Ditinggal Wafat Kedua Orangtua, Soesalit Djojoadhiningrat, Putra RA Kartini yang Kisah Hidupnya Pilu
Ya, empat hari setelah melahirkan putranya, RA Kartini meninggal dunia. Menurut laman Kompas, Soesalit lahir pada 13 September 1904.
Setelah dari sana, dia kemudian melanjutkan pendidikannya di Hogare Burger School (HBS) Semarang.
Kemudian, Soesalit lanjut bersekolah di Recht Hoge School (RHS) Jakarta.
Hingga akhirnya, beberapa tahun kemudian, dia mendapatkan tawaran pekerjaan dari kakak tirinya.
Rupanya, Soesalit dimasukkan oleh Abdulkarnen ke polisi rahasia Belanda atau Politieke Inlichtingen Dienst (PID).
Selama bekerja di sana, Soesalit merasakan bimbang lantaran dia sebagau pejuang bangsa harus mematai-matai bangsanya sendiri.
Berkarier di Militer
Soesalit kemudian memutuskan untuk bergabung dengan tentara sukarela Pembela Tanah Air atau PETA saat masa pendudukan Jepang.
Masih dilansir dari Kompas, sejarawan Hendri F Isnaini menjelaskan, Soesalit pernah menjadi panglima di Divisi III Diponegoro saat perang kemerdekaan.
Putra Kartini itu juga sempat bergerilya di Gunung Sumbing ketika Agresi Militer Belanda II.
Sayangnya, karier militer Soesalit tak begitu baik, dia pernah diturunkan pangkatnya.
Dari jenderal mayor (atau sekarang dikenal sebagia mayor jenderal) pangkatnya diturunkan jadi kolonel dan diturunkan lagi menjadi kementerian perhubungan.

Terseret Komunisme
Peristiwa Madiun 1948 atau pemberontakan PKI kemudian terjadi.
Itulah awal penderitaan Soesalit, di mana pemerintah menemukan dokumen berisi nama Soesalit sebagai "Orang yang Diharapkan".
Setelah itu Soesalit menjadi tahanan rumah.