimpinan dan kader Demokrat mengenai situasi terkini terkait Pilpres 2024 dan cawe-cawe Presiden Jokowi," kata Herzaky.

Baca juga: Heboh Sosok Presiden Ke-8 Penerus Jokowi Dalam Mimpi SBY, Begini Analisa Pengamat

Herzaky meyakini buku SBY itu memiliki manfaat bagi kader Partai Demokrat dan masyarakat.

"Terutama dalam menjaga demokrasi Indonesia agar bisa semakin bergerak maju," kata Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat itu.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya mengatakan, tulisan SBY dalam buku tersebut ibarat penerang dalam redupnya demokrasi di negeri ini.

"Bagi kita (kader Demokrat), buku ini menjadi obat penawar rindu akan pandangan dan gagasan besar Bapak Susilo Bambang Yudhoyono.

Baca juga: Hasil 3 Lembaga Survei Terbaru, Ini Posisi Anies, Ganjar dan Prabowo Jelang Pilpres 2024

Insya Allah momentum ini bisa untuk kita resapi, agar kita bisa menjadi ujung tombak perjuangan partai," kata Teuku Riefky Harsya.

Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng menambahkan, buku tersebut dibuat karena presiden ke-6 itu disebut tergelitik dengan fenomena akhir-akhir ini.

"Isu tentang cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres 2024 nanti, bisa kita jadikan pelajaran. Apa batas-batas kekuasaan itu, sehingga tidak membuat kekuasaan itu menjadi ilegal," ulasnya.

Sebab menurut Andi Mallarangeng, pemimpin negara demokratis itu harus tahu batasannya.

Apa lagi dalam UUD 1945, ada pasal impeachment yang bisa memberhentikan presiden.

"Boleh saja Presiden Jokowi cawe-cawe dalam Pilpres. Boleh saja Presiden Jokowi menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasang calon saja.

Tetapi tidak boleh menggunakan sumber daya negara, instrumen negara, fasilitas negara untuk mendukung, memastikan misinya tercapai. Ini yang berbahaya," kata Andi.

Menurut dia, buku SBY itu mengajarkan kepada seluruh kader Partai Demokrat untuk bagaimana cara mengelola kekuasaan itu sendiri.

"Jangan sampai kita melanggar batasan-batasan itu dan membuat kita terjerumus," katanya.

Disadur dari Tribunnews.com, dalam buku SBY tersebut terdapat lima poin yang menjadi fokusnya.

Pertama, terkait dengan cawe-cawe yang diakui oleh pihak istana atau bahkan Presiden Jokowi dalam Pilpres 2024.

Kedua, Presiden Jokowi dinyatakan hanya menghendaki dua pasang calon presiden dan wakil presiden untuk Pilpres 2024.

Ketiga, SBY menyebut dalam bukunya kalau Presiden Jokowi tidak suka dengan upaya Anies Baswedan maju sebagai calon presiden.

Keempat, SBY menyatakan kalau Presiden Jokowi memberikan endorsement kepada sejumlah tokoh untuk menjadi capres atau cawapres.

Kelima, SBY menyatakan Presiden Jokowi merupakan penentu siapa sosok pasangan capres-cawapres yang harus diusung oleh partai politik.

Informasi tersebut didapatinya dari para pimpinan partai politik.

Baca berita menarik lainnya di Google News

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved