Kecelakaan Sriwijaya Air

'Kita Milik Allah, Jadi Kapan Allah Memanggil Mul, Kita Tidak Bisa Berbuat Apa-apa'

Diketahui, Nama mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Mulyadi P Tamsir masuk dalam mnnifest penumpang pesawat Sr

Editor: Weni Wahyuny
TRIBUN PONTIANAK IST dan Agus Pujianto
Tangis Ponijan, anak dan menantunya jadi korban Sriwijaya Air 

TRIBUNSUMSEL.COM, PONTIANAK - “Kita itu bukan milik manusia. Kita milik Allah. Jadi kapan Allah memanggil Mul, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kami keluarga sudah mengikhlaskan,” itulah sebagian kalimat yang keluar dari mulut Ponijan, ayah Mulyadi yang merupakan penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Ditemui di kediamannya di Jalan Lingkar Sungai Durian, Kelurahan Kapuas Kanan Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Minggu 10 Januari 2021, Ponijan masih berharap mukjizat akan keselamatan sang anak.

Diketahui, Nama mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Mulyadi P Tamsir masuk dalam mnnifest penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Rute Jakarta-Pontoianak jatuh, Sabtu 9 Januari 2021. 

Selain Mulyadi yang juga Ketua Bidang Organisasi DPP Partai Hanura, ada puluhan penumpang lain dalam pesawat naas itu.

Dalam manifest penumpang pesawat Sriwijaya Air itu membawa 62 orang, penumpang, Pilot dan awak kabin pesawat.

Baca juga: Ma, Mia Mau Berangkat, Chat Pramugari Sriwijaya Air ke Ibu, Biasanya Telepon, Permintaan Terakhir

Baca juga: Mata Berkaca-kaca, Sri Cerita Dikirim Video Orang Tua Sebelum Sriwijaya Air SJ 182 Lepas Landas

Baca juga: Kondisi Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Laik Udara Sebelum Hilang Kontak, Kemenhub Tunjukkan Ini

Dalam penerbangan ini, Mulyadi bersama istrinya Makrufatul Yeti Srianingsih dan mertuanya Khasanah.

Mengenakan sarung dan peci, Ponijan tampak tegar dengan kabar yang beredar, meskipun belum ada kepastian soal kondisi anak, menantu dan besannya. Meski demikian, Ponijan ikhlas dengan kemungkinan terburuk.

Mulyadi merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dia dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga sederhana berlatar belakang petani. Mulyadi merupakan keluarga transmigran di Desa Semujau Mekar, Kecamatan Ketungau Hilir, Kabupaten Sintang. Orangtuanya berasal dari Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Nama Mulyadi P Tamsir mulai dikenal luas masyarakat ketika menjadi Sekjen PB HMI, kemudian mendapatkan amanah menjadi Ketua Umum PB HMI.

Di kancah politik nasional, Mulyadi pernah mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI. Dia maju lewat Partai Hanura untuk daerah pemilihan Jatim 1.

Di rumah orangtuanya, foto Mulyadi mengenakan setelan jas warna hitam dalam bingkai diletakkan di atas lemari kayu. “Mudah-mudahan masih ada mukjizat dari Allah, semuanya selamat,” kata Ponijan.

Ponijan bercerita, dia sama sekali tak ada merasakan firasat buruk. Namun, dua hari terkahir, dia bersama istrinya Katimah merasakan ada yang janggal pada nyala kompor di rumahnya. Sejak dua hari terkahir, dia merasa nyala api kompor gasnya sangat kecil.

Ponijan merasa, Mulyadi meninggalkan kenangan terindah ketika menikahi Makrufatul Yeti Srianingsih.

“Kenangan terindah nikah kemarin. Dia itu sudah beberapa kali gagal nikah. Yang terakhir, saya minta cepat. Itu pun karena sejarah itu tadi. Tiap malam saya berdoa, supaya jodohnya jangan jauh-jauh, paling jauh Pontianak, kan dekat. Baru dua bulan nikahnya. Kemarin dihubungi istrinya hamil,” kata Ponijan.

Mulyadi dan Yeti terbilang masih pengantin baru. Pernikahannya baru berumur sekitar 50 hari saat kecelakaan pesawat terjadi.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved