Kecelakaan Sriwijaya Air
'Kita Milik Allah, Jadi Kapan Allah Memanggil Mul, Kita Tidak Bisa Berbuat Apa-apa'
Diketahui, Nama mantan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Mulyadi P Tamsir masuk dalam mnnifest penumpang pesawat Sr
Ada lima warga Pontianak yang ikut menjadi korban. Hadi Purnomo menyebutkan, ada lima keluarganya yang menjadi penumpang Sriwijaya Air SJ-182. Kelima orang itu adalah Toni, Rahmawati, Ratih Windania, Yumna Fanisyatuzahra dan Athar Rizki Riawan.
“Jadi keluarga saya yang ikut penerbangan tersebut ada anak kecil dua orang, dewasa tiga orang. Jadi terdiri dari suami istri dan anaknya yang sudah berumah tangga dan memiliki satu anak yang juga ikut menjadi korban dan satunya adalah cucu keponakannya,” ungkap Hadi di kediaman Toni di Jalan Sepakat Damai, Jl dr Wahidin Pontianak.
Ia mengatakan, saat ini keluarga belum dapat informasi resmi dan masih mengikuti berita dari media di nasional maupun lokal serta menunggu keputusan dari Tim Basarnas.
Dikatakannya bahwa terhadap lima orang keluarganya yang melakukan perjalanan tersebut memang berangkat rombongan, tapi ada yang belum pulang dan masih di Bandung.
“Keberangkatan ini rombongan karena kebetulan anak beliau (Pak Toni) ada di Bandung karena memang mau ketemu cucu jadi pergi ke sana,” jelasnya.
Ia mengatakan, awalnya mengetahui informasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dari informasi yang beredar di Medsos. Kemudian juga dari informasi resmi, media, dan beberapa foto keluarganya yang tersebar.
“Jadi kita sesuaikan dengan nama penumpang dan kebetulan kelima nya ada di dalam pesawat tersebut,” ungkapnya.
Hadi mengatakan, sejauh ini telah dilakukan pengecekan DNA yang dilaksanakan tadi pagi di Posko Antemortem Tim DVI (Disaster Victim Investigation) di Bandara Supadio.
“Kemudian si Ratih anak dari Pak Toni ini suaminya tinggal di sini dan ada di dalam sedang istirahat karena sedang syok. Jadi total tadi ada tiga sampel yang diminta dari pihak Pak Toni dan istri dan menantunya,” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa saat ini keluarga sedang berkumpul. Rencananya Minggu malam akan diadakan acara Tahlilan dan Yasinan. Terpantau di halaman rumah telah berdiri tenda beserta kursi yang dipenuhi keluarga dan kerabat penumpang.
Warga Pontianak lainnya, Iwan Kurniawan, juga mengaku syok ketika mengetahui lima orang anggota keluarganya menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Ia mengungkapkan, lima orang anggota keluarganya yang terdiri tante serta sepupunya ke Jakarta beberapa waktu lalu untuk acara keluarga. Kemudian, dijadwalkan akan kembali ke Pontianak dengan menggunakan maskapai Nam Air pada pukul 07.00 WIB.
Lalu, jadwal tersebut diundur oleh pihak maskapai pada sekira pukul 14.00 WIB. Selain itu dijadwalkan sepupunya akan menggunakan pesawat Nam Air, lalu di ganti dengan mengunakan pesawat Sriwijaya Air.
"Kita dari keluarga kecewa, pertama menggunakan pesawat Nam air, tapi kenapa dipindah ke pesawat Sriwijaya,"katanya.
Terkait informasi tentang hilang kontaknya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 itu, di diketahuinya sendiri ketika hendak menjemput keluarganya itu pada Sabtu 9 Januari 2020.
Dirinya yang sejak sekira pukul 15.00 WIB ia tiba di Bandara Supadio dan merasa heran mengapa pesawat yang dinaiki oleh keluarganya tak kunjung tiba. Setelah ia memeriksa media sosial dan bertanya ke beberapa pihak, akhirnya berita buruk itu diketahuinya.
Seketika itu, air matanya pun langsung jatuh, dan syok mengetahui pesawat yang ditumpangi keluarganya hilang tak berselang lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno Hatta.
Tes DNA
Korban lainnya yakni Panca Widia Nursanti. Rafiq Yusuf Al-Idrus suami dari Panca Widia Nursanti dengan sabar menunggu tes DNA pada anak tertuanya di Posko Antemortem Tim DVI di Bandara Supadio, Minggu.
Panca Widia Nursanti merupakan guru bidang studi PKN di SMKN 3 Pontianak yang telah mengajar selama 14 tahun. “Saat ini anak tertua saya sedang di dalam untuk diambil DNA-nya,” ucap Yusuf.
Yusuf menceritakan bahwa keberangkatan sang istri sudah dari dua minggu lalu untuk pergi berlibur ke Tegal menemui ibunya. Rencana awalnya sang istri ingin liburan keluarga bersama empat anaknya.
Namun karena diberlakukan banyak persyaratan seperti wajib PCR jalur udara, anak-anaknya memilih untuk tidak ikut dan yang pergi hanya istrinya sendiri. Awalnya, sang istri sudah memesan tiket pulang ke Pontianak menggunakan maskapai Nam Air keberangkatan pukul 07.00 WIB.
Tapi karena ada kebijakan dan lain sebaginya dialihkan ke penerbangan Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 yang hilang kontak tersebut. Ia mengatakan, sang istri sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta pukul 04.00 subuh dengan niat naik pesawat Nam Air pukul 07.00 WIB.
Namun kemudian pihak maskapai mengalihkan penumpang ke pesawat Sriwijaya Air.
“Istri saya sempat mengatakan bahwa cuaca lagi tidak bagus dan saya bilang banyak selawat saja,” ujarnya.
“Saya hilang kontak dengan istri sekitar pukul 14.05 WIB setelah masuk pesawat. Pesan terakhirnya tidak ada, tapi dia sempat cerita. Saat di sana riang sekali karena sudah ketemu ibunya yang saat ini sudah berumur 86 tahun,” ujarnya.
Setelah itu dirinya mendapatkan kabar bahwa pesawat yang ditumpangi sang istri hilang kontak sekitar pukul 15.20 WIB dari berita di media sosial.
Yusuf mengatakan sebelum pulang sang istri sudah membelikan sate kesukannya dan ingin makan bersama ketika sampai di Kota Pontianak. “Dia bilang nanti sampai ke Pontianak makan sama-sama ya. Dia sudah bawa sate untuk saya,” ujarnya.
Sosok sang istri dikenal sebagai guru yang sangat periang ketika di sekolah maupun di rumah.
Dua Warga Mempawah
Ada dua warga Mempawah yang turut menjadi korban yakni Muhammad Nur Kholif dan istrinya Agus Minarni. Keduanya tercatat sebagai warga Desa Sengkubang, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Mempawah. Nama keduanya masuk dalam manifest pesawat Sriwijaya Air SJY-182/SJ-182.
Muhammad Nur Kholif dan Agus Minarni bermukim di Kompleks Pondok Pesantren Darussalam, Desa Sengkubang.
"Ya, Agus Minarni adik kandung saya, kebetulan kemaren dia bersama suaminya Muhammad Nur Kholif ke Ponorogo untuk takziyah, karena ibu suaminya meninggal," ujar Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Sengkubang, Ustaz Yusdiansyah, Minggu.
"Sekitar 10 hari yang lalu lah mereka pergi ke Ponorogo," jelasnya lagi dengan suara sendu. Pada saat dikonfirmasi, Ustaz Yusdiansyah bersama keluarga yang lainnya sedang dalam perjalanan menuju Bandara Supadio untuk pengambilan tes DNA di Posko Antemortem Tim DVI.
Yusdiansyah mengatakan, tak ada firasat sedikit pun mengenai peristiwa nahas yang terjadi pada adiknya.
"Tidak ada firasat sama sekali, karena sebelum penerbangan, sekitar jam 11 siang Adik saya masih sempat mengubungi, mengatakan mau pulang, udah itu saja," katanya. "Dia mau dijemput menggunakan taksi," jelasnya lagi.
Yusdiansyah mengatakan, sebenarnya adiknya terjadwal pulang menggunakan pesawat Nam Air tanggal 5 Januari 2021.
"Namun karena diberlakukan banyak persyaratan seperti wajib PCR jalur udara, sehingga tidak terkejar, dan ganti jadwal dengan menggunakan pesawat lain," terangnya.
Lebih lanjut, Yusdiansyah mengatakan adiknya Agus Minarni adalah guru ASN yang mengajar di SMAN 1 Mempawah. "Sudah hampir 20 tahun lebih, adik saya menghabiskan masanya mengabdi menjadi seorang guru, sudah cukup lama memang," katanya.
Demikian pula Muhammad Nur Kholif, merupakan ASN sebagai pamong Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) non formal, yaitu untuk menangani sekolah paket, dan sebagainya yang masih dibawah naungan Disdikporapar Kabupaten Mempawah.
Yusdiansyah menjelaskan, Agus Minarni memiliki dua anak. Keduanya meneruskan jenjang pendidikan di Pulau Jawa.
"Yang satu kuliah di Universitas Islam Darussalam Gontor memasuki semester 5 dan satunya lagi masih menjadi santri, di Pondok Modern Gontor," bebernya.
Untuk saat ini, Yusdiansyah mengatakan dirinya dan pihak keluarga terus memantau perkembangan berita terbaru tentang peristiwa nahas ini.
"Kami terus memantau, melalui pemberitaan di TV, dan juga masih tetap menunggu kabar terbaru akan hal ini," katanya.
Bersinergi
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Pontianak Yopi Haryadi memastikan kalau Sriwijaya Air SJ 182 jatuh ke air. Namun keberadaan pesawat serta kondisi penumpang dan awaknya, belum dapat dipastikan.
"Tiga tipe pencarian dengan udara, kita dibantu TNI AU, dan ada empat pesawat yang terlibat, dari Heli Basarnas dan dari TNI AU," ujar Yopi saat konferensi pers di hadapan keluarga penumpang di Gedung Serbaguna Candra Dista Wiradi.
Lalu, untuk pencarian di permukaan air, sebanyak 21 kapal dari berbagai ukuran sudah melakukan pencarian hingga 96 Nautical Mile (Mil Laut).
"Terdapat 21 kapal yang terlibat dari berbagai ukuran, dengan luas pencarian mencapai 96 Nautical Mile persegi dibagi 4 sektor, masing-masing sektor ada 3 sampai 4 kapal," katanya.
Selain itu, untuk proses pencarian di dalam air, pihaknya sudah menerjunkan tim penyelam, serta kapal dengan teknologi yang mampu mendeteksi benda di bawah air.
Gubernur Kalimantan Barat H Sutarmidji meninjau Posko Informasi di Gedung Serbaguna Candra Dista Wiradi pada Minggu pagi. Sutarmidji menyampaikan bahwa apa yang telah dilaksanakan saat ini sudah sesuai SOP dan tidak ada kendala.
Midji mengatakan nantinya ada jenazah yang datang akan diantar sampai ke tempat tinggal.
“Pokoknya terus kita ikuti perkembangan nanti dalam waktu tertentu ada press release dari Basarnas yang lebih kompeten karena kalau dilihat dari data hampir semua warga Kalbar,” ujarnya.
Sutarmidji mengatakan untuk input data antemortem sudah hampir tuntas ada sekitar 40 orang dari keluarga korban sudah melakukan pendataan. Dikatakannya kalau sudah ada keluarga di Jakarta tidak menginput data di Pontianak lagi.
“Pastinya nanti yang diinput data terkait alamat, golongan darah dan keterangan lain untuk memastikan kalau seandainya ditemukan bukti untuk dicocokan. Mudah-mudahan bisa cepat. Saya rasa SOP sudah dijalankan dengan baik,” tegasnya.
Hingga Minggu sore, tim DVI Biddokes Polda Kalbar telah mengambil 18 sampel DNA dari 20 Keluarga penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
"20 orang yang di wawancarai ini mewakili 26 korban atau penumpang pesawat, ada 18 orang yang diambil sampelnya untuk 26 orang penumpang," ujar Kepala Biddokes Polda Kalbar Kombespol Pol dr Trisusilo.
Dijelaskannya, seluruh sampel DNA tersebut, akan dikirim ke Laboratorium Mabes Polri pada Senin 11 Januari 2021.
Kapolda Kalbar, Irjen Pol Remigius Sigid Tri Hardjanto mengatakan bahwa pada prinsipnya Polda Kalbar bersinergi untuk memberikan pelayanan khsusunya pada pihak keluarga korban.
“Intinya kita menunggu pengumuman resmi dari Basarnas seperti apa setelah itu kita akan memberikan pelayanan kepada pihak keluarga,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa pelayanan akan diberikan mulai dari pengantaran jenazah sampai ke pemakaman. “Sedangkan untuk pengamanan ketika jenazah sampai juga sudah kita kordinasikan dengan Basarnas untuk skema pengamanannya juga sudah dibuatkan,” jelasnya.
Fasilitasi Keluarga
Distrik Manager Sriwijaya Air Group Pontianak Faisal Rahman menyampaikan, pihaknya siap memfasilitasi pihak keluarga penumpang Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 yang ingin berangkat ke Jakarta untuk mengetahui perkembangan proses pencarian korban.
"Untuk proses pencarian itu dilakukan tim gabungan, sehingga kami dari maskapai siap memfasilitasi pihak keluarga yang ingin ke Jakarta, bila memang ingin mengetahui kondisi disana, kami sudah siapkan transportasi dan akomodasi untuk di Jakarta," katanya saat konferensi pers Minggu 10 Januari 2021.
Saat ini, pihak tim gabungan di Posko Informasi di kawasan Bandara Supadio masih terus melakukan pendataan dan pengumpulan sampel DNA dari para keluarga penumpang.
Nantinya, sampel yang sudah di ambil akan langsung di kirim jakarta guna pencocokan dan identifikasi.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono juga menemui langsung keluarga penumpang di Graha Chandra Dista Wiradi Supadio Minggu siang.
"Ikut berduka yang dalam atas musibah pesawat Sriwijaya, semoga segera ditemukan dan untuk keluarga yang ditinggalkan selalu diberi ketabahan dan kesabaran," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Edi Rusdi Kamtono menyampaikan, bahwa ada beberapa temannya yang menjadi penumpang pesawat.
"Ada beberapa teman kayak Pak Iwan, terus ada sahabat saya yang anaknya ikut menjadi korban bersama nenek dan ada lima keluarganya pulang liburan yang ikut ada di dalam pesawat Sriwijaya tersebut," kata Edi Rusdi Kamtono.
Edi juga menyebut mantan Ketum PB HMI Mulyadi yang menjadi penumpang pesawat itu, adalah juga teman dekatnya.
“Ada lagi Pak Mulyadi, saya juga mengucapkan turut belasungkawa sedalam-dalamnya atas nama saya dan Pemerintah Kota Pontianak atas musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air," ucapnya.