Berita Corona
Varian Omicron Sudah Menyebar 38 Negara, WHO Belum Temukan Kasus Kematian
WHO mengkonfirmasi Omicron varian baru Covid-18 telah menyebar ke 38 negara di dunia.
"Varian baru yang mungkin menyebar sangat cepat ini dapat merusak kepercayaan diri," tambah Georgieva.
Baca juga: CATAT Gejala Kena Omicron Varian Baru Covid-19, Salah Satunya Tak Kehilangan Rasa atau Bau
Sebuah studi awal oleh para peneliti di Afrika Selatan, di mana varian Omicron pertama kali dilaporkan pada 24 November 2021, menunjukkan bahwa varian ini bisa tiga kali lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang dibandingkan dengan varian Delta atau varian Beta.
Presiden Federasi Internasional Palang Merah (IFRC), Francesca Rocca, menilai munculnya varian Omicron adalah bukti nyata dari bahaya tingkat vaksinasi global yang tidak merata.
Asia Pasific diminta bersiap hadapi lonjakan Covid
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara di Asia-Pasifik bersiap menghadapi lonjakan kasus Covid-19.
Melansir CNA, WHO pada Jumat (3/12/2021) mengatakan, Asia-Pasifik harus meningkatkan kapasitas perawatan kesehatan dan memvaksinasi orang-orang untuk mempersiapkan lonjakan kasus COVID-19 yang dipicu oleh varian Omicron.
Varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika selatan bulan lalu dan dijuluki sebagai "varian yang menjadi perhatian" oleh WHO.
Para ilmuwan masih mengumpulkan data untuk menentukan seberapa menularnya, dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.
Telah dilaporkan di setidaknya dua lusin negara, dan mulai mendapatkan pijakan di Asia minggu ini.
Kasus dilaporkan di Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan India.
Banyak pemerintah telah menanggapi dengan memperketat aturan perjalanan.
“Pengendalian perbatasan dapat mengulur waktu, tetapi setiap negara dan setiap komunitas harus bersiap menghadapi lonjakan kasus baru,” ujar Takeshi Kasai, direktur regional WHO untuk Pasifik barat.
“Masyarakat tidak boleh hanya mengandalkan tindakan perbatasan. Yang paling penting adalah mempersiapkan varian ini dengan potensi penularan yang tinggi.
"Sejauh ini, informasi yang tersedia menunjukkan bahwa kita tidak perlu mengubah pendekatan kita,” kata Kasai," sambungnya.
Kasai mengatakan bahwa negara-negara harus memanfaatkan pelajaran dari berurusan dengan varian Delta.