Surat Teguran Eiger Viral, Kisah Merek Eiger yang Didirikan Ronny Lukito, Berawal dari 2 Mesin Jahit
Produsen perlengkapan outdoor Eiger mendadak jadi sorotan publik media sosial.Pasca heboh surat teguran yang dilayangkan kepada seorang youtuber ter
Dikutip dari situs Eiger, nama Eiger diluncurkan pertama kali pada tahun 1989 sebagai produk untuk memenuhi berbagai kebutuhan perlengkapan dan peralatan penggiat alam terbuka.
Nama Eiger sendiri terinspirasi dari Gunung Eiger berketinggian 3.970 mdpl dan menjadi “gunung tersulit didaki” ke-3 di dunia yang terletak di Bernese Alps, Swiss.
Berkembang pesat
Kegigihan membuat usaha yang awalnya hanya berskala rumah tangga dengan ekonomi keluarga pas-pasan, kini mampu berkembang pesat Ronny mampu membeli tanah seluas 6.000 meter persegi di kawasan Kopo, Kota Bandung, yang menjadi pabrik Eiger.
Jenis usaha pun terus berkembang, hingga mampu membuka outlive store di Jalan Setiabudi dan EST Store di Jalan Sumatera, Kota Bandung. Pada tahun 1992, Ronny memperoleh penghargaan Upakarti Pemerintah Republik Indonesia atas usahanya menjalin kemitraan dengan para pengrajin tas.
Ronny memberikan modal pada awal usaha bagi belasan perajin lalu memberi tas yang diproduksi para perajin.
Aset pabrik Eiger disita
Toko Eiger Bandung, Produk Eiger(Produk perlengkapan petualangan alam bebas Eiger di salah satu toko di Bandung, Jawa Barat.) Dinilai cukup sukses, dia pun berekspansi usaha di bidang properti.
Investasi besar-besaran dia lakukan dengan membangun Vila Trinity pada 1991, lalu Perumahan Galeria tahun 1995 di Kabupaten Bandung Barat. Untuk itu, dia meminjam dana dari bank.
Namun, keputusannya terjun di bidang properti terkesan kurang pertimbangan matang. Perhitungannya saat itu meleset. Tahun 1998, krisis moneter melanda, sedangkan bisnis properti terkena imbasnya.
"Saya harus menanggung bunga bank yang tinggi, hingga banyak utang. Aset pabrik Eiger disita. Saya harus menebus utang di bank Rp 4,5 miliar,” cerita Ronny.
Namun ia bersyukur, masa kritis bisa dilewati tanpa kehilangan aset. Utang itu dia lunasi tahun 2003. Ia juga bersyukur, pada masa krisis tidak harus memutus hubungan kerja atau merumahkan karyawan.
Pada krisis ekonomi tahun 2008, Ronny malah menambah karyawan.
”Dalam keadaan sulit itu, saya bernazar, jika bisnis kami bangkit kembali, saya akan menjalankan green business dalam segala aspek, yakni bisnis yang tidak korup, tidak menggelapkan pajak, membayar gaji karyawan dengan layak, dan menjalankan bisnis yang ramah lingkungan,” kata dia.