Soekarno Sebut Teks Proklamasi Dibacakan dengan Mikrofon 'Curian', 4 Fakta Unik Momen 17 Agustus

Soekarno Sebut Teks Proklamasi Dibacakan dengan Mikrofon 'Curian', 4 Fakta Unik Momen 17 Agustus

Kolase gambar dokumentasi arsip Kompas.com/Frans Mendur dan TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Soekarno Sebut Teks Proklamasi Dibacakan dengan Mikrofon 'Curian', 4 Fakta Unik Momen 17 Agustus 

Soekarno mengaku dirinya percaya pada mistik dan mencampurkan kepercayaan klenik jawa kuno dengan momen bersejarah dalam sejarah islam.

"Aku percaya pada mistik," ungkap Soekarno saat itu.

Usut punya usut, jika dikaitkan dengan penanggalan Jawa, 17 Agustus 1945 jatuh pada hari Jumat Legi.

Kata 'legi' dalam bahasa Jawa memiliki arti manis.

Sedangkan tanggal 17 dipilih lantaran bersamaan dengan peristiwa diturunkannya Al quran dalam sejarah umat islam.

Tanggal 17 dapat dikaitkan dengan dengan perintah Nabi Muhamamd SAW kepada umat Islam untuk bersembahyang 17 rakaat dalam sehari.

"Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, bukan 10 atau 20? Karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," kata Soekarno.

4. Teks proklamasi dibacakan dengan mikrofon 'curian'

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Soekarno pernah menyebut bila mikrofon yang ia gunakan saat membacakan teks proklamasi kemerdekaan untuk pertama kalinya adalah hasil curian.

Soekarno berkelakar pada saat itu bahwa mikrofo tersebut adalah hasil curian yang diambil dari stasiun radio milik Jepang berikut dengan pengeras suaranya.

“Aku berjalan ke pengeras suara kecil hasil curian dari stasiun radio Jepang dan dengan singkat mengucapkan proklamasi itu,” kata Soekarno seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas.com.

Kendati Soekarno menyebutnya sebagai mikrofon curian, rupanya kelakar mantan presiden RI itu dibantah oleh mantan sekretaris pribadi Menlu pertama RI, Sudiro.

Melansir Kompas.com, Sudiro mengungkap bahwa pernyataan Soekarno tentang mikrofon 'curian' itu tidak benar.

Hal tersebut ia kemukakan pada 6 September 1972 ketika menyampaikan pidato di Lembaga Pembinaan Jiwa '45 di Jakarta.

Lebih lanjut Sudiro mengatakan bila mikrofon tersebut adalah milik seorang warga negara Indonesia bernama Gunawan.

Gunawan saat itu adalah pemilik Radio Satriya yang bertempat tinggal di Jalan Salemba Tengah, Jakarta. (Sosok.grid.id)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved