Corona di Sumsel

Terima Bantuan Kementerian, Hasil Pemeriksaan PCR di RS Pusri Keluar Dalam Waktu 24 jam

Provinsi Sumatera Selatan akan memiliki 4 laboratorium yang menjadi tempat uji Polymerase Chain Reaction (PCR)

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Linda Trisnawati
Direktur RS Pusri yang juga menjabat juru bicara gugus tugas percepatan penanganan covid-19 Sumsel, Prof Yuwono 

Sehingga kalaupun pasien tersebut kemudian meninggal, maka swab sudah kita ambil dan hasilnya 24 jam kemudian sudah keluar.

Sekarang kami juga lebih tenang karena bisa cepat tahu apakah orang itu positif atau negatif. Istilahnya kami babat habis, semuanya sudah kami periksa.

Keakuratan alat itu berapa persen ?

Kalau PCR itu adalah untuk memeriksa ada atau tidaknya virus. Kalau positif artinya ada, kalau negatif artinya tidak ada dan untuk akurasinya ada 99 persen.

Ya 1 persennya milik yang maha kuasa sebab kita sebagai manusia jangan pernah menjamin 100 persen. Jadi ini alat yang akurat untuk itu.

Sebenernya apa itu uji PCR dan apa bedanya dengan swab ? Apa juga bedanya dengan Rapid test ?

PCR adalah untuk melihat ada tidaknya virus dalam tubuh seseorang. Orang itu bisa diambil bahan, spesimen atau sampelnya melalui swab.

Swab dalam bahasa kita untuk mengambil sampel di tenggorokan atau hidung. Bisa juga bahannya dari air liur, dahak atau darah.

Jadi kesimpulannya swab itu adalah cara untuk mengambil sampelnya, sedangkan PCR adalah nama untuk pemeriksaannya.

Sedangkan Rapid test hanya untuk memeriksa ada atau tidaknya antibodi. Disini juga perlu diluruskan, masyarakat menganggap kalau rapid test hasilnya reaktif, maka dia ditakuti. Padahal tidak begitu.

Apa bedanya PCR RS Pusri dan laboratorium lain, seperti BBLK dan RSMH ?

Bedanya alat PCR mereka punya pemerintah seluruhnya. Sehingga mereka tidak boleh berbayar sama sekali. Sedangkan kami mengadakan alat pendukung pemeriksaan sendiri. Jadi tidak mungkin kalau kami tidak berbayar. Maka dari itu kami bagi menjadi 4 kelompok yang boleh melakukan uji PCR di RS Pusri.

Kelompok pertama, kita memeriksa orang umum. Perlu diingat lagi bahwa hasil dari pemeriksaan uji PCR di RS Pusri akan sangat dijaga kerahasiaannya. Namun kalau hasilnya positif, kami tetap koordinasikan dengan Dinkes agar dilakukan tracing. Tapi tetap dengan catatan dan kami imbau ke Dinkes untuk sangat menjaga privasi dari orang tersebut.

Kelompok kedua, kelompok BUMN. Antar anggota BUMN, kami punya peraturan dari kementerian BUMN terkait harga. Sudah jelas pasti harganya lebih murah dibanding dengan orang biasa. Intinya ada kelonggaran harga.

Kelompok ketiga adalah keluarga besar RS Pusri dan PT Pusri dan lingkungan range 1. Itu juga ada keringanan harga sebab istilahnya mereka itu orang dalam kami.

Kelompok keempat adalah kelompok masyarakat yang tidak berbayar yaitu masyarakat yang dikirimkan sampelnya oleh Dinkes. Artinya yang kelompok keempat ini, kami sama seperti BBLK. Kenapa gratis, disini bisa saya sampaikan bahwa nanti kami minta dari Dinkes untuk menyediakan alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan ini.

Jadi kami menyumbang tempat, tenaga dan pikiran untuk uji PCR itu, namun pemerintah dalam hal ini Dinkes juga harus menyediakan kelengkapan alat yang akan kami lakukan untuk melakukan uji. Karena kalau tidak disediakan, bagaimana kami bisa dilakukan uji tersebut. Tapi sekali lagi saya sampaikan, kelompok keempat ini hanya bisa berjalan bila sudah ada hasil atau izin dari verifikasi yang dilakukan tadi.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved