Cerita Khas Palembang
Profil dan Sosok Arniza Nilawati, 4 Besar Calon Anggota DPD Sumsel, Dosen dan Mantan Korwil PKH
Berdasarkan rekapitulasi suara sementara, Arniza Nilawati merupakan salah satu Caleg Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang masuk empat besar
Penulis: Linda Trisnawati |
Sebelum pergi tentu saya akan membaca situasi daerah yang akan saya kunjungi, misal kalau malam jalan ini aman dilalui atau tidak. Sejauh ini aman-aman saja, kalau ngantuk ya saya istirahat dulu.
Jadi kalau ke daerah-daerah saya nginapnya di hotel. Pas nuruni barang bawaan seperti APK kami juga cuma berdua aja. Sampai ada orang hotel nanya ibu ini sapa, dan saya jelaskan akhirnya jadi akrab.
Memang kalau kunjungan itu hanya diskusi dan silaturahmi dan saya datang seperti penceramah yang memberikan motivasih kepada mereka.
Namun kalau ketemuan di sini 10 orang, di sana 10 orang, paling tidak mereka sudah datang ya kita kasih makanan.
Kalau money politik silakan cari sampai kelubang kuman pun tidak ada saya. Saya bebas dari money politik.
Bekal saya itu pakai kartu nama. Jadi saya bagi-bagikan kartu nama saya. Karena orang taunya naman saya Nila padahal aslinya Arniza Nilawati.
(T) : Infonya ibu sampai jual mobil untuk dana kampanye itu bagaimana ceritanya
(AN) : Sebenarnya bukan jual mobil untuk kampanye, tapi saya ada rental mobil. Tentu pelanggan inginya mobil yang kondisinya baik. Jadi ketika ada mobil yang sudah rusak ya dijual.
Namun saya bilang ke suami dari hasil penjualan setengahnya buat DP beli lagi mobil baru dan setengahnya buat modal kampanye sosialisasi saya.
Karena perjalanan saya keluar daerah itu kan butuh biaya. Terlebih saya sudah keluar dari Korwil dan tidak ada lagi gaji. Jadi tinggal gaji mengajar saja. Karena saya tidak punya persiapan jadinya ya begitu.
Kalau ditanya total dananya kisaran ratusan juta. Tapi itu untuk sosialisasi, karena kita tidak bisa berkunjung ke tempat orang tapi kita membebani mereka. Ya setidaknya beli makanan dan minumannya.
(T) : Apa tantangannya menjadi anggota DPD RI
(AN) : Di sini kitakan inspirator dan ada gedung DPD nya. Tapi kalau hanya didiamkan saja fakum maka fungsinya kan tidak jalan. Maka kita harus membuka karena itu rumah inspiratif untuk menampung inspirasi masyarakat.
Tantanganya adalah ketika kita tidak bisa mengimplementasikan keinginan mereka. Ini jadi tantangan besar bagiaman kita bisa mengikut sertakan masyarakat dan terlibat langsung melalui inspirasi masyarakat.
(t) : Apakah ada rasa cemas dari hari ke hari menunggu rekapitulasi suara
(AN) : Saya cuma takut dengan kecurangan. Saya mendengarkan banyak masukan dari orang-orang bahwa ada terjadi pengelembuangan suara, ada bermain dengan PPK lah dan lain-lain.
Kalau saya hanya pasrah saja, kita punya Bawaslu, KPU.
Mereka sama seperti saya, jadi saya serahkan saja kepada yang di atas.
Saya lebih baik tidak duduk dalam suatu jabatan, hanya karena permainan seperti itu. Artinya kalau kita melakukan itu kita sama melakukan penzoliman.
Menurut data awal saya nomor 2, tapi bergeser-bergeser ke nomor 4. Namun memang waktu itu masih 10 Kabupaten/Kota.
Kita juga ada reqrut manual, kok jadi mundur-mundur. Saya tidak ingin su'uzon, jadi saya hanya berdoa kepada yang di Atas semoga orang-orang yang punya niat tidak baik diluruskakan kembali niatnya.
(t) :Apakah ibu menempatkan saksi-saksi di semua TPS, PPK, hingga KPU
(AN) : Tidak, saya tidak memerintahkan orang secara khusus. Karena kalau secara khusus saya perintahkan itukan perlu biaya dan bayar.
Jadi saya hanya memintak tolong, keluarga, temen dan lain-lain. Misal mintak tolong fotoin C1 atau DA1 di sana. Paling gitu aja, alhamdulillahnya banyak yang mau bantuin.
(T) : Kenpa ibu lebih memilih menyalonkan menjadi DPD RI ketimbangan yang lain misal DPR RI atau DPRD
(AN) : Karena DPD itu independent, tanpa batasan-batasan.
(T) : Kalau sudah jadi anggota DPD RI apakah masih ingin mengajar
(AN) : Mengajar itu suatu hobi bagi saya. Jadi meskipun saya nanti sudah jadi DPD RI saya akan tetap mengajar, tapi waktunya saja yang terbatas paling Sabtu dan Minggu.
Bagi saya mengajar itu juga sebagai hiburan, bertemu dengan anak-anak muda biar tetap awet muda.