Berita Musi Rawas

Sensasi Tengkuyung Sungai Gulai Pindang, Kuliner Warisan Leluhur Khas Musi Rawas

Olahan Tengkuyung Sungai satu kuliner khas warisan leluhur yang menjadi santapan bagi sebagian masyarakat Kabupaten Musi Rawas.

SRIPOKU/AHMAD FAROZI
Tengkuyung Gulai Pindang Khas Musi Rawas 

TRIBUNSUMSEL.COM, MUSIRAWAS- Bagi masyarakat Kabupaten Musi Rawas dan sekitarnya, terutama yang bermukim di pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) sudah tidak asing lagi dengan salah satu hewan sungai bernama Tengkuyung.

Bahkan Tengkuyung ini merupakan salah satu kuliner khas warisan leluhur yang menjadi santapan bagi sebagian masyarakat Kabupaten Musi Rawas.

Tengkuyung berbentuk seperti siput atau keong, namun agak bulat memanjang.

Makin ke ujung bulatannya makin lancip.

Warnanya hitam dengan cangkang tebal dan keras. Tengkuyung banyak ditemui di sungai, hidup menempel dan merayap diatas bebatuan sungai.

Kalau lagi musim, cukup mudah mendapatkan Tengkuyung.

Sambil mandi di tepian sungai, bisa diselingi dengan mencari Tengkuyung diatas batu.

Tengkuyung ini bisa dimasak dengan berbagai cara. Namun sebagian masyarakat lebih menyukai masak Tengkuyung dengan cara di gulai pindang.

Cara pengolahannya, Tengkuyung hasil tangkapan dimasukkan dalam nampan atau ember.

Kemudian, bagian ujungnya dipotong, kira-kira sepertiga bagian cangkangnya.

Setelah dipotong kemudian dibersihkan dengan air bersih.

Namun, membersihkannya jangan terlalu diguncang-guncang atau digoyang.

Karena sebagian masyarakat memercayai adanya mitos, bahwa kalau saat membersihkannya diguncang terlalu keras, maka Tengkuyung akan beranak.

Sehingga saat dimakan akan terasa seperti makan pasir.

Setelah dibersihkan, selanjutnya siapkan bumbu pindang secukupnya lalu dimasak. Setelah ramuan dimasak, kemudian masukkan Tengkuyung sampai matang, lalu siap disajikan.

Cara makan Tengkuyung gulai pindang ini cukup unik. Karena, makannya dengan cara disedot.

Dimana cara menyedotnya adalah melalui lubang bekas dipotong dibagian ujungnya.

Apabila tidak tersedot dibagian lubang yang telah dipotong, maka bisa disedot terbalik, yaitu dibagian mulut Tengkuyung.

Biasanya, setelah dimasak, isi Tengkuyung ini sangat mudah disedot keluar, lalu di makan.

Selain di gulai pindang, ada sebagian masyarakat yang masak Tengkuyung ini dengan cara digulai santan.

Cara lainnya adalah di goreng pedas.

Untuk Tengkuyung goreng ini, sebelum dimasak direbus terlebih dahulu.

Setelah matang, isi Tengkuyung dikeluarkan dengan menggunakan peniti. Isi yang dikeluarkan ini kemudian dikumpulkan dalam suatu wadah, dan setelah dirasa cukup siap untuk digoreng dengan bumbu goreng yang sudah dipersiapkan.

Bagi yang sudah biasa makan Tengkuyung, pasti paham dengan kelezatan rasanya. Dagingnya agak kenyal dan sangat gurih saat disantap.

Baca juga: Wako-Bupati Hadiri Pelantikan Pengurus KORMI Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas

Bagi masyarakat perkotaan, seperti di Lubuklinggau, juga bisa mendapatkan Tengkuyung, meski tidak mencari sendiri ke sungai.

Karena, di pasar tradisional, terkadang dijumpai ada pedagang yang menjual Tengkuyung, dengan harga relatif terjangkau.

Penjual Tengkuyung di pasar ini biasanya mendapatkan Tengkuyung dari daerah Musi Rawas atau Muratara. Per kilogram Tengkuyung dapat diperoleh dengan harga sekitar Rp15 ribu. (SP/ahmad farozi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved