Berita OKI

Corona Belum Berakhir, Kabupaten OKI Mulai Bersiap Hadapi Kemarau dan Antisipasi Karhutla

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Listiadi Martin mengatakan, hingga saat ini belum terpantau

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Wawan Perdana
Tribun Sumsel/ Winando
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Listiadi Martin 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG-Selain berada dalam situasi tanggap darurat pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, juga sebentar lagi akan dihadapkan dengan datangnya pergantian musim hujan ke musim kemarau.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Listiadi Martin mengatakan, hingga saat ini belum terpantau titik hotspot.

"Hingga saat ini dari data yang kita terima belum ada satupun titik panas yang memicu hingga adanya kebakaran lahan," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis (30/4/2020).

Dijelaskan Listiadi, saat ini pemerintah sedang dihadapkan dengan 3 status bencana yang secara bersamaan.

"Sebelum adanya status siaga Covid-19, kita sudah berada di status siaga banjir dan longsor dari bulan Januari - Mei. Tetapi saat di bulan Maret kita dihadapkan dengan bencana non alam berupa Covid-19,"

"Bulan-bulan ini juga semestinya kita sudah harus bersiap menghadapi hotspot titik api, sebab sebentar lagi sudah masuk pancaroba, itu tandanya mulai bulan depan kita akan meningkatkan status siaga Kebakaran hutan dan lahan," jelasnya.

Belajar dari pengalaman tahun lalu, sejauh ini pihaknya sudah mulai gencar melakukan sosialisasi Karhutlah yang berbarengan dengan mensosialisasikan wabah Covid-19.

"Kita telah melakukan upaya preventif pencegahan yaitu melalui berbagai organisasi seperti KTNA, Desa Tanggap Bencana (Destana), Satgas Karhutlah, relawan, dan pelaku dunia usaha,"

"Karena kita tidak ingin keadaan tahun lalu terulang kembali, seluruh lapisan akan gencar melakukan sosialisasi pencegahan hingga ke pelosok daerah," ungkap Listiadi.

Diterangkan oleh Listiadi jika luasan lahan di Kabupaten OKI yang mencapai 2 juta hektar tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang ditugaskan di lapangan.

Sehingga menurutnya, satu-satunya cara dalam menghadapi karhutlah adalah dengan cara keroyokan.

"Saya yakin jika seluruh unsur lapisan pemerintah dan masyarakat bersama-sama mengambil peran membantu dalam upaya menghadapi kebakaran, semua akan berjalan baik," tutupnya.

Namun disamping itu semua, Listiadi mengingatkan bahwa yang paling penting ialah semua elemen mencegah terjadinya karhutlah yakni tidak membuka lahan dengan cara dibakar.

"Saya ingatkan selalu kepada masyarakat dan semua elemen untuk menjaga lingkungan, tidak membuka lahan dengan cara dibakar,"

"Selain bisa menjadi pemicu kebakaran, dengan sengaja membakar lahan, hutan maupun kebun termasuk dalam tindak pidana," pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved