Cerita Khas Palembang
Bukan Bundaran Air Mancur, Ini Titik KM Nol Palembang, Jangan Sampai Anda Keliru
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Mungkin orang Palembang sudah sering mendengar KM 3,5, KM 5, KM 12 dan lain sebagainya.
Penulis: Weni Wahyuny |
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG-Mungkin orang Palembang sudah sering mendengar KM 3,5, KM 5, KM 12 dan lain sebagainya.
Tetapi belum tentu semuanya tahu di mana sebenarnya titik KM 0 Palembang.
Ternyata titik KM 0 Palembang sudah sering dilintasi karena letaknya di pusat aktivitas Wong Palembang.
Lokasinya di sekitaran Masjid Agung Palembang yang kini berganti nama menjadi Masjid Agung Sultan Mahmud Badarauddin (SMB) I Jayo Wikromo yang tak jauh dari Jembatan Ampera kota Palembang.
• Inilah Asal Mula Nama Jakabaring Palembang, Bermula dari Empat Suku Besar
Lokasi titik KM 0 Kota Palembang berada persis di dekat kaki menara Masjid Agung namun sudah di luar pagar Masjid Agung.
Tugu dengan ukuran sekitar 40x40 centimeter itu dicat warna biru dengan huruf berwarna putih.
Tertera tulisan "Awal Jl Jenderal Sudirman KM: 0+000 dan di bawahnya tertulis Awal Jln Riacudu. Tugu tersebut terselip diantara tanaman-tanaman yang menghiasi pagar Masjid Agung.
Pemerhati Sejarah Kota Palembangm Rd Muhammad Ikhsan menjelaskan, yang menguatkan KM 0 berada disitu adalah karena jalan Jenderal Sudirman, tempat Masjid Agung berdiri kokoh tersebut adalah nomor 1.
• Sejarah dan Asal Nama Kertapati, Apakah Ada Hubungan dengan Nama Raden Inu Kertapati?
Pantas saja di tugu tersebut dituliskan Awal Jl Jenderal Sudirman.
Selain itu, sambung Ikhsan KM 0 Palembang yang berada di kawasan Masjid Agung terletak di kawasan strategis yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan nama jalan pertama yang secara resmi disematkan sejak awal tahun 19-50 an menggantikan nama Tengkuruk.
Kawasan ini menurut Ikhsan merupakan area ramai yang menghubungkan Kewedanan Ilir Timur dan Ilir Barat pada awal kemerdekaan RI.

Area ini telah merupakan persimpangan pertemuan jalan raya utama di Palembang. Menghubungkan kaki jembatan Ampera , jalan Merdeka, jalan Jenderal Sudirman dan Masjid Lama.
Disitu juga ada bundaran air mancur.
"Jauh pada masa seabad lalu, sebelum ditimbun Pemerintah kolonial Belanda di dekade tahun 1920-an, titik KM 0 Palembang ini berad di tepi Sungai Tengkuruk menuju halaman Masjid Agung," ungkapnya.
• BPS Land Palembang Perumahan Berbasis Komunitas, Wapres Jusuf Kalla Hadiri Groudbreaking
Pada masa kesultanan Palembang Darussalam hingga waktu penimbunan itu, tempat ini juga berdiri sebuah pelabuhan kecil untuk bersandar perahu-perahu yang hendak ke Masjid Agung.
"Namanya dulu Tanggo Rajo karena sering digunakan Sultan untuk lalu-lalang dalam melaksanakan salat di Masjid Agung," katanya.
Dalam ilustrasi foto lama, sambung Ikhsan terlihat bangunan Tanggo Rajo ini menggunakan atap bertanduk kambing yang merupakan ciri khas bangunan panggung beratap di Palembang.
Di zaman keresidenan Palembang ini, setelah ditimbun oleh Belanda, di atas bekas sungai Tengkuruk tersebut dibangun jalan pertama di Palembang.
"Jalan tersebut spontan saja disebut oleh penduduknya Palembang disebut jalan Tengkuruk. Belanda sendiri pada masa itu masih menyebutnya sebagai Tengkuruk Kade atau terusan Tengkuruk," urainya.
• Mengenal Desa Lontar Tempat Kelahiran Kapolda Sumsel, Irjen Firli Jalan Kaki 16 Km ke Sekolah
Ikhsan menerangkan bahwa di KM Nol Palembang ini terlah terjadi banyak peristiwa perintang dalam pertumbuhan kota Palembang.
Termasuk lah peristiwa Pertemupuran Lima Hari Lima Malam di awal bulan Januari tahun 1947.
Ditempat ini pula menjadi titik kumpul dan aksi para mahasiswa yang menyampaikan aspirasi rakyat.
"Selain mengenang masa sejarah kota Palembang, disini juga menjadi view menarik untuk didatangi. Adanya Jembatan Ampera, Monpera, Majid Agung, Air Mancur dan paling baru adalah lintasan LRT (Light Rail Transit) serta stasiunnya," jelasnya.