Bijak Merayakan Iedul Fithri di Tengah Pandemi
Di tengah perayaan Iedul Fithri tahun ini kita, umat Islam, juga dituntut untuk bersikap bijak dalam beribadah, terutama kita yang menyelenggarakan Sh
Penuhilah hak-hak tradisional mereka, sebagai tanda kita tidak melupakan mereka. Alhamdulillah, di era digital sekarang ini hak-hak tersebut bisa dengan cepat dan mudah dikirim atau ditransfer.
Bagi kita yang tinggal di kampung, bersikap bijaklah terhadap sanak saudara kita yang tidak bisa mudik.
Berhentilah membujuk, merayu, apalagi memaksa mereka untuk mudik, agar mereka tidak terbebani dengan rasa bersalah.
Mereka tidak mudik bukan karena sudah lupa atau tidak perduli dengan sanak saudara, tetapi mungkin ada alasan tertentu dan salah satu alasan yang sangat kuat adalah untuk tidak turut menyebarkan Pandemi Covid-19 yang kita semua sudah tahu, sungguh sangat berbahaya.
Kedua, bijak menyikapi tradisi “makan enak” dan “baju baru”.
Tentu tidak ada yang salah dengan tradisi tersebut. Tetapi di tengah Pandemi Covid-19 sekarang ini baiknya kita bijak dalam mengikutinya. Silakan “makan enak”, tetapi secukupnya saja, agar tidak boros, karena kita perlu menabung untuk mengantisipasi biaya kesehatan dan kemungkinan terjadinya penurunan income kita, karena pengurangan gaji atau bahkan PHK.
Jangan berlebihan dan sembarangan “makan enak”, agar asupan makanan di perut kita membuat kita lebih sehat dan meningkatkan kekebalan tubuh kita, untuk melawan serangan Covid-19.
Kita juga harus bijak mengikuti tradisi belanja “baju baru”, agar baju baru yang kita beli tidak mubazir. Belilah “baju baru” seperlunya, karena pada dasarnya baju baru tidak terlalu diperlukan, karena di tengah Pandemi Covid-19 kita dituntut untuk banyak mengurangi aktifitas luar rumah.
Ketiga, bijak dalam beribadah.
Di tengah perayaan Iedul Fithri tahun ini kita, umat Islam, juga dituntut untuk bersikap bijak dalam beribadah, terutama kita yang menyelenggarakan Sholat Iedul Fithri dan Sholat lima waktu di Masjid atau Mushollah.
Lakukan semua kegiatan ibadah secara bijak, dengan tidak terlalu mengikuti keinginan, pendapat, dan perasaan sendiri.
Jika kita menjadi makmum, jadilah makmum yang bijak, yang disiplin menerapkan protokol kesehatan. Jika kondisi kesehatan kita sedang kurang baik, sebaiknya sholat di rumah saja, agar tidak mengganggu kekhusyu’an jama’ah lain dalam beribadah.
Insya’Allah dengan niyat yang tulus dan ikhlas ibadah kita diterima-Nya, baik dilaksanakan di rumah ataupun di masjid atau mushollah. Bagi kita yang bertindak sebagai imam dan atau khotib hendaklah kita menjadi imam yang bijak, agar makmum yang ada di belakang kita merasa khusyu’, aman, dan nyaman.
Memilih bacaan ayat yang pendek dalam mengimami sholat dan mempersingkat khutbah, insya’Allah menenteramkan hati jama’ah dan tidak akan mengurangi kualitas ibadah kita.
Kita yang menjadi pengurus Masjid juga perlu bersikap bijak, minimal dengan menyediakan Masker dan Hand Sanitizer bagi jama’ah yang kelupaan atau tidak punya. Selain itu, pengurus Masjid atau Muashollah tentu saja perlu kerja ekstra mengingatkan dan mendisiplinkan seluruh jama’ah untuk menerapkan Protokol Kesehatan.