Perhatikan Warga Dayak, Solusi Redam Kecemburuan Sosial dalam Pembangunan Ibu Kota Baru
Perhatikan Warga Dayak, Solusi Redam Kecemburuan Sosial dalam Pembangunan Ibu Kota Baru
TRIBUNSUMSEL.COM - Perhatikan Warga Dayak, Solusi Redam Kecemburuan Sosial dalam Pembangunan Ibu Kota Baru
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) mengumpulkan perwakilan Etnis Dayak terkait pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan Timur.
Tujuannya, agar pemerintah bisa mendengar harapan dan masukan dari para perwakilan Suku Dayak terkait rencana pemerintah tersebut.
“Seminar nasional ini bertujuan menampung gagasan konstruktif dari masyarakat lokal khususnya Etnis Dayak,” ujar Sekretaris Menteri PPN Himawan Hariyoga Djojokusumo di Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Dalam kesempatan itu, Wakil Bendahara Umum Majelis Adat Dayak Nasional, Dagut H. Djunas meminta pemerintah pusat memperhatikan keberlangsungan hidup warga Dayak.
Sebab, saat ini masyarakat Dayak tak lagi memiliki tanah garapan.
Karena, sebagian besar tanah di Kalimantan Timur dikuasai pihak swasta untuk dijadikan perkebunan sawit.
“Masyarakat kita ingin punya tanah 5 hektare tiap keluarga yang punya sertifikat gratis, dan setiap desa punya hutan adat 10 hektare,” kata Dagut.
Sementara itu, tokoh Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) Kalimantan Tenggara, Dolvina Damus mengatakan, saat ini mayoritas warga Dayak menggantungkan hidupnya dengan cara bertani dan berkebun.
Sedangkan masyarakat lain yang hidup di Pulau Kalimantan, berprofesi sebagai pedagang, pegawai negeri sipil maupun swasta.
Menurut dia, hal tersebut membuat terjadinya kesenjangan sosial.
Atas dasar itu, dia berharap pemerintah memperhatikan warga Dayak dalam pembangunan ibu kota baru, khususnya di bidang ketenagakerjaan.
“Kesenjangan posisi ini rentan menimbulkan kecemburuan sosial dan konflik sosial. Ini yang perlu diantisipasi. (Oleh karena itu) diharapakan dalam pembangunan ibu kota negara dapat diberikan kebijakan khusus kepada suku bangsa Dayak terkait dengan ketenagakerjaan,” ucap dia.
Bentrok Berdarah di Calon Ibukota
Penajam Paser Utara (PPU) Ibukota baru Indonesia mendadak terjadi peristiwa kerusuhan mencekam.
Kerusuhan yang melibatkan sejumlah warga membuat kota di provinsi Kalimantan timur sempat bikin heboh.
Pasca di media sosial beredar beberapa video kerusuhan yang memperlihatkan beberapa tempat kebakaran.
Dilansir dari Tribunbali, bermula dari sejumlah Keluarga korban mendatangi lokasi tempat tinggal pelaku di Gang Buaya kilometer 1 Pelabuhan Feri Penajam dengan membawa senjata tajam, Rabu (16/10/2019) sekitar 13.30 Wita.
Mereka mencari pelaku hingga membakar sejumlah bangunan kayu di kawasan pelabuhan.
Seorang warga PPU yang enggan disebutkan berada di lokasi kejadian, menceritakan, hingga malam ini, pukul 19.00 Wita, kondisi di pelabuhan feri masih mencekam.
Mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) dihadang massa menggunakan senjata tajam saat hendak memadamkan api yang membakar sejumlah bangunan di daerah calon ibu kota negara tersebut.
Penajam Paser Utara (PPU), Rabu (16/10/2019)." />
"Malah makin ribut karena pemadam dihadang massa pakai mandau (senjata tajam khas Kalimantan). Apinya makin nyebar," kata dia melalui pesan singkat dari lokasi kejadian pukul 19.00 Wita.
Ia mengatakan, sebagian warga mengungsi untuk mencari lokasi aman. Aliran listrik menuju kawasan sekitar juga dipadamkan.
Mengutip dari Tribun Kaltim di Penajam, Kapolres PPU Sabil Umar melalui Kasat AKP Dian Puspitosari membeberkan, pemicu amukan massa berasal dari kasus penikaman.
Dua warga ditikam berinisial RN (18) dan CD (19) pada Rabu (9/10/2019) sekitar pukul 23.00 Wita. RN mengalami luka berat, sementara CD meninggal dunia.
Keduanya terlibat perkelahian dengan sekelompok pemuda lain yang berujung penikaman.
Pemicu awal diduga dari bunyi knalpot motor. Sekelompok pemuda merasa terganggu dan mengajak berduel hingga berujung penikaman.
"Iya benar terjadi penikaman di Pantai Nipah-nipah, tapi sudah kita tangani," ungkap dia.
Polisi Minta Stop Bagikan Gambar Kerusuhan
Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Ade Yaya Suryana meminta masyarakat untuk tidak menyebarluaskan gambar atau video yang sekiranya dapat memperkeruh suasana.
"Pihak Kepolisian meminta masyarakat percayakan proses penanganan permasalahan ini kepada aparat penegak hukum yang berwenang. Mohon kepada seluruh elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga keamanan dan ketertiban," tuturnya.

Seperti diketahui, pada Rabu (16/10/2019) sekira 13.00 Wita terjadi pergeseran sekitar 100 orang menuju ke Pelabuhan Feri, perahu Klotok dan Speedboat.
Mereka berunjukrasa terkait peristiwa penikaman terhadap dua orang pemuda di Pantai Nipah-nipah.
Sekitar pukul 14.20 Wita, massa langsung menuju ke pelabuhan klotok.
Mereka lalu merusak pos loket tiket kapal klotok dan menghentikan transportasi speedboat maupun kapal.
Pihak Kepolisian dikomandoi Kapolres Paser dan Kapolres Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, langsung melakukan mediasi saat mengetahui perusakan tersebut.
"Pihak kepolisian berupaya memfasilitasi dengan hearing di Kantor Pemkab Penajam Paser Utara. Namun tidak ada kata sepakat," ujarnya.
Sekitar 15.30 wita kelompok massa terus bertambah.
Mengetahui situasi semakin memanas, Kapolda Kaltim Irjen Pol Priyo Widyanto langsung menuju lokasi. Kapolda Irjen Pol Priyo Widyanto pun mengambil alih komando penertiban massa.
"Saat ini situasi sudah terkendali," ucapnya.
Latar Belakang
Diduga kericuhan ini terkait dengan peristiwa penikaman yang terjadi di Pantai Nipah-nipah, Penajam, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur atau kaltim.
Peristiwa penikaman terhadap dua pemuda yakni Rian (18) dan Chandra (19) di Pantai Nipah-Nipah, Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara kini tengah ditangani Sat Reskrim Polres Penajam Paser Utara.
Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (9/10/2019) sekitar pukul 23.00 Wita di Pantai Nipah-Nipah.
Saat kejadian, usai melakukan penikaman, pelaku melarikan diri ke Kota Balikpapan dan langsung dilakukan pengejaran oleh personel sat Reskrim Polres Balikpapan.
Kapolres PPU, AKBP Sabil Umar melalui Kasat Reskrim AKP Dian Puspitosari membenarkan kejadian penikaman terhadap dua pemuda yang mengakibatkan satu korban yakni Chandra meninggal dunia dan satu korban lainnya yaitu Rian mengalami luka berat.
"Iya benar, semalam ada penikaman di Pantai Nipah-Nipah, tapi sudah kita tangani," ujar Dian, Kamis (10/10/2019).
Saat ini ucap dia, pihaknya telah mengamankan tiga orang yang diduga terlibat dalam kasus penikaman tersebut.
Hanya saja cuma satu orang yang melakukan penikaman tersebut dan saat ini sedang dilakukan pemeriksaan.
"Ada tiga orang yang kita amankan setelah mereka kabur ke Balikpapan.
Tapi masih kita periksa, hanya satu saja pelaku penikamannya yang lain kita kenakan pasal pembawaan senjata tajam," tuturnya.
Dari hasil pengecekan kondisi korban, pada tubuh korban bernama Rian terdapat satu luka tusuk di bagian pinggang sebelah kiri.
Namun kondisi korban masih sadar.
Sedangkan, ditubuh Chandra terdapat satu luka tusukan dibagian perut yang menyebabkan korban meninggal dunia.
Diketahui, kronologis kejadian, pada hari Rabu (9/10/2019) sore hari saat terlapor yang saat ini sedang dalam lidik.
Korban selesai bermain bola di lapangan futsal yang terletak di Kilometer 3,5 Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam.
Saat korban hendak pulang menggunakan sepeda motor yang dikendarainya, koban memainkan gas atau mengopel gas sepeda motor.
Dan saat itu terlapor tepat di dekat korban mendengar suara dari knalpot motor tersebut.
Sehingga membuat terlapor emosi dan lagsung mendatangi korban.
Lalu mengajak korban ketemuan di Pantai Nipah-nipah.
Selanjutnya, sekira pukul 23.00 wita korban dan terlapor bersama teman-teman yang masih diselidiki jumlahnya ini bertemu di daerah Pantai Nipah-nipah.
Hingga terjadilah penikaman dengan mengunakan sajam terhadap korban.
"Saat ini ketiga orang sudah diamankan di Mapolres PPU," tutup AKP Dian.