Wawancara Eksklusif

Cerita Hakim yang Vonis Mati Pembunuh Driver Taksi Online: Saya Tiap Hari Naik Ojek Online

Tribun Sumsel berkesempatan berbincang-bincang secara langsung dengan Bagus Irawan Ketua Majelis Hakim pada kasus tersebut

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Prawira Maulana
LINDA/TRIBUNSUMSEL.COM
Hakim Bagus Irawan. Ia yang memimpin majelis hakim yang memvonis pembunuh Sofyan, driver taksi online. 

Sudah berapa kali bapak menjatuhkan vonis hukuman mati?

Kalau memvonis hukuman mati ini sudah kedua kali. Yang pertama di Jawa Tengah, ada suami istri dibunuh. Ada yang nagih hutang tidak mau bayar terus dibunuh. Lalu dibakar, jadi vonisnya hukuman mati. Lalu yang kedua yang kasus ini.

Apakah bapak pernah diteror?

Kalau teror uda sering dan uda kenyang dengan teror. Bukan saya aja tapi istri juga. Misal istri lagi naik angkutan umum ada warga menyingung-nyingung.

Saya sadar kerjaan saya memang seperti ini. Jadi istri dan keluarga tau. Yang penting apa yang kita putuskan sesuai fakta dan sesuai hati nurani. Untuk keamanan kita serahkan kepada polisi dan tentara

Kenpa bapak mau jadi hakim?

Dulu keluarga saya orang kejaksaan, keluarga besar saya menyarankan saya menjadi hakim. Menurut keluarga saya hakim itu pangilang jiwa.

Kalau ditanya menyesal tidak jadi hakim jawaban saya ia saya
menyesal, karena menjadi sorotan. Sementara stagema masyarakat terhadap pengadilan belum baik.

Bagaimana soal adanya karangan bunga dari keluarga korban yang diberikan ke Pengadilan Negeri?

Terkait adanya karangan bunga buat saya pribadi itu merasa tidak nyaman. Kan kita melakukan itu karena tangung jawab kepada tuhan. Kalau kita bangga terhadap keputusan kita dan memproklamasikan itu seperti tidak ikhlas. Jadi saya merasa tidak nyaman saja dapat karangan bunga.

Apa tantangan jadi hakim?

Tantangan jadi hakik itu melawan hati nurani. Karena banyaknya hakim hakim ditangkap karena tidak kuat menahan hati nurani.

Sebelum menjatukan vonis, hal apa saja yang bapak lakukan?

Sebelum mengambil keputusan tentu saya salat minta petunjuk kepada Allah dan kalau sudah memtuskan mintak ampun kepada Allah, jika keputusan yang saya ambil salah. Karena nantinya apa yang sudah saya putuskan akan dipertangung jawabkan kepada Allah.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved