Berita Palembang
Mengenal Tradisi Menidurkan Tujuh Janda di Rumah Baru di Palembang, Ini Penjelasan Budayawan
Mengenal Tradisi Palembang Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru atau Menidurkan Tujuh Janda di Rumah Baru. Penjelasan Budayawan Sumsel Vebri Al Lintani
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Yohanes Tri Nugroho
Selama tujuh hari tersebut janda-janda itu tidak masak, karena diantarakan makanan dari tuan rumah. Paling kalaupun masak seperti air panas dan yang ringan-ringan.
Baca juga: Melihat Tradisi Bujang dan Gadis Mandi Bareng di Sungai Sambut Ramadhan, Makin Seru Saat Aksi Jahil
Karena memang tuan rumah juga menyediakan alat masak kalau dulu minyak tanah, kalau sekarang bisa dibilang gas. Disediakan juga bumbu-bumbu dan rempah-rempah seperti garam, asam, kayu manis dan lain-lain.
"Yang dilakukan para janda ini selama tujuh hari yaitu bedoa, baca yasin, dan beribadah. Ia semacam uji coba menempati rumah baru, sebelum ditempati yang punya rumah," katanya.
Nantinya janda tersebut akan bercerita, misal rumahnya dingin, dan nyaman. Atau bahkan kalau memang dirasa ada penunggunya, juga akan disampaikan. Sehingga yang punya rumah bisa mengambil tindakan, misal diadakan yasinan dan lain-lain.
Lalu pada hari ke tujuh diadakan hajatan dari tuan rumah seperti yasinan, sedekah, doa dan lain-lain. Setelah itu besoknya baru ditunggu tuan rumah.
"Kalau uda selesai sebagai ucapan terimakasih atau penghargaan, para janda diberi pakaian atau yang lainnya sesuai kemampuan tuan rumahnya," kata Vebri.
Menurut Vebri, tradisi Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru ini masih ada yang melakukan tradisi ini, seperti di daerah Tangga Buntung, atau Seberang Ulu.
Namun memang sudah tidak terdengar lagi.
Baca juga: Mengenal Tradisi Jamuan Ngidang saat Persedekahan di Paiker Empat Lawang
Seperti Kemas Haji Mas'ud Khan yang merupakan tokoh adat di Palembang. Dia masih menggunakan tradisi Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru pada tahun 1970 an.
Rumah yang ia tunggunya ini dilakukan tradisi itu. Alhamdulillah rumah itu rezekinya cukup, tidak ada bentrokan. Proses itu mendatangkan kebaikan, tentunya atas ijin Allah. Adat istiadat itu diyakini proses supaya berkah.
"Selama ini juga belum diangkat tentang tradisi Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru, sehingga orang juga banyak nggak tahu. Maka kami ingin menginformasikan bahwa ini tradisi yang unik dan langka," katanya.
Menurut Vebri, memang masih butuh kajian, kalau masih relevan ya bagus dilakukan sebagai bentuk identitas warga Palembang.