I Gede Swadaya Preman Sakti di Kuta, Hidayah 'Dengar Adzan' Jadi Awal Hijrah, Kini Jadi Peruqyah
Taubat dan hijrah merupakan sebuah anugrah yang diterima preman sakti kebal bacok di Bali.Bagaimana tidak, tak hanya jadi sakti hingga kebal bacok,
Ini juga menjadi bagian dari ritual kesaktiannya.
"Astaghfirulloh, bejat sekali saya waktu itu. Dan itu membuat murka Tuhan, bahkan terlarang di agama saya terdahulu. Entah berapa ratus wanita saya tiduri," ungkapnya.
Tetiba ia diam tercekat, matanya nanar menerawang jauh di garis cakrawala laut itu. Tampak sekali penyesalannya. Diam, membisu.
Di sudut matanya, tertahan air yang hendak runtuh. Tercekat.
Kiprahnya di dunia Preman, tak kalah moncer. Namanya dikenal sebagai penguasa kawasan Sadasari, Kuta, Bali bersama teman sehidup sematinya, Kadek Rama.
Bekal kesaktiannya sangat membantu 'kariernya' di dunia keras itu. Duit mengalir deras, namun selalu habis untuk foya foya menuruti nafsu duniawinya.
"Saya pernah dikeroyok puluhan orang kelompok lawan. Hingga saya dikubur di selokan dengan tumpukan bebatuan. Disangkanya saya mati. Saya masih hidup, bengep saja tidak. Begitu bangun, saya langsung datangi markasnya, duel lagi. Mereka takluk, hormat dan menjadi bagian dunia kami," ujarnya.
Penguasa lahan parkir, penjaga pub hingga narkoba akrab dalam sentuhan hidupnya yang menghadirkan kebahagiaan semu itu.
Fase Mengenal Islam
Pada 1999, ia menempati kontrakan bersama seorang pemuda yang mengenyam pendidikan pesantren, asal Bangkalan, Madura.
Namanya, Muhammad Yusuf, satpam BCA Kuta.
"Saya memanggilnya Ustad Yusuf. Saleh dan berilmu," kisahnya.
Khoiruddin mengisahkan, Yusuf tidak pernah rese dengan gaya hidupnya yang preman.
Tak jarang, ia ngobrol sembari mabuk di hadapan Yusuf.
"Kadang ia mengingatkan, jaga kesehatan, jangan terus terusan mabuk,” kata ayah satu putra ini.