Bijak Merayakan Iedul Fithri di Tengah Pandemi
Di tengah perayaan Iedul Fithri tahun ini kita, umat Islam, juga dituntut untuk bersikap bijak dalam beribadah, terutama kita yang menyelenggarakan Sh
TRIBUNSUMSEL.COM - Dalam Kamus Bahasa Indonesia, bijak berarti “selalu menggunakan akal budi, pandai, dan mahir”.
Dalam Kamus Bahasa Arab padanan kata bijak adalah hakim, rasyid,dan ‘aaqil, dan dalam Bahasa Inggris padanan kata bijak adalahwise dan thoughtful.
Dilihat dari kosa kata dalam tiga bahasa tersebut, maka secara umum bijak berarti selalu berhati-hati, arif, dan cerdasdalam menyikapi sesuatu.
Tulisan ini mengajak kita semua, khususnya umat Islam, untuk bersikap bijak dalam merayakan Iedul Fithri 1442 Hijriyah yang bertepatan dengan 2021 Miladiyah.
Bagi umat Islam, Hari Raya Iedul Fithri adalah momentum yang sangat penting dan sarat dengan makna religiusitas, untuk merayakan kesuksesan menjalankan rangkaian ibadah yang sangat special di bulan yang sangat special, yaitu Ramadhan.
Momentum perayaan Iedhul Fithri tentulah diharapkan membawa kegembiraan dan kebahagiaan, bukan sebaliknya, membawa kesedihan dan kepedihan.
Pada tahun ini umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, perlu sungguh-sungguh bersikap bijak dalam merayakan Iedul Fithri, karena perayaan Iedhul Fithri tahun ini dilakukan di tengah Pandemi Covid-19 yang semakin mengganas, yang sewaktu-waktu dapat menjadikan siapapun sebagai korban, apapun statusnya dan dimanapun dia berada.
Karena itu maka di tengah perayaan ini kita, Umat Islam, dituntut untuk benar-benar bijak dalam berbagai aktifitas kita.
Pertama, bijaklah dalam urusan mudik. Iedul Fithri memang momentum yang identik dengan tradisi mudik yang cenderung sangat emosional dan penuh makna, terutama untuk mempererat jalinan tali silaturrahim.
Bagi kita yang tinggal di perantauan, terkadang ada rasa bersalah jika tidak mudik di hari lebaran, seakan kita sudah melupakan saudara yang ada di kampung, ibarat “kacang lupa pada kulitnya”.
Bagi kita yang tinggal di kampung, terkadang ada rasa sepi yang mencekam jika saudara-saudara yang ada di perantauan tidak mudik, seakan kita sudah dilupakan.
Di tengah Pandemi Covid-19 sekarang ini, hendaknya kita tidak larut dalam emosi, jangan baperan dalam urusan mudik, tetapi sikapi tradisi mudik secara bijak.
Larangan mudik bisa saja kita langar, protokol kesehatan bisa saja kita abaikan, dan rasa takut tertular Covid-19 bisa saja dikalahkan oleh rasa kangen dan ingin berkumpul bersama keluarga, tetapi semua itu tidak akan terjadi jika di tengah perayaan ini kita bersikap bijak dalam mengambil keputusan. Jangan memaksakan diri untuk mudikhanya karena Baperan, karena kita tetap bisa mempererat tali silaturrahim dari perantauan.
Bagi yang tinggal di perantauan, bersikap bijaklah terhadap orang tua dan sanak saudara yang ada di kampung.
Berkomunikasilah dengan mereka dengan menggunakan berbagai media yang tersedia, agar mereka memahami reasoning tidak bisa mudiklebaran tahun ini.