Wawancara Eksklusif
Cerita Hakim yang Vonis Mati Pembunuh Driver Taksi Online: Saya Tiap Hari Naik Ojek Online
Tribun Sumsel berkesempatan berbincang-bincang secara langsung dengan Bagus Irawan Ketua Majelis Hakim pada kasus tersebut
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Prawira Maulana
Dengan hal tersebut menginspirasi kita untuk memerangi begal-begal dan copet-copet, pencuri sepeda motor dan permpok-perampok itu. Maka kalau kena di majelis kami itu hukumanya tidak pernah ada yang ringan.
Kata bapak ini kan kasus ke 8 kali driver online dibunuh. Apakah ini yang pertama kali para pelakunya diberikan hukuman mati?
Ia ini yang pertama kali. Di majelis ini kita ingin menginspirasi bahwa tugas hakim itu untuk memutuskan perkara. Tapi kalau kita memutuskan perkara dengan keadilan formal, misal kasian diberikan hukuman mati ya sudahlah dihukum 20 tahun aja atau seumur hidup. Ini kan berarti tidak memberikan efek jerah ke yang lain dan tidak mengedukasi masyarakat dan calon-calon penjahat yang lain supaya tidak meniru.
Maka dari sanalah kami sepakat kalau menyidangkan perkara demikian harus tegas. Alhamdulillah presepsi kita ini sama dengan kepolisian, kejaksaan dan lain-lain. Kebetulan faktanya ini masuk dan berketetapan dan sependapat dengan jaksa.
Apakah hukuman mati ini pantas untuk para pelaku?
Menurut kami ini pantas dan kami yakin. Orang dia membunuh korbanya seperti binatang dan sadis.
Kalau dia hanya merampok ya rampok aja ambil mobilnya, lepaskan aja dijalan. Dia masih bisa berkumpul dengan keluarga, kenpa harus dibunuh.
Dia kan sadar yang dibunuh itu manusia. Namun di mata penjahat itu nyawa korban tidak berharga.
Saya pernah menangani permpokan emas dan menjual ke toko-toko emas. Dia bawak emas itu pakai motor, rupanya dia sudah diikuti dan dibaca oleh penjahat. Orang ini setiap hari ini bawak emas, orang itu ditebas dan jatuh lalu emasnya diambil.
Tapi karena pasalnya pencurian mengakibatkan kematian jadi hukumanya 15 tahun.
Dengan kami memjatuhakn vonis hukuman mati kepada para terdakwa ini saya lihat komen-komen di media sosial dan harapan masyarakat itu lebih, kalau bisa jangan hanya penjahat-penjahat aja yang dihukum mati kalau bisa koruptor-koruptor juga.
Jadi saya ingin menginspirasi. Karena hakim di Indonesia ini kurang lebih ada 5000 hakim, ini punya tangung jawab terhadap negeri ini. Dan bagaimana memfungsikan hukum ini sebagai efek gentar. Sebenrnya bisa tapi mau atau tidaknya dari ketukan hati nurani masing-masing.
Karena apa yang saya lakukan ini akan dipertangung jawabkan di padang marsah. Apakah keputusan-keputusan mu bisa dipertangung jawabkan.
Anda sudah keliling ke berbagai daerah, apa tangapan bapak tentang Palembang ?
Palembang memang kurang aman. Contoh saya pakai tas jinjing dipingir jalan tidak berani. Seperti temen saya sedang berdiri di Kambang Iwan itu dicopet, artinya tidak aman.