Jatuh Hati pada DME, Primadona Energi Bagi Masyarakat

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengembangkan gasifikasi batubara atau dimethyl ether (DME) sebagai pengganti Liquified

Tribunsumsel
Supomo yang mendapat bagian dalam uji terap DME ini mendapatkan paket kompor beserta tabung gas mengakui saat mencoba hasil dari pembakaran sempurna 

Batu bara dengan nilai kalori rendah ini dapat digunakan untuk pembuatan Dimethyl Ether (DME) melalui proses yang disebut gasifikasi.

"Upaya gasifikasi ini ke depannya juga bisa digunakan untuk menekan angka impor LPG. DME memiliki kemiripan sifat dengan LPG tapi dengan sejumlah keunggulan, misalnya proses pembakaran yg lebih baik sehingga lebih efisien," ungkapnya.

Proyek gasifikasi batu bara ini akan dibangun di Tanjung Enim. Rencananya, pabrik perusahaan patungan ini akan bergerak dalam bidang bisnis pengolahan batu bara dan produk turunannya.

Kapasitas produksi perusahaan patungan itu sebesar 1,4 juta ton DME per tahun dengan kebutuhan 9,2 juta ton per tahun.

Melalui teknologi gasifikasi, batu bara akan diubah menjadi sin gas yang kemudian akan diproses kembali menjadi produk akhir.

"DME ini dihasilkan energi untuk Indonesia," ungkapnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, karakteristik DME memiliki kesamaan baik sifat kimia maupun fisika dengan LPG.

DME dapat menggunakan infrastruktur LPG yang ada sekarang, seperti tabung, storage dan handling eksisting.

"Campuran DME sebesar 20 persen dan LPG 80 persen dapat digunakan kompor gas eksisting," ungkap Dadan dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM.

Pengembangan DME diarahkan terutama sebagai subtitusi penggunaan LPG yang di awal dulu digunakan untuk mensubtitusi minyak tanah.

"75 persen penggunaan LPG di dalam negeri itu berasal dari impor," ujarnya.

Kelebihan lain adalah DME bisa diproduksi dari berbagai sumber energi, saat ini, batu bara kalori rendah dinilai sebagai bahan baku yang paling ideal untuk pengembangan DME.

Untuk diketahui DME memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, sementara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg.

Kendati begitu, DME memiliki massa jenis yang lebih tinggi sehingga kalau dalam perbandingan kalori antara DME dengan LPG sekitar 1 berbanding 1,6.

Pemilihan DME untuk subtitusi sumber energi juga mempertimbangkan dampak lingkungan.

DME dinilai mudah terurai di udara sehingga tidak merusak ozon dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20 persen.

"Kalau LPG per tahun menghasilkan emisi 930 kg CO2, nanti dengan DME hitungannya akan berkurang menjadi 745 kg CO2. Ini nilai-nilai yang sangat baik sejalan dengan upaya-upaya global menekan emisi gas rumah kaca," kata Dadan.

Kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil.

DME merupakan senyawa eter paling sederhana mengandung oksigen berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibandingkan LPG.

Hasil uji terap menunjukkan mudah dalam menyalakan kompor, stabilitas nyala api normal, mudah dalam pengendalian nyala api, warna nyala api biru dan waktu memasak lebih lama dibandingkan LPG.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved