Berita Viral
FAKTA Dibalik Ibu Marah di HKBP Tanjung Mulia Tak Terima Anak Nikah, Ternyata Dipicu Mahar Tak Dapat
Reftania Yanti Nainggolan, Anak dari seorang ibu yang marah-marah saat di HKBP memberikan klarifikasi terkait kejadian viral beberapa waktu lalu.
Penulis: Thalia Amanda Putri | Editor: Moch Krisna
Hancur, marah dan kecewa itulah yang menggambarkan perasaan seorang ibu kepada sang anak saat ini.
Pasalnya anak yang sudah dibesarkan hingga diberikan pendidikan sampai kuliah itu malah mengecewakan ibunya dengan menikahi pria yang diduga pengangguran tanpa sepengetahuan ibunya.
Momen tersebut dibagikan dalam akun instagram @admin_igtainment, diketahui momen pilu tersebut terjadi di Gereja HKBP Tanjung Mulia Sumatera Utara.
Dalam video yang viral, Ibu yang diduga bernama Asima Mariati Ema itu berlari berteriak menuju Gereja tempat berlangsungnya pernikahan anaknya.
"Anakku diambil tanpa persetujuan dariku orangtuanya," teriak ibu dalam video itu.
"Seorang diri saya membesarkan anakku, mau diambil dengan laki-laki yang pengangguran, Laki-laki pengangguran mau memanfaatkan anak gadisku" ucap Ema.
Dilansir dari Tribunnews Maker, Ema sempat pergi menemui pendeta di di Gereja HKBP Tanjungmulia, Medan sebanyak empat kali untuk menanyakan bagaimana kejelasan atas proses pernikahan putrinya, Reftania.
Sang ibu ingin mengetahui bagaimana bisa putrinya melakukan proses malua, martumpol hingga pemberkatan pernikahan tanpa mendapat restu dari Ema sebagai orangtuanya.
Namun sayang niat Ema tidak mendapat respon yang baik dari pihak keluarga yang menjadi wakil dalam pernikahan putrinya.
Terlebih, sang ibu dan adik Reftina dilarang untuk mengucapkan selamat kepada sang anak beserta suami.
Diketahui, Asima Mariati Ema merupakan orangtua tunggal yang membesarkan anaknya seorang diri hingga sang anak dapat menjadi sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang bagus.
Hal itulah yang membuat Asima terpukul melihat anak tercintanya yang telah ia besarkan seorang diri harus menikah dengan laki-laki tidak memiliki pekerjaan, sang ibu khawatir jika kelak anaknya hanya dimanfaatkan oleh suaminya.
(*)