Brenton Tarrant yang Bunuh 51 Jiwa Saat Ada di Masjid Selandia Baru, Akui Ingin Bunuh Banyak Orang
Teroris penembak masjid di Selandia Baru mengaku, dia ingin membunuh sebanyak mungkin orang dan berusaha menyerang masjid ketiga
Namun sekarang, dia merasa gelisah setiap kali mendengar suara. Dia baru akan lega setelah shalat selesai.
"Trauma ini akan terus menghinggapi saya. Tidak ada masa depan tanpa rasa sakit," ujar dia.
Janna Ezat, yang putranya Hussein Al-Umari tewas dalam insiden tersebut mengaku, dia masih menangisi putranya itu. Tapi, dia memutuskan untuk mengampuni Tarrant.
"Saya memutuskan mengampunimu Tuan Tarrant. Saya tidak punya kebencian atau pun dendam. Meski engkau merusaknya, saya tetap mengampunimu," ucap Ezat.
Imam Masjid Al Noor Gamal Fouda menegaskan, penembakan massal yang dilakukan Brenton Tarrant justru membuat Selandia Baru semakin bersatu.
"Kami ini cinta damai dan rasa bencimu itu tak berasalan. Engkau telah membuat masyarakat ini semakin bersatu dengan rencana jahatmu," kata dia.
Pengadilan mendengarkan keterangan bagaimana Tarrant mulai merencanakan penembakan tersebut pada 2017, setelah dia mendapatkan surat izin kepemilikan senjata.
Dia disebut melakukan pengawasan via drone, meneliti lokasi yang hendak diserangnya, dan mencatat jam shalat serta kalender penting umat Islam.
Hawes menjelaskan pada hari kejadian, Tarrant berkendara dari Dunedin dengan enam senjata, amunisi dalam jumlah besar, dan empat kontainer bahan bakar.
Pada pukul 13.31 pada 15 Maret, dia mulai memberikan instruksi kepada keluarganya bagaimana cara mereka menangani polisi dan media.
Kemudian dia mengaktifkan kamera yang ada di bajunya satu menit kemudian, dan menyiarkan serangan tersebut secara langsung melalui Facebook.
Jaksa Hawes menerangkan, Tarrant membabi buta ketika menyerang Masjid Al Noor, di mana dia akan menembak setiap orang yang masih menunjukkan kehidupan.
Setelah itu dia mengemudi dengan kecepatan tinggi ke Masjid Linwood, di mana dia mengulangi serangannya terhadap jemaah.
Ketika dia hendak kembali ke mobil untuk mengisi amunisi, dia dikejar oleh Abdul Aziz Wahabazadah, di mana dia melemparkan senapan yang dipakai Tarrant.
Tarrant kemudian hendak menuju ke lokasi ketiga di Ashburton ketika mobilnya dihantam oleh polisi, dan dia menyerah tanpa perlawanan.
