Cerita Khas Palembang
Arti dan Penjelasan Rinci Lambang Kota Palembang, Digunakan Sejak Tahun 1956
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Pernah melihat lambang kota Palembang yang lengkap dengan semboyannya Palembang Djaja?
Penulis: Weni Wahyuny |
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Pernah melihat lambang kota Palembang yang lengkap dengan semboyannya Palembang Djaja?
Jangan salah, lambang ibukota Sumatera Selatan itu memiliki arti masing-masing setiap lukisannya.
Pemerhati Sejarah Kota Palembang, Rd Muhammad Ikhsan menjelaskan secara resmi Pemerintah kota yang dulunya Kotapradja dan Kotamadya menulis motto lambang kota sebagai Palembang Djaja.
Secara normatif dasar hukumnya pada Keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Kota Besar Palembang No. 36/DPRDK/1956.
Motto Pada lambang kota besar merupakan bagian tidak terpisahkan dari konsepsi lambang kota besar.
• Sejarah Sekojo Palembang, Pernah Jadi Landasan Pacu dan Nama Berasal dari Bunga Jepang
"Lambang kota Palembang sendiri itu dbagi secara lengkap terdiri dari tiga bagian," kata Ikhsan yang juga menuliskan di bukunya "Palembang dari Waktoe ke Waktu".
Bagian pertama, Ikhsan menjelaskan bangunan sirah yaitu rumah adat dengan warna asli merah tua coklat dengan pinggiran keemasan berikut 18 tanduk lembaran daun teratai.
Di tengah bagian atas terdapat kembang melati yang belum mekar, berikut simbar yang melambangkan kerukunan, kekeluargaan, dan kesejahteraan kota ini di segala zaman.
Bagian kedua, sambung Ikhsan puncak rebung warna kuning keemasan melambangkan kemuliaan dan keagungan.
• Inilah Asal Mula Nama Jakabaring Palembang, Bermula dari Empat Suku Besar
Jumlahnya delapan buah, melambangkan bulan Agustus yang bersejarah, bulan proklamasi kemerdekaan RI.
Segitiga ialah bukit yang termasyhur dengan nama Bukit Siguntang adalah tempat kesucian dimana di zaman purbakala yaitu abad ke VII sampai XIII terdapat kumpulan candi, kuil, dan sekolah tinggi yang dikunjungi oleh pendeta, pelajar dari seluruh Asia.
Lingkaran memanjang berwarna biru laut adalah sungai-sungai, empat diantaranya sungai besar yang bertemu di kota, yaitu Komering, Ogan, Lematang dan Musi dan lima lainnya bertemu di luar kota. Kesembilannya berkumpul menjadi satu. Induk dan airnya mengalir di kota.

Bunga teratai berwarna putih melambangkan agama yang suci di segala zaman, dulu, kini dan yang akan datang. Lima lembar dari bunga teratai melambangkan rukun lima agama Islam. Sementara bagian ketiga, lanjut Ikhsan di bawah lambang tertulis motto Palembang Djaja. Ini seperti yang ia kutip di buku RM. Akib tahun 1956.
Motto yang ada di lambang kota Palembang yang jika dieja menjadi Palembang Jaya.
• Sejarah dan Arti Nama Sekip di Kota Palembang, Ternyata Dulunya Tempat Latihan Menembak Belanda
Mengapa semboyan itu dituliskan dengan 'Palembang Djaja', bukan 'Palembang Jaya,?'.
"Karena semula lambang kota berikut semboyannya digunakan pertama kali di tahun 1956, ketika bahasa Indonesia dengan ejaan Soewandi masih digunakan. Sedangkan Djaya dengan kombinasi ejaan Soewandi dan ejaan yang disempurnakan, mungkin salah pengetikan saja," terangnya.