Kisah Hendropriyono Mertua Jenderal Andika Lumpuhkan Pimpinan KKB di Kalimantan, Jari Nyaris Putus

Jenderal TNI (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono pernah melakukan duel sengit melawan pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kalimantan

TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Mantan Kepala BIN, AM.Hendropriyono 

TRIBUNSUMSEL.COM - Ketika masih muda AM Hendropriyono banyak menjalankan tugas rahasia dari negara

Misi-misi yang dijalankan oleh mertua Jenderal Andika Perksasa ini selalu berhasil

Seperti dalam kisah penumpasan KKB di Kalimantan

Dilansir dari buku berjudul 'Operasi Sandi Yudha, Menumpas Gerakan Klandestin', Hendropriyono saat itu berduel melawan pimpinan KKB Kalimantan PGRS/Paraku yang bernama Ah San.

Jenderal TNI (Purn) Abdullah Mahmud Hendropriyono pernah melakukan duel sengit melawan pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Kalimantan.

Hendropriyono saat itu hanya menggunakan pisau komando, dan bahkan jari-jarinya hampir putus saat melawan pimpinan KKB Kalimantan itu.

Viral, Bupati Probolinggo Puput Tantriana Keluhkan Tagihan Listrik Membengkak, PLN Jawab Ini

Kaya Raya di Usia 12 Tahun, Alyssa Dezek Beli Mobil Seharga Rp 1,7 M Ternyata Ini Sumber Uangnya

Sekadar informasi, PGRS dan Paraku merupakan KKB Kalimantan yang awalnya adalah pasukan bentukan TNI di masa konfrontasi Ganyang Malaysia (1963-1966).

Saat presiden Soeharto berkuasa, PGRS dan Paraku diminta untuk meletakkan senjata karena Indonesia memutuskan berdamai dengan Malaysia.

Karena PGRS tidak menyerah, maka terpaksa TNI melakukan penumpasan.

Mulai saat itulah Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) menugaskan Hendropriyono dan pasukannya untuk memburu KKB Kalimantan PGRS dan Paraku.

Duel berdarah berawal saat informasi tentang Ah San bocor melalui istrinya yang berkhianat, Tee Siat Moy.

Siat Moy mau membantu Kopassandha dengan syarat Ah San tak dibunuh.

Maka, Hendropriyono pun memimpin 11 prajurit Halilintar Prayudha Kopasandha untuk meringkus Ah San hidup-hidup.

Mereka tidak membawa senjata api, hanya pisau komando sebagai senjata.

Hanya Hendropriyono yang membawa pistol untuk berjaga-jaga.

3 Desember 1973 pukul 16.00, tim mulai merayap ke sasaran yang jauhnya sekitar 4,5 km melewati hutan rimba yang lebat.

Rencananya operasi penyerbuan akan dilakukan pukul 04.00, keesokan harinya.

Di tengah kegelapan malam, anak buah Hendro juga berhasil melumpuhkan beberapa penjaga secara senyap.

Pukul 22.25 WIB, tim sudah sampai di lokasi yang ditentukan. Masih cukup lama menunggu waktu operasi.

Namun, tiba-tiba Intelijen melaporkan Ah San tak ada di pondok tersebut. Seluruh tim sangat kecewa.

Baru pukul 14.00 Siat Moy dan perwira intelijen Kodim Membawah memastikan Ah San ada di pondok.

Dengan kecepatan kuning mereka terus merayap mendekati sasaran hingga akhirnya dari jarak 200 meter terlihatlah rumah persembunyian Ah San.

Tiba-tiba anjing-anjing penjaga pondok berloncatan ke arah tim Halilintar sambil mengonggong keras.

Hendropriyonomeneriakkan "Serbuuuuu," sambil lari sekencang-kencangnya ke arah pondok.

"Abdullah alias Pelda Kongsenlani mendahului saya lima detik untuk tiba di sasaran. Dia mendobrak pintu dengan tendangannya dan langsung masuk. Saya mendobrak jendela dan meloncat masuk," beber Hendropriyono.

Hendropriyono berteriak pada Ah San. "Menyerahlah Siauw Ah San, kami bukan mau membunuhmu."

Tapi Ah San enggan menyerah.

Hendropriyono menyuruh anak buahnya keluar pondok.

Dia sendiri bertarung satu lawan satu dengan Ah San.

"Dengan sigap saya lemparkan pisau komando ke tubuh Ah San. Tapi tidak menancap telak, hanya mengena ringan di dada kanannya," Hendro menggambarkan peristiwa menegangkan itu.

Kini Hendropriyono tanpa senjata harus menghadapi Ah San yang bersenjatakan bayonet.

Memang ada senjata yang ditaruh di belakang tubuh Hendropriyono, tapi mengambil senjata dalam keadaan duel seperti ini butuh beberapa detik.

Hendropriyono takut Ah San keburu menusuknya. Hendropriyono lalu melompat dan menendang dada Ah San.

Berhasil, tetapi sebelum jatuh Ah San sempat menusuk paha kiri Hendropriyono hingga sampai tulang.

Darah langsung mengucur

Ah San kemudian berusaha menusuk dada kiri Hendropriyono. Hendropriyono berusaha menangkis dengan tangan.

Akibatnya, lengannya pun terluka parah dan jari-jari kanannya nyaris putus.

Dan celakanya, pistol di pinggang belakang Hendropriyono melorot masuk ke dalam celananya.

Butuh perjuangan baginya untuk meraih pistol itu dengan jari-jari yang nyaris putus.

Akhirnya Hendropriyono berhasil meraihnya dan menembak Ah San dua kali.

Tapi hanya sekali pistol meletus, satunya lagi macet.

Pistol segera jatuh karena Hendro tak mampu lagi memegangnya.

Peluru itu mengenai perut Ah San sehingga membuatnya limbung

Hendro yang juga kehabisan tenaga langsung membantingnya dan menjatuhkan tubuhnya keras-keras di atas tubuh Ah San.

Biodata Hendropriyono

Banyak informasi seputar biodata Jenderal TNI (Purn) A.M.Hendropriyono karena kariernya di militer cukup panjang terutama di Kopassus

Menurut biodata yang tertera di Wikipedia, TNI (Purn) A.M. Hendropriyono mengawali karier militernya sebagai komandan peleton di Kopassus

Tak hanya karier militer, biodata TNI (Purn) A.M. Hendropriyono juga dipenuhi dengan karier politik

Hendropriyono lahir di Yogyakarta, 7 Mei 1945

Hendropriyono merupakan seorang tokoh intelijen dan militer Indonesia.

Ia menjadi Kepala Badan Intelijen Negara pertama dan dijuluki the master of intelligence karena menjadi "Profesor di bidang ilmu Filsafat Intelijen" pertama di dunia.

Ia juga pernah menjadi Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan dalam Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan dari tahun 1998 hingga 1999.

Ia menjadi Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dari tanggal 27 Agustus 2016 hingga 13 April 2018

Pendidikan

Hendropriyono menempuh pendidikan dasarnya di SR Muhammadiyah, Kemayoran, Jakarta kemudian pindah ke SR Negeri Jalan Lematang, Jakarta

Melanjutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri V bagian B (Ilmu Pasti) di Jalan Dr. Sutomo, Jakarta dan menyelesaikan jenjang SMA-nya di SMA Negeri II bagian B (Ilmu Pasti) di Jalan Gajah Mada, Jakarta.

Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan militer di Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang (lulus 1967), Australian Intelligence Course di Woodside (1971), United States Army Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat (1980), Sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko ABRI), yang lulus terbaik pada 1989 bidang akademik dan mendapat anugerah Wira Karya Nugraha.

Selanjutnya ia lulus Kursus Singkat Angkatan VI Lembaga Ketahanan Nasional (KSA VI Lemhannas).

Keterampilan militer yang pernah diikutinya antara lain adalah Para-Komando, terjun tempur statik, terjun bebas militer (Military Free Fall) dan penembak mahir.

Pendidikan umum Hendropriyono menjadikannya sebagai sarjana dalam bidang administrasi dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara (STIA-LAN), Sarjana Hukum dari Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM), Sarjana Ekonomi dari Universitas Terbuka (UT) Jakarta, Sarjana Teknik Industri dari Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Bandung.

Ia juga meraih gelar magister administrasi niaga dari University of the City of Manila, Filipina, mendapat gelar magister di bidang hukum dari STHM dan pada bulan Juli 2009 dan meraih gelar doktor filsafat di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan predikat Cum Laude.

Pada 7 Mei 2014, ia dikukuhkan sebagai guru besar di bidang ilmu Filsafat Intelijen dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara.

Ia menjadi satu-satunya dan pertama di dunia yang menjadi Guru Besar Intelijen

Karier militer

Berikut jenjang karier militer A.M. Hendropriyono:

1968-1972 - Komandan Peleton Komando Pasukan Khusus TNI-AD di Magelang
1972-1974 - Komandan Kompi Prayuda Kopasandha (Komando Pasukan Sandi Yudha)
1981-1983 - Komandan Detasemen Tempur 13
1983-1985 - Wakil Asisten Personel Kopasandha merangkap sebagai Wakil Asisten Operasi
1985-1987 - Asisten Intelijen Kodam V/Jaya
1987-1991 - Danrem 043/Garuda Hitam Lampung
1991-1993 - Direktur D Badan Intelijen Strategis ABRI
1993-1994 - Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI
1993-1994 - Panglima Kodam V/Jaya
1994-1996 - Komandan Kodiklat TNI AD

Karier politik

Dalam birokrasi pemerintahan RI, Hendropriyono pernah memangku berbagai jabatan yang berturut-turut:

- Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan Republik Indonesia (1996-1998)
- Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan (PPH) dalam Kabinet Pembangunan VII
- Menteri Transmigrasi dan PPH dalam Kabinet Reformasi Pembangunan yang kemudian merangkap sebagai Menteri Tenaga Kerja ad-interim.

Karier intelijen

Pada periode tahun 2001-2004 sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) di Kabinet Gotong Royong.

Hendropriyono merupakan penggagas lahirnya Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Sentul, Bogor, Dewan Analis Strategis (DAS) Badan Intelijen Negara, Sumpah Intelijen, Mars Intelijen, menetapkan hari lahir badan intelijen, mencipta Logo dan Pataka BIN, mempopulerkan bahwa intelijen sebagai "ilmu" dan menggali "filsafat intelijen", serta menggagas berdirinya tugu Soekarno-Hatta di BIN.

Sekarang ini Hendropriyono menjadi pengamat terorisme dan intelijen, yang kerap diminta untuk menjadi narasumber oleh media massa dan berbagai lembaga, giat menulis bermacam pemikirannya dalam artikel-artikel di berbagai koran, majalah, radio dan televisi.

Karier akademis

Ia mendedikasikan ilmunya dengan mengajar Filsafat Hukum di Sekolah Tinggi Hukum Militer Jakarta dan di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, dengan jabatan Lektor Kepala terhitung sejak tanggal 1 Maret 2002 sampai sekarang.

Selain itu ketika menjadi Kepala BIN, Hendropriyono juga mendirikan Sekolah Tinggi Intelijen Negara di Sentul, Bogor.

Penghargaan

Ia juga penyandang berbagai kehormatan negara RI, dalam wujud bintang dan tanda jasa antara lain: Bintang Mahaputera Indonesia Adipradana, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya-prestasi, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma, Bintang Dharma, Satya Lencana Bhakti untuk luka-luka di medan pertempuran, serta anggota Legiun Veteran Pembela Republik Indonesia (Pembela/E, NPV: 21.157.220).

Ia juga dinobatkan sebagai Man Of The Year oleh Majalah Editor pada tahun 1993.(*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Duel Sengit Pimpinan KKB Kalimantan Melawan Hendropriyono, Pakai Pisau Komando dan Jari Nyaris Putus

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved