Berita OKI

Sejarah Rumah Limas Seratus Tiang OKI, Sudah Berdiri Sejak 1811

Rumah Limas seratus tiang yang terletak di Desa Sugih Waras, Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komering Ilir.

TRIBUNSUMSEL.COM/WINANDO DAVINCHI
Rumah Limas seratus tiang yang terletak di Desa Sugih Waras, Kecamatan Teluk Gelam jadi salah satu tempat bersejarah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). 

"Sehingga para ahli atau arsiteknya tidak kuasa meneruskan keinginan Pangeran Rejed maka dengan hasil yang sudah setengah jadi, dan arsitek selalu berganti ganti," tandasnya.

Namun faktor kasulitan adalah mengenai ornament rumah yang harus semuanya diukir, baik ukir timbul 3 dimensi maupun ukir dalam bentuk lukisan.

Tepatnya pada abad 18 atau tahun, jadilah rumah yang disebut rumah seratus tiang dikarenakan memang tiang penyanggah rumah betul betul berjumlah seratus batang.

"Keberadaan rumah tersebut sebenarya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Pangeran Rejed, dikarenakan masih banyak ukiran lukisan yang belum terselesaikan,"

"Dia merencanakan seluruh tiang rumah harus bemuansa ukir, namun si arsitek tidak mampu menyelesaikan dia keburu pulang kenegeri cina," tuturnya.

Lanjutnya, oleh anak Pangeran Rejed Wira laksana rumah tersebut dijadikan sebagai pusat kekuasaan pemerintahan marga Bengkulah.

Setiap diadakan pertemuan para pangeran atau pertemuan dengan pemerintah Belanda maka rumah tersebut menjadi pilihan utama. 

Baca juga: KPU Lubuklinggau Butuh 40 Orang PPK dan 216 PPS Pemilu 2024, Pendaftaran Bulan Ini

"Pada awalnya dibeberapa bagian rumah dibalut dengan kain sebagai kasta tempat pertemuan para ningrat, sekarang rumah tersebut dihuni oleh titisan ketujuh keturunan dari Pangeran Rejed,"

"Pengakuan dari penghuni rumah semua ornament rumah belum ada yang di renovasi kecuali genteng bagian atas. Hal tersebut dilakukan dikarenakan sudah ada yang pecah atau rapuh dimakan waktu," ujarnya.

Oleh orang setempat perkampungan rumah seratus tiang dimaksud disebut sebagai kampong Pengeran.

Secara historisnya, dikatakan sebagai kampong Pengeran karena hampir seluruh rumah yang ada disekitar wilayah tersebut adalah masih ada kaitan darah dari si pengeran.

"Kondisi rumah disekitar wilayah ini masih dapat dikatakan utuh ditilik dari kondisi bangunan rumah. Walaupun ada yang direnovasi, namun tetap tidak meninggalkan keaslian dari bentuk semula sebagai cermin rumah adat atau rumah bersejarah masa lalu," tukasnya. 

Baca berita lainnya di Google News

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved