Penjelasan Jubir Luhut Binsar Soal Ada 2 Juta Data Covid-19 yang Belum Terlaporkan ke Laboratorium

Penjelasan Jubir Luhut Soal Ada 2 Juta Data Covid-19 yang Belum Terlaporkan ke Laboratorium

Editor: Slamet Teguh
MICHAEL DANTAS / AFP
ILUSTRASI 

TRIBUNSUMSEL.COM - Pandemi Covid-19 masih terus terjadi di Indonesia.

Hingga kini, tercatat ada lebih dari 1 juta orang di Indonesia sudah terpapar Covid-19.

Namun, dibalik luar biasanya isu tersebut.

Muncul isu, jika ada 2 juta data Covid-19 yang hingga kini belum dilaporkan ke laboratorium.

Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi menjelaskan pernyataan dua juta data Covid-19 yang belum dilaporkan ke laboratorium bukan data kasus positif yang ditutupi.

Menurutnya, hal ini disebabkan karena banyak laboratorium yang cenderung lebih dahulu melaporkan kasus positif agar segera mendapat penanganan sehingga data kasus negatif tertunda untuk dilaporkan.

“Sebenarnya bukan dua juta kasus positif yang belum masuk. Tetapi, ada banyak hasil tes negatif yang tertunda untuk dilaporkan oleh laboratorium. Karena jumlah tes yang besar & tenaga entry terbatas, laboratorium cenderung lebih dahulu melaporkan hasil positif agar bisa segera ditindaklanjuti,” kata Jodi kepada wartawan, Sabtu (6/2/2021).

8.799 Nakes Batal Vaksin Covid-19, Cakupan Vaksinasi Nakes di Sumsel Baru 40,1 Persen

Penjelasan Para Ahli Terkait Penggunaan 2 Masker yang Disebut Lebih Efektif Untuk Mencegah Covid-19

Corona Makin Mengkhawatirkan, DPR Usulkan Karantina Wilayah di Zona Merah Covid-19

Lima Faktor yang Membuat Seseorang Masih Bisa Positif Covid-19 Meskipun Sudah Divaksin

Menurut Jodi, beberapa pihak mungkin salah menangkap maksud dari apa yang disampaikan Menko Luhut dalam pertemuan virtual dengan epidemiolog. 

Yang dimaksud Menko Luhut akan berpengaruh pada positivity rate adalah dua juta data tersebut justru akan membuat angka positivity rate menurun, bukan meningkat.

“Jadi ketika data tersebut nanti sudah terintegrasi dan dimasukkan, angka positivity rate juga akan turun karena memang banyak data kasus negatif yang tertunda untuk dilaporkan sebelumnya. Jadi artinya bukan ada kasus positif yang ditutupi dan yang ditakutkan terjadi lonjakan rasa-rasanya tidak akan terjadi,” ujar Jodi.

Jodi melanjutkan integrasi data masih menjadi masalah dalam penanganan Covid-19. 

Dia menegaskan sejak awal Menko Luhut fokus pada integrasi sistem manajemen yang baik, sehingga data yang disampaikan bisa faktual dan nyata.

Dengan momentum pandemi Covid-19 ini, Menko Luhut juga terus mendorong perwujudan big data kesehatan yang menampung dan mengintegrasikan berbagai sumber data kesehatan, seperti rekam medis elektronik, BPJS Kesehatan, vaksin, dan lain sebagainya.

“Memang ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Tapi Menko Luhut melihat pandemi ini sebagai momentum yang tepat bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem database kita, bukan hanya di bidang kesehatan, tapi lainnya juga. Supaya ke depan kita bisa punya sistem manajemen data yang baik,” tutup Jodi.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang juga merupakan Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 mengungkapkan pemerintah memiliki tugas untuk menyelesaikan persoalan data kasus Covid-19 antara pusat dan daerah yang belum sepenuhnya terintegrasi. 

Dalam pertemuan dengan Wamenkes, ahli kesehatan dan epidemiolog yang berlangsung secara virtual pada Kamis (4/2/2021) Menko Luhut sempat menyampaikan bahwa masih ada hampir dua juta data atau mungkin lebih data yang belum di entry.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jubir Luhut Klarifikasi Soal Dua Juta Data Covid-19 yang Belum Terlapor ke Laboratorium.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved