Berita Nasional

Nasib Pengungsi Rohingya, di Indonesia Terus Bertambah 644 Orang Dalam Tiga Bulan Terakhir

Jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia terus saja bertambah dalam beberapa bulan terakhir.Berdasarkan data, pada tiga bulan terakhir tercatat ada 644

SERAMBI/INDRA WIJAYA
Nasib pengungsi Rohingya di Indonesia. Mayoritas pengungsi Rohingya menjadikan Provinsi Aceh sebagai tempat pelarian. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNSUMSEL.COM - Jumlah pengungsi Rohingya di Indonesia terus saja bertambah dalam beberapa bulan terakhir.

Berdasarkan data, pada tiga bulan terakhir tercatat ada 644 orang pengungsi Rohingya baru yang tiba di Indonesia.

Pengungsi Rohingya tersebut khususnya menjadikan Provinsi Aceh sebagai tujuan untuk berlabuh lalu mengungsi.

Baca juga: Pekerjaan Puri Kekasih Tiko, Ikut Rawat Ibu Eny, Ternyata Tak Sembarang, Kini Jadi Sorotan

Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi pada Pernyataan Pers Tahunan Menlu (PPTM) 2023 di Jakarta, Rabu (11/1/2022) mengatakan, dengan tambahan ini maka terdapat 1.500 migran etnis Rohingya teregistrasi di Indonesia.

Menurutnya penyelesaian masalah pengungsi Rohingya ini menjadi sulit jika melihat situasi Myanmar saat ini.

"Isu Rohingya tidak akan bisa diselesaikan, jika akar masalah di Myanmar tidak diselesaikan," kata Retno.

Menlu RI menyampaikan kekecewaan ASEAN karena tidak adanya kemajuan yang signifikan dalam implementasi 5 poin konsensus (5 Point Consensus/ 5 PC's) ASEAN.

Indonesia juga telah mendorong implementasi 5 PC's antara lain melalui inisiasi pertemuan Menlu ASEAN di Jakarta dan Phnom Penh dan pertemuan di tingkat kepala negara di Phnom Penh pada November 2022.

Terlepas dari kekecewaan tersebut, Indonesia menyampaikan apresiasi kepada Kamboja yang telah menjalankan keketuaan ASEAN dengan baik di tahun 2022.

Termasuk upaya mendorong pelaksanaan 5 PCs selama keketuaan Kamboja.

"Apresiasi yang tinggi kepada Kamboja yang telah menjalankan keketuaan yang baik, termasuk upaya mendorong pelaksanaan 5 PC's untuk Myanmar," ujar Retno.

Terpaksa Keluarkan Uang

Untuk tiba di Aceh, 184 pengungsi Rohingya harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit.

Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang i migran Rohingya, Muhammad Fairuz (23).

Baca juga: 7 Fakta Mengerikan Bocah SD Diculik dan Dibunuh Pelajar di Makassar, Incar Paru-paru & Ginjal Korban

“Untuk berlayar, kami harus membayar boat senilai 17 dolar, kepada sang kapten,” ucapnya kepada Serambinews.com, Selasa (10/1/2023).

Fairuz membayar sejumlah uang kepada seorang kapten yang ia kenal dari temannya.

Ia juga menambahkan, bahwa ia melakukan ini demi kebebasan mereka.

Dalam perjalanan, etnis Rohingya sempat mengalami mati mesin boat di atas laut dan bertemu dengan angkatan laut.

“Saat di laut, kami bertemu dengan angkatan laut, sepertinya dari Negara India dan mereka memberikan kami bensin untuk menghidupkan mesin boat,” imbuhnya.

Fairuz juga menambahkan, bahwa ia dan anggota Rohingya lainnya hanya mengikuti kemana arah gunung.

Pasalnya, mereka hanya berlayar dengan kompas manual.

Namun tak satu pun dari mereka yang bisa membaca kompas sehingga mereka hanya mengikuti arah gunung.

“Kami melihat sebuah titik kecil yang kami yakini itu adalah sebuah gunung sehingga kami memutuskan untuk mengikuti titik tersebut hingga sampailah kami ke sini(Aceh),” tuturnya.

Fairuz menjelaskan, bahwa saat di tengah perjalanan, sang kapten pergi meninggalkan mereka dengan boat lain.

“Sang kapten pergi meninggalkan kami saat di perjalanan, ia lari dengan boat lain dan tak kembali,” beber dia.

“Tak ada satu pun yang bisa mengendarai boat terkecuali seorang nelayan, ia yang akhirnya membawa boat tersebut,” ungkapnya.

Selama 20 hari di perjalanan, anak-anak sering menangis.

Lalu ibu mereka mencoba menenangkan anak mereka dengan makanan yang ada.

Dari pantauan langsung Serambinews.com, kondisi i migran Rohingya saat ini dalam aktivitas normal.

Ibu dan anak-anak tinggal terpisah dengan pria.

Para ibu dan anak-anak tinggal di musalla UPTD Dinas Sosial Aceh di Ladong.

Sedangkan para pria ditempatkan di gedung lain.

Anak-anak bermain dengan teman seusia mereka.

Di sisi lain, wanita menjemur pakaian dan laki-laki melaksanakan ibadah Shalat Dzuhur.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews dan Serambinews

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved