Berita Nasional

Sosok Linda Wati Ibu Bripka Andry, Sering Diantar ke RS karena Mengidap Komplikasi, Penjual Nasi

Inilah sosok Linda Wati, ibunda Bripka Andry anggota Brimob Polda Riau yang turut buka suara terkait sang anak dimutasi. mendampingi Bripka Andry

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
Youtube Official NET News
Inilah sosok Linda Wati, ibunda Bripka Andry anggota Brimob Polda Riau yang turut buka suara terkait sang anak dimutasi. mendampingi Bripka Andry 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Aggi Suzatri

TRIBUNSUMSEL.COM- Inilah sosok Linda Wati, ibunda Bripka Andry anggota Brimob Polda Riau yang turut buka suara terkait sang anak dimutasi.

Linda Wati muncul mendampingi Bripka Andry saat wawancara di di NET. secara eksklusif di YouTube Official NET News.

Sebelumnya, Bripka Andry mengungkapkan alasan dirinya jarang masuk dinas sampai dimutasi karena mengurus ibunya di rumah sakit.

Padahal, Bripka Andry mengaku sudah melapor ke Perwira di Batalyon B Pelopor Sat Brimob Polda Riau untuk meminta izin mengurus ibu yang sedang sakit pada hari Rabu, 8 Maret 2023.

Baca juga: Bripka Andry Sering Pakai Uang Tabungan Keluarga untuk Setor Komandan, Istri Sampai Bertanya

Ibu Bripka Andry, Linda Wati menanggapi usai viral sang anak mengaku dimutasi, dan tak masuk karena mengurus ibunya yang sedang sakit.
Ibu Bripka Andry, Linda Wati menanggapi usai viral sang anak mengaku dimutasi, dan tak masuk karena mengurus ibunya yang sedang sakit. (Youtube Official NET News)

Linda membenarkan jika Bripka Andry kerap mengantar dirinya ke rumah sakit untuk berobat.

Diketahui, Linda Wati mengidap penyakit komplikasi, diabetes, asam lambung, vertigo dan bantu empedu.

Sehingga dirinya harus bolak balik ke rumah sakit dari Rokan Hilir, Riau, ke Pekanbaru demi mendapatkan perawatan intensif.

Meski tak tinggal satu atap dengan putranya, Linda Wati dan Bripka Andri sering berkomunikasi.

Sehari-hari Linda Wati berjualan makanan di warung nasi di rumahnya.

"Saya tidak tinggal serumah dengan Bripka Andry, saya dibukakan warung nasi tinggal di sana sama adiknya yang perempuan," jelas Linda Wati.

Karena itulah ketika dirinya sakit, ia selalu membutuhkan Bripka Andry untuk menemaninya berobat.

"Jadi apabila saya ngedrop, adiknya langsung telepon abangnya (Bripka Andry) untuk dibawa berobat, mangkanya saya selalu membutuhkan anak saya untuk ada di sana," bebernya.

Baca juga: Pengakuan Ibu Bripka Andry Tahu Sang Anak Cari Dana Atas Perintah Komandan, Tak Mengerti untuk Apa

Dikatakan, kesehatan Linda Wati sempat menurun setelah mendapat kabar Bripka Andry dimutasi.

Ditambah lagi sang putra kerap mencarikan dana diluar tugas untuk komandannya, Batalyon (Danyon) B Pelopor Mangala, Kompol Petrus H Simamora.

Namun Linda tak mengerti uang untuk komandan yang dimaksud untuk apa.

"Saya kan kurang mengerti, 'abang gimana lah mencari kemana uang sebanyak itu, mudah-mudahan lah abang dapat, tapi kalau gak dapat jgn dipaksain loh'," kata Linda Wati kepada Bripka Andry.

Terbaru, Bripka Andry Darma Irawan muncul wawancara eksklusif menguak sumber dana setoran Rp 650 juta diminta untuk membeli lahan Polindes
Terbaru, Bripka Andry Darma Irawan muncul wawancara eksklusif menguak sumber dana setoran Rp 650 juta diminta untuk membeli lahan Polindes (facebook/AnDrimob Svt Riau)

Bripka Andry menjelaskan tentang riwayat proses Pelaporan yang telah ia jalani setelah dimutasi ke Pekanbaru.

Bripka Andry bersama sang ibu kemudian menemui Komandan Satuan (Dansat) Brimob Polda Riau untuk meminta penjelasan terkait mutasinya.

Saat ditemui, menurut Andry, komandannya itu menyampakan alasannya terkait memutasi demosi Bripka Andry karena dianggap tidak ada kontribusi kepada satuan di Manggala Junction, Kabupaten Rokan Hilir.

"Saya menghadap dengan ibu ke Pekan Baru sampai ibu saya jatuh sakit, ibu saya dirawat, saya izin via WA karena tidak sempat urus izin, namun sorenya saya cek saya dibuat keterangan TK (Tanpa keterangan) absensial saya tekejut, namun karena tidak ingin membuat keadaan ibu saya memburuk saya fokus saja ke ibu berobat, dan dinas saya ditelpon," ungkap Bripka Andry.

Saat ditemui, menurut Andry, komandannya itu menyampakan alasannya terkait memutasi demosi Bripka Andry karena dianggap tidak ada kontribusi kepada satuan di Manggala Junction, Kabupaten Rokan Hilir.

Kemudian, ia mendapat arahan untuk langsung ikut apel sehari setelah menghadap ke komandan satuan.

Namun, Bripka Andry meminta izin tak masuk dinas lantaran bertepatan kondisi sang ibu menurun.

Adapun izin tersebut disampaikan Bripka Andry melalui via pesan WhatsApp pukul 06.26 WIB.

Baca juga: Nelangsanya Bripka Andry Cari Pinjaman Bank Demi Setor Rp 650 Juta ke Komandan, Rumah Masih Kredit

Bripka Andry pun dikejutkan dengan kabar jika ia dimutasi demosi, atau pindah ke jabatan yang lebih rendah, tanpa alasan yang jelas.

Bripka Andry lantas membongkar jika dirinya sudah menjalankan perintah dari Komandan Batalyon untuk mencari uang dari luar kantornya hingga ratusan juta.

Bripka Andry Sering Pakai Uang Tabungan Keluarga untuk Setor Komandan

Anggota Brimob Polda Riau Bripka Andry Darma Irawan mengaku terpaksa menggunakan uang tabungan keluarga demi menutupi 'setoran' ke Kompol Petrus H Simamora yang sebelumnya merupakan Komandan Batalyon (Danyon) B Pelopor Satbrimob Polda Riau.

Ia pula tak menampik adanya tudingan bahwa ia kerap mencari uang di mana-mana.

Hal itu dilakukannya atas perintah komandan.

"Saya kesannya minta-minta, namun demi perintah komandan batalyon saya, saya laksanakan," katanya.

Bripka Andry mengaku tak bercerita dengan sang komandan bagaimana ia mengalami kerumitan, kendala di lapangan saat dirinya mencarikan dana.

"Tahunya berhasil, kemudian dikirim, kerjaan ini harus berhasil. Memang seperti meminta- minta tapi itu dilakukan karena perintah atasan," ujarnya.

Bripka Andry mengatakan, tak jarang uang pribadinya digunakan untuk keinginan komandannya.

Baca juga: Disebut Disersi, Bripka Andry Ungkap Alasan Tak Masuk Dinas, Ngaku Sudah Minta Izin Urus Ibu

Karena permintaan komandan mendadak, dirinya harus mencari ke sana dan ke sini, bahkan sampai memakai uang tabungan suami istri.

"Ma, pakai dulu uang (tabungan) kirim ke Danyon, ada juga trasnferan dari rekening istri saya. Istri saya bertanya 'apakah akan dikembalikan'," kata Bripka Andry menirukan sang istri.

"Ma, ini perintah komandan, kita yakinlah komandan, tidak mungkinlah akan setega itu ke bawahan dan Papa akan cari di luar dan akan diganti," tambah Bripka Andry meyakinkan sang istri.

Untuk mengganti uangnya tersebut, Bripka Andry mencari cara untuk menemui 'rekanan'.

Jika dapat dana, maka akan dipotong untuk menutupi tabungan keluarga.

"Saya laporkan ke komandan, ok katanya dipotong (sebagai pengganti uang tabungan keluarga)," jelasnya.

Menurut Bripka Andry, sang komandan pernah terutang Rp17 juta dari tabungan keluarga Bripka Andry, lantaran Bripka Andry terus memakaia uang keluarga untuk memenuhi kebutuhan operasional sang komandan.

Bripka Andry membeberkan awal mula dirinya diminta mencari sejumlah uang oleh Danyon.

Berawal dari Bripka Andry diminta untuk memfollow up proposal Polindes (Pondok Bersalin Desa) ke Bupati Rokan Hilir.

Rencana tersebut sudah diajukan sejak 2018 oleh Komandan Batalyon (Danyon) lama, namun tak terealisasi.

Kemudian, Kompol Petrus yang bertugas pada 2021 diduga memerintahkan Bripka Andry mengajukan kembali proposal ke Bupati Kabupaten Rokan Hilir.

"Untuk polindes itu kan berbentuk proposal sudah dibuat pada tahun 2018, sudah lengkap semua perincian biaya pembangunannya," ungkapnya.

"Kita jalani proposal ini ke Pemda Rokan Hilir, saya menghadap ke Bupati Rohan Hilir saya mengajukan, kebetulan saya satu tempat kuliah dengan beliau di Universitas terbuka," sambung Bripka Andry Darma Irawan, dilansir dari kanal Youtube Official NET News.

Saat itu, biaya pembangunan Polindes tertulis sekitar Rp 120 juta.

Kemudian, Bupati Rohan Hilir menandatangi proposal tersebut dan memerintahkan melanjutkan ke dinas kesehatan.

Dana bantuan tersebut diungkap dalam bentuk proposal pembangunan Polindes yang dilimpahkan ke PUPR.

Setelah itu, Kompol Petrus kembali memerintahkan Bripka Andry untuk mencari sejumlah uang di luar tugas yang disebut dana operasional.

"Perintah kedua saya diminta carikan dana oleh beliau, karena setau saya kegiatan cari dana ini dari luar, saya pun berkoordinasi dengan teman-teman dari luar, kegiatan-kegiatan mana saja yang setoran sehingga membantu juga ke Batalyon B Pelopor karena saya juga diperintahkan oleh Danyon, sehingga saya dikasih jalan," ungkap Bripka Andry.

Sejumlah dana tersebut diterima Bripka Andry, salah satunya dari pemilik usaha Kencing Minyak Buah Kelapa Sawit Crude Palm Oil (CPO).

Bripka Andry menyampaikan, uang dengan total uang Rp600 jutaan yang disetor ke komandannya, terkumpul setiap bulannya dari beda-beda tempat dengan rentang waktu 1,5 tahun.

Dijelaskan Bripka Andry, Kompol Petrus terus menanyakan perkembangan dana sumbangan itu lewat pesan WhatsApps.

"Dana operasional untuk kebutuhan beliau, saya laksanakan, beliau tidak semua jumpa dengan pemberi, dari mana pemberinya, ada juga yang berjumpa langsung, kebanyakan tidak (bertemu), jadi hanya saya yang bekerja, beliau seperti chat 'Andry ada amunisi?' "Ndry butuh uang', 'Ndry pakai dana cadanganmu' saya siap saya dahulukan,' ungkapnya.

Bripka Andry Terkejut Dimutasi

Bripka Andry kemudian mendapat kabar ia dimutasi tanpa alasan yang jelas pada 3 Maret 2023.

Bripka Andry mengaku terkejut lantaran 15 tahun dinas, dirinya mengklaim tidak ada masalah dan selalu bekerja sesuai tugas yang diberikan.

Bripka Andry kemudian menghadap ke Komandan Petrus guna mempertanyakan penjelasan terkait mutasinya.

Komandan Petrus mengatakan jika ia tidak tahu menahu keputusan Komandan Satuan (Dansat) Brimob Polda Riau.

Tindakan itu akhirnya dibeberkan Bripka Andry di media sosial karena tak terima dimutasi tanpa sebab.

Sebelumnya, Pada 18 April 2023, Bripka Andry menerima pesan WhatsApp dari IPDA Hengki Damanik selaku Provost Sat Brimob Polda Riau tentang surat panggilan dari Paminal Polda Riau.

Selama menjalani pemeriksaan, Bripka Andry membongkar aksi atasannya yang meminta mencarikan uang untuk disetorkan.

Sejak membongkar aib komandannya, Bripka Andry sampai saat ini belum masuk dinas, terhitung lebih kurang tiga bulan.

Bripka Andry engaku bukan tidak mau masuk dinas, tetapi khawatir setelah membongkar rahasia komandannya itu.

"Bukan saya tidak mau masuk dinas, tapi ibu, istri, dan keluarga saya khawatir setelah membongkar ini. Ibu saya menahan saya untuk jangan masuk dinas dulu. Coba cari perlindungan dulu," kata Andry.

Andry mengaku, sudah mendatangi Propam Mabes Polri dan juga Lembaga Perlindungan Saksi dan korban (LPSK) di Jakarta untuk mencari perlindungan.

Diketahui, Bripka Andry viral usai mengaku dimutasi demosi dan mengungkap sering kirim setoran ke komandan melalui media sosialnya.

Ditetapkan Jadi DPO

Bripka Andry kini ditetapkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO).

Polda Riau kini mencari di mana keberadaan anggota Brimob Bripka Andry Darma Irwan karena tidak penah lagi bertugas di satuannya.

Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Riau Kombes Pol Nandang Mu'min Wijaya pun menjelaskan terkait alasan penetapan DPO terhadap Bripka Andry.

"Bripka A hingga hari ini sudah 57 hari tidak pernah lagi menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri,” kata Kombes Nandang dilansir dari Tribunpekanbaru.com, Sabtu (10/6/2023).

Menurut penjelasannya, Bripka Andry sudah tidak pernah masuk dinas setelah dimutasi dari Batalyon B Pelopor ke Batalyon A Pelopor Satuan Brimob Polda Riau pada Maret 2023 lalu.

Selain itu, ia juga menyebut Bripka Andry tak pernah datang saat dipanggil Propam Polda Riau untuk diperiksa terkait masalah setoran tersebut.

"Kami sudah melakukan panggilan beberapa kali untuk diperiksa dan dimintai keterangan, namun yang berangkutan sampai saat ini tidak memenuhi panggilan," jelasnya.

Kini, pihaknya, lanjut Kombes Nandang tengah mencari keberadaan Bripka Andry.

Bripka Andry Minta Perlindungan LPSK

Bripka Andry Darma Irawan memohon perlindungan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan korban (LPSK) di Jakarta.

Terkait pengakuan setoran uang tersebut, Bripka Andry mengatakan tidak ada maksud menjelek-jelekkan institusi Polri.

"Saya klarifikasi lagi, saya tidak niat membongkar atau menjelekkan nama Ke polisian Negara Republik Indonesia," kata Bripka Andry di kantor LPSK, Jakarta Timur, Rabu (7/6/2023) malam.

Dia menyebut seluruh isi postingan di akun Instagramnya merupakan curahan atas apa yang dia rasakan karena sudah kalut memikirkan bagaimana cara mendapat keadilan.

Baik prosedur melaporkan kasus ke Bidpropam Polda Riau agar kasus diusut secara kode etik Polri, hingga bertemu Kapolda Riau Irjen Mohammad Iqbal sudah dijalani Bripka Andry.

"Saya melakukan langkah-langkah pelaporan, juga tidak dapat jalan. Mungkin karena kebuntuan saya curhat di media sosial saya," ujarnya.

Bripka Andry menuturkan memahami segala risiko setelah pengakuannya viral, sehingga pada Rabu (7/6) mendatangi kantor LPSK untuk mengajukan permohonan perlindungan.

Meski hingga kini belum mendapat ancaman atau intimidasi terkait pengakuannya di media sosial, dia mengaku khawatir sehingga melakukan langkah antisipasi.

Bahkan usai dimutasi tugas dari Batalyon B Pelopor ke Batalyon A Pelopor Pekanbaru, Bripka Andry belum berdinas di tempat barunya lantaran pihak keluarga khawatir terjadi hal buruk.

"Saya sudah sampaikan juga ke pihak keluarga ikhlaskan saya. Kita coba semua langkah, ke LPSK juga memohon perlindungan," tuturnya.

Bripka Andry minta keluarga ikhlaskan dirinya

Bripka Andry Darma Irawan memahami risiko membongkar kasus setoran uang Rp650 juta kepada atasannya Kompol Petrus Hottiner Simamora.

Usai membongkar kasus yang dialami melalui akun Instagram pribadinya @andrydarmairawan07.2 beberapa waktu lalu, Bripka Andry mengaku sadar dengan segala kemungkinan risiko.

Di hadapan ibunda yang mendampinginya mengajukan permohonan perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Bripka Andry menyampaikan agar dikhlaskan.

"Saya sudah sampaikan juga ke pihak keluarga ikhlaskan saya. Kita coba semua langkah, ke LPSK juga memohon perlindungan," kata Andry di Ciracas.

Bripka Andry memilih mengajukan permohonan perlindungan ke LPSK agar dirinya dan keluarga mendapat jaminan keselamatan selama proses hukum kasus berjalan.

Beberapa waktu lalu dia sudah melaporkan kasus ke Bidpropam Polda Riau agar kasus diusut secara kode etik Polri, bahkan bertemu Kapolda Riau Irjen Mohammad Iqbal.

Meski hingga kini belum mendapat ancaman atau intimidasi bunturpengakuannya yang viral di media sosial, dia mengaku khawatir sehingga melakukan langkah antisipasi.

Bahkan usai dimutasi tugas dari Batalyon B Pelopor ke Batalyon A Pelopor Pekanbaru, Bripka Andry belum berdinas di tempat barunya lantaran pihak keluarga khawatir terjadi hal buruk.

"Karena saya khawatir, keluarga juga khawatir saya belum masuk ke mutasi yang baru. Namun kita diproses di Propam Polda Riau, terus proses penyidikan sampai menghadap pak Kapolda," ujarnya.

Bripka Andry menuturkan dia membuat laporan hingga menyampaikan kasus dialami kepada Kapolda Riau tanpa maksud merusak citra Polri, melainkan untuk mencari keadilan.

Kini dia masih menunggu informasi lebih lanjut dari LPSK apakah permohonan perlindungan diajukannya sudah memenuhi syarat, dan dapat diterima sebagai terlindung LPSK.

"Saya sudah datang ke kemari memohon perlindungan dari LPSK. Soal diterimanya silakan tanya ke rekan dari LPSK. Mohon doanya, saya dan ibu intinya mencari keadilan," tuturnya.

Baca berita lainnya di google news

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved