Corona di Sumsel
Tiga Dokter di Sumsel Positif Corona, 1 Meninggal, Ketiganya Dokter di Baturaja & Prabumulih
Tiga dokter yang berada di Sumatera Selatan dinyatakan positif corona (covid-19). Satu diantara ketiga dokter tersebut yaitu pasien kasus 02 meninggal
"Ada sebagian dari mereka yang kemungkinan dalam waktu dekat akan segera dipulangkan tentu apabila dari hasil tes ulangnya negatif," katanya
Harun menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi dalam penanggulangan Covid- 19 di Sumsel. Pertama, Harun menyebut sistem rujukan pasien Positif Covid- 19.
RSMH sebagai RS Rujukan Utama Covid- 19 di Sumsel seharusnya hanya menerima pasien Positif Covid- 19, PDP dengan Pnomenia.
"Jadi jika ada PDP tanpa Pnomenia harusnya dirawat dirumah sakit lain. Karena ini terkait RS lain, mereka banyak mengaku belum siap, belum lengkap fasilitasnya," katanya.
Harun menegaskan diperlukan sistem yang mengatur seluruh rumah sakit rujukan, jadi RS yang mau merujuk tahu kemana mereka akan merujuk karena tidak bisa seluruhnya ke RSMH.
RS Rujukan lain diharapkan segera bersiap diri, paling tidak mereka bisa merawat PDP tanpa Pnomenia. Karena PDP kan sekarang ada tiga, ringan, sedang dan berat.
" Yang berat mungkin dirujuk ke RSMH, tapi yang sedang diharapkan dirawat dirumah sakit lainnya. Sementara yang ringan peraturan dari pusat bisa dirawat dirumah saja," katanya.
Kedua, Harun menyoroti ketersediaan alat pelindung diri (APD) yang diperuntukkan bagi paramedis. Ketersediaan APD diperlukan demi keselamatan seluruh petugas medis yang merawat pasien.
"Kita tidak tahu sampai kapan wabah ini akan ada, jadi perlu diperhatikan ketersediaan APD. Pasien ini dirawat di zona merah. Seorang petugas perlu menggunakan APD lengkap untuk antisipasi penularan," tegasnya.
Ketiga, seiring bertambahnya jumlah pasien sangat penting jika ketersediaan sumber daya manusia yang terampil di bidangnya untuk menghadapi kondisi kedepan.
Harun mengakui menjadi garda terdepan Covid- 19 bukan hal yang mudah. Karena ada resiko besar yang dapat alami saat bertugas merawat pasien.
"Tentu yang paling berat bagi kami adalah, kita betemu dengan kasus yang beresiko nyawa. Di Indonesia saja hampir 30 orang dokter wafat, jumlah itu belum ditambah perawat," katanya.
Hal itu menunjukkan betapa besarnya perjuangan rekan rekan di garda terdepan untuk menanggulangi penyakit ini. Harun berharap dukungan penuh dari seluruh pihak kepada tim paramedis.
Harun mengakui hal yang paling sulit bagi petugas medis adalah mengatur energi untuk mempertahankan daya tahan tubuh. Karena jika sampai terkuras maka tenaga medis akan beresiko tertular penyakit ini.
"Kami sangat sedih sudah ada dua orang yang wafat. Satu saja kami sudah sangat bersedih. Karena wafatnya kedua pasien itu tidak diinginkan. Tapi ada penyakit tambahan yang membuat kondisi mereka semakin buruk, semoga tidak ada lagi " katanya.