Cerita Khas Palembang
Cerita Manusia Silver di Simpang Lampu Merah Palembang, Sepi Pekerjaan Dampak Covid-19
Anwar, seorang pria berusia 45 tahun mengaku terpaksa menjadi manusia silver demi mencari nafkah bagi keluarganya
Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Wawan Perdana
Pemasukan sebanyak itu, kata Anwar, belum termasuk biaya makan dan membeli cat sablon untuk diluncurkan ke tubuh dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Serta sabun cair untuk membersihkan seluruh anggota tubuh yang sudah dilumuri cat.
“Kami disini gantian, ada shift-nya. Kalau saya bagian sore dari jam 15.00 sampai jam 18.00 jelang azan Magrib."
"Biasanya ada empat orang di setiap lampu merah di Sekip, Simpang Polda, Simpang Charitas. Tapi hari ini mungkin hanya saya karena yang lain sedang sibuk suasana lebaran,” kata pria warga Pakjo ini.
Saat melakukan aksinya, manusia silver berdiri tegap di trotoar lampu merah dengan membawa ember untuk menampung uang yang diberi oleh pengendara.
Tak hanya berdiri mematung saja, Anwar dan rekannya juga berjalan menuju kendaraan yang berhenti di lampu merah sambil memberi hormat ke pengendara.
“Kami kan tertib, tidak ganggu jalan, tidak mengemis juga. Sekalian sampaikan ke pemerintah agar memperhatikan rakyat, bukannya kami orang kecil ditangkap dan diperlakukan seolah penyakit masyarakat," kata Anwar.