I Gede Swadaya Preman Sakti di Kuta, Hidayah 'Dengar Adzan' Jadi Awal Hijrah, Kini Jadi Peruqyah
Taubat dan hijrah merupakan sebuah anugrah yang diterima preman sakti kebal bacok di Bali.Bagaimana tidak, tak hanya jadi sakti hingga kebal bacok,
TRIBUNSUMSEL.COM -- Taubat dan hijrah merupakan sebuah anugrah yang diterima preman sakti kebal bacok di Bali.
Bagaimana tidak, tak hanya jadi sakti hingga kebal bacok, preman tersebut juga ngaku pernah tiduri ratusan wanita hingga hobi datang ke dukun.
Preman sakti tersebut mengaku taubat dan hijrah usai ngontrak bareng satpam Kuta lulusan pesatren.
Di depan pura kecil, Bli I Gede Swadiaya alias Muhammad Khairuddin duduk berkumpul dengan sejumlah peruqyah aswaja.
Sosoknya tegas namun ramah. Sorot matanya tajam, narasi-narasinya lugas terukur.
Tangannya terlihat masih kekar berurat.
Tato tiga naga, mengukir di tubuhnya.
Ia mengawali ceritanya mengenal Islam. Lalu melompat pada jejak jejak hidupnya pada 1999 silam.
Moh Khoiruddin asli Lombok, NTB. Merantau ke Bali pada 1997 dengan berbekal beragam kesaktian, mulai kebal bacok, hingga anti bengep, yang ia dapatkan dari dukun-dukun di daerahnya.
"Tahun 1997, saya sampai di Bali," ujarnya, Sabtu (22/8/2020).
Pertarungan demi pertarungan ia lakoni di kerasnya kehidupan kota besar untuk mencari nama dan 'mengibarkan bendera'.
Hingga ia menjadi bartender di hotel bintang lima di Kuta, Bali.
Beragam jenis miras, ia rasakan. Maklum, ahli peracik miras yang levelnya bisa diadu.
"Saya waktu itu, tiada hari tanpa mabuk," ucapnya.
Sadisnya, berkutat di dunia gemerlap, ia pun nyaris tiap hari berhubungan seksual dengan beragam wanita. Baik dari dalam dan luar negeri.