Wawancara Eksklusif Tribun Sumsel

Wawancara Eksklusif Tribun Sumsel dengan Ridwan Kamil (1), Ditanya Jadi Presiden, 'Bismillah Saja'

Untuk menjadi pemimpin nasional ada tiga, satu punya elektabilitas, kedua punya modal karena pasti mahal dan ketiga punya dukungan dari partai

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/LINDA TRISNAWATI
Gubernur Jabar yang juga Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) selfie bareng dengan Head of Newsroom Sripo dan Tribun Sumsel Hj L Weny Ramdiastuti dan GM Senior Sumatera Tribun Network MF Ririen Kusumawardani. 

* Anda seperti berani menyuarakan pendapat

Saya bukan melawan, tapi memberikan perspektif yang lain kira-kira begitu. Dalam sebuah wawancara keputusan.

Lalu ada politik tahu diri. Jadi untuk 2024 saya gunakan politik tahu diri. Maksudnya karena modal belum ada dan partai juga belum ada. Jadi probabilitasnya masih dinamis. Bahwa namanya dikutip-kutip surve dan Alhamdulillah di lima besar, itu nggak bisa dihindari.

Jadi kesimpulannya itu, saya ikhtiar ada tapi menyerahkan perjodohan-perjodohan politik itu betul-betul pada qadarullah. Contohnya seperti Wakil Presiden Ma'ruf Amin, apakah di surve, kan tidak. Tahu-tahu jadilah Wapres dengan pak Jokowi. Itu membuktikan bahwa untuk level nasional, hitungan itu tidak matematis.

Sebagai makhluk beragam, ikhtiar ada, doa itu bisa mengubah takdir tapi juga harus berserah diri. Saya sudah berazam, tapi setelahnya bertawakal.
Itu prinsip spiritualitas saya, yang membuat saya menjalani ini dengan happy aja.

* Anda ini prepare nya ke partai seperti apa

Pada dasarnya selama dia tidak menghianati Pancasila semua partai sama, hanya gaya dan warnanya saja yang beda. Sebenernya patokan saya, saya akan memilih platform partai yang sudah teruji dan setia pada Pancasila. Karena Pancasila itu perjanjian agung dari orang tua kita berdasarkan kelompok yang berbeda-beda.

Makanya saya ingin menjadi pemimpin yang bisa menyatukan itu. Jangan sampai Pancasila diganggu. Apalagi sejarah keluarga saya itu melawan Belanda, pakde saya gugur, kakek saya dipenjara Belanda dua kali.

Jadi dari keluarga Gubernur Jabar ini kakeknya pernah dipenjara Belanda, makanya saya bilang kalau Indonesia mau selamat Pancasila harus tegak tapi tetap dengan dialog.

Ikuti Kami di Google Klik

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved