Wawancara Eksklusif
Kisah di Balik Camat Kalidoni Palembang yang Pilih Mundur dan Berhenti Jadi PNS
Disaat ribuan orang tengah berjuang sekuat tenaga untuk bisa menjadi seorang ASN, Arie Wijaya yang merupakan camat Kalidoni pilih mundur
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana
Saat ini saya juga sedang dalam proses membangun perusahaan di Palembang. Jauh sebelum itu, saya juga sudah membuat sebuah perusahaan yang selama ini dijalankan oleh keluarga.
Memang pada dasarnya, pilihan yang harus dihadapi adalah apakah saya harus mengembangkan perusahaan tersebut yang saya katakan sebagai akselerasi atau tetap menjalankan profesi PNS dan mengikuti alur tangganya.
Sebab kalau di PNS, kita memang harus mengikuti alur tangga untuk bisa naik ke suatu tingkat. Tapi kalau wiraswasta, tentu kita bisa melompat untuk maju ke depan.
Q : Jadi, bisa dikatakan bahwa profesi PNS menghalangi langkah anda untuk berwirausaha yang anda katakan adalah pekerjaan yang anda senangi ?
A : Ya, harus saya akui bahwa status PNS ini menghambat saya dalam mengerjakan hal lain diluar sana. Dalam hal ini adalah menjadi wirausaha dan membangun perusahaan.
Kalau hanya berdagang, saya masih bisa bayar orang untuk menjaga usaha itu. Tapi inikan saya sudah membangun perusahaan, sehingga saya harus benar-benar terjun langsung menjalankannya.
Untuk itu, mau tidak mau saya harus memilih apakah harus tetap mempertahankan jadi ASN atau fokus pada usaha yang saya bangun.
Q : Apakah mundur dari PNS merupakan salah satu langkah terbesar yang pernah anda ambil selama ini ?
Tadi saya sampaikan pada staf yang lain bahwa tidak ada perbedaan sebenarnya. Hanya saya melihat peluangnya adalah ketika saya harus mengambil pilihan.
Menurut saya hal ini bukanlah sesuatu yang besar.
Disini saya ungkapkan secara gamblang, bahwa dalam status saya sebagai PNS yang sekolah lagi tahun 2010 hingga 2017, angsuran saya beli rumah dan lainnya bisa mencapai Rp. 200-300 juta perbulan dan semuanya saya bayar dengan lancar.
Perlu jadi catatan juga bahwa seluruh kekayaan yang saya dapatkan, rata-rata diperoleh ketika saya tidak ada jabatan sebagai PNS.
Sebab saat itu saya bisa sangat fokus berbisnis. Bahkan rata-rata saya bisa mendapat penghasilan diatas Rp.3 miliar dalam setahun.
Dan penghasilan itu justru berkurang ketika saya punya jabatan, seperti saat saya menjabat camat seperti sebelumnya.
Berdasarkan hal tersebut, tentu siapapun yang berada diposisi saya pasti akan mengambil langkah seperti yang saya ambil saat ini.