Cerita Khas Palembang

Wawancara Khusus Eddy Santana Putra (ESP), Kiat Sukses Bangun Palembang dan Saran untuk Harnojoyo

Sosok Eddy Santana Putra (ESP) dinilai sukses memimpin dan mengubah image kota Palembang selama menjabat Wali Kota Palembang periode 2003-2013

Tribun Sumsel/ Arif Basuki Rohekan
Eddy Santana Putra (ESP) mantan Wali Kota Palembang dua periode 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG--Sosok Eddy Santana Putra (ESP) dinilai sukses memimpin dan mengubah image kota Palembang selama menjabat Wali Kota Palembang periode 2003-2013.

Palembang yang tadinya banyak disebut sebagai kota kumuh, kotor, dan rawan tindakan kriminal menjadi kota yang bersih dan tertib.

Pria kelahiran 20 Januari 1957 tersebut, berhasil menjadikan ibu kota Provinsi Sumsel ini menjadi kota metropolitan, terbersih ke dua se Indonesia, dan menjadi terkenal di internasional.

Banyak event olahraga internasional terselenggara di Palembang sehingga mendorong usaha peningkatan perekonomian masyarakat.

Namun setelah tidak memimpin Palembang 5 tahun silam, mantan ketua DPD PDI Perjuangan Sumsel ini melihat perkembangan kota Palembang sedikit melambat, khususnya dalam pelayanan publik dan masyarakat.

Mengenal Sosok Kapolda Sumsel Irjen Zulkarnain Adinegara, Anak Petani Sempat tak Bisa Ambil Ijazah

Mengenal Sosok H Halim, Orang Kaya di Sumsel Sering Dikunjungi Presiden dan Banyak Tokoh Nasional

Padahal selama masa jabatannya sebagai walikota, ia merintis pendirian ( Trans Musi) sistem Bus Rapid Transit yang beroperasi, dan pengakuan ASEAN dengan memberikan Kota Palembang "Tanah Bersih untuk Kota Besar" selama Penghargaan Kota Ramah Lingkungan ke-2 pada November 2011.

Pernah juga dapat pengakuan akan air bersih yang mencakup hingga pelosok kota Palembang sehingga terbaik nomor 1 di Indonesia, dan menjadikan kota yang bersahabat, asri dan berhasil menggerakkan masyarakat melakukan penghijauan.

Wartawan Tribunsumsel.com, Arief Basuki berkesempatan untuk melakukan wawancara dengan Eddy Santana Putra di kediaman pribadinya di Jalan A Rivai Palembang.

Tribun Sumsel (TS) : Assalamu' alaikum warahmatullahi wabarakatu. Selamat siang pak Eddy Santana Putra, apa kabarnya? Dan aktivitasnya sekarang lebih banyak apa pak? 

ESP: Waalaikumsalam warahmarullahi wabarakatuh, siang juga.

Kabar saya sehat, sekarang seperti inilah kerja saya di posko, menyiapkan kesuksesan caleg ke senayan, serta beberapa kegiatan bisnis yang dijalankan seperti di cafe Bali dan Jakarta, bisnis batubara dan restoran Padang di Bogor, ini untuk mencari sesuap nasi yang halal apa sajalah.

TS : Bagaimana bapak dulu bisa membangun Palembang yang dulu imagenya tidak bagus, dan sekarang sudah terkenal dan maju?

ESP: Kita dulu punya visi- misi Walikota dan Wakil Walikota pada 2003, ingin  menjadikan kota Palembang metropolitan, mandiri dan berkualitas.

Dalam artian mandiri bisa menghidupkan sendiri dari hasil yang ada khususnya pajak.

Sementara berkualitas itu manusiannya, SDMnya (Sumber Daya Manusia), pendidikan bagus, dan kesehatan bagus dan sebagainya.

Alhamdulillah visi tepat, dan kita lakukan pembangunan itu baik fisik dan manusiannya secara simultan, terencana, terarah dan berhasil di semua sektor.

Sebelumnya tidak benar, meski kita tidak boleh menyalahkan kepemimpinan sebelumnya, tapi saat itu belum mengarah kesitu, dan harus ada gebrakan.

TS : Bagaimana cara bapak menghilangkan image kota kumuh dan bagaimana anda mendapatkan dana untuk pengerjaan itu? 

ESP: Sebenarnya simple, kalau kotor harus bagaimana bersih, kan tinggal sapu sampahnya masukkan ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) lalu ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Tapi ternyata tidak sesederhana itu, di TPS numpuk biasanya sampah karena kurang mobil, dan beli tidak ada duit. Makanya kita minta bantuan melalui CSR yang ada di PT Pusri, PT BA dan sebagainya, dan mereka kasih karena ada kewajiban mereka juga terhadap sekitar.

TS : Apa kendala bapak pada awalnya untuk mewujudkan hal itu, dan apa yang dilakukan? 

ESP: Kita minim anggaran, sebab saat pertama saya memimpin Palembang APBD hanya sekitar Rp 400 miliar, dimana Rp 200 miliar sudah habis untuk gaji pegawai dan sisa Rp 200 miliar, cukup apa dibagi- bagi kedinas, tapi kita berusaha meningkatkan pendapatan (PAD).

Yang jelas orang datang ke Palembang awalnya males, dan hanya orang kita sendiri (Palembang), berkutak- kutek tidak ada tempat main, malam gelap, akhirnya berkelahi kriminal tinggi, ekonomi tidak bagus, copet, rampok karena mau makan.

Contoh, jam 6 sore Palembang dulu warganya banyak menghabiskan waktu di rumah dan lihat tv, mau keluar apa yang dilihat, tempat makan sudah tutup semua.

Jadi bagaimana ramai malam- malam, penting kegiatan manusia di malam hari agar muncul kegiatan ekonomi sebab orang bisa bekerja dan lapangan pekerjaan terbuka, itu yang kita lakukan dengan memoles tempat- tempat kumpul seperti BKB dan air mancur.

Akhirnya orang mau keluar maka ada daya tarik, muncul restoran dan tempat lain- lain, sehingga orang luar senang datang kesini.

Selain itu kebetulan Gubernur Sumsel Rosyan Arsyad berani ambil PON ke XVI untuk di Palembang pada 2004, sehingga kita persiapkan dengan baik dan sukses, yang berdampak pada percepatan perekonomian dan bantuan serta pajak lebih banyak sehingga terakhir saya memimpin APBD mencapai Rp 1,5 Triliun yang bisa digunakan untuk membangun.

Sekarang mudah, kalau tidak ada tinggal minta Provinsi atau pusat, tapi kedepan harus bisa menarik investor juga.

Mengenal Pilot Thamrin Group, Keluarga Kaya di Palembang dengan Segudang Lini Bisnis

Mengenal Afat (Robby Hartono) Palembang, Dulu Hanya Menyewa Ruko di Jalan Veteran

TS : Pada periode kedua anda memimpin apa yang anda lakukan?

ESP: Pada periode kedua saya terpilih, saya memiliki visi misi menjadikan kota Palembang Internasional dan itu berhasil. Dimana kita berhasil melaksanakan SEA Games 2018.

Dulu PON belum ada Hotel yang banyak, tapi sekarang banyak hotel yang dibangun, dan jelas perekonomian bergerak.

TS : Bagaimana anda terus menjadikan kota Palembang terus bergerak, termasuk mempertahankan hasil yang sudah ada?

ESP: Itu harus ada konsep dan leadership untuk menggerakkannya, sebagai dorongan. Kalau mental maling tidak akan jadi.

TS : Beberapa program yang bapak lakukan selama kepemimpinan di Palembang cukup berhasil yaitu penyediaan air bersih yang mencapai sekitar 95 persen tersalurkan ke masyarakat. Bagaimana cara bapak melakukannya?

ESP: Dulu kita perjuangkan manajementnya yang terbaik dan kawal apa yang diperlukan agar pelayanan jadi baik, dan ini juga kita minta dukungan dari Pemprov Sumsel, dimana kurun waktu 2 hingga 3 tahun dana masuk lumayan, dan pendapatan lumayan bisa menghidupkan.

Memang dulu PDAM kita utang banyak, tapi kita bisa menjadikannya menjadi nomor 1 terbaik di Indonesia dengan keuntungan bisa mencapai Rp 70 miliar setahun.

Mengenal Kiai Marogan, Kisah Hidup Karomah dan Amalan Zikirnya yang Terkenal

Profil Sutopo Purwo Nugroho BNPB, Pejuang Kanker yang Tak Pernah Lelah Berikan Info Bencana Alam

TS: Bagaimana bapak melihat sekarang dan apa masukan bapak?

ESP: Sekarang memang mulai turun, dan sebelum saya pensiun 2013 lalu saya sudah ngomong. Tolong dibuat watertadmond baru  dan harus, karena yang sudah ada sudah mentok dan kapasitasnya sudah full, serta pelayanan sudah habis sementara Palembang ini berkembang terus dengan pembangunan yang ada seperti hotel, restoran, mall dan sebagainya.

Dari mana menyuplai air bersihnya? Kalau dari yang ada akan mengurangi suplai selama ini yang ada sehingga tidak tercukupi,  sehingga harus ada sumber baru sesuai keinginan awal pengaliran air itu bisa 24 jam teraliri dan harus cepat dibangun, namun nyatanya tidak terbangun dan kinerjanya turun.

Saran saya pemkot harus berani, carikan uangnya (dana), pinjam untuk membangun watertedmont baru sehingga service layanan baik dan ada cadangan, minimal 2 lagi.

TS : Bagaimana bapak melihat masalah di Palembang seperti banjir saat ini semakin parah?

ESP: Itu perlu tim yang kuat seperti pak Harno (Walikota) sekarang memiliki tim yang kurang kuat, carilah yang pinter- pinter dan kompetensi yang spesialisasinya sumber daya air, dulu aku sekolah itu dan saya kumpulkan orang- orang lain untuk meneliti setiap hari apa yang harus dilakukan dan itu kerjaan tim di PU, apa yang kurang untuk diperbaiki, seperti perlu saluran baru dan sebaginya.

Banjir kita ini spot- spot dan gampang diatasi, retensi dan normalisasi dengan pompa, seperti kantor Pemprov banjir cek pompa di dekat situ apa masih beroperasi atau tidak dan harus diberesi hingga muaranya apakah sampah, dan saya sering turun saat hujan agar mengetahui masalahnya, dan kebanyakan sampah, serta pompa tidak ada yang jaga untuk mengoperasikannya.

Selain itu kita ada tim khusus di PU untuk mengawasinya, dan kita wajibkan mereka untuk turun saat hujan.

TS : Soal mengatasi kemacetan di kota Palembang apa yang bapak lakukan saat itu?

ESP: Dulu kita  merintis pendirian ( Trans Musi) sistem Bus Rapid Transit yang beroperasi di Kota Palembang dan nomor 1 di Indonesia, hal itu sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan dengan angkutan umum yang bagus dan nyaman, tepat waktu serta nantinya diminati masyarakat.

TS: Apa obsesi bapak awalnya memimpin dan membangun Palembang? Dan apa yang belum terlaksana sampai saat ini?

ESP: Saat ini Palembang sudah sangat siap, dulu visi misi saya menjadikan Palembang ibukota internasional ada SEA Games dan Asian Games.

Apa yang harus dilakukan ke depan dan impian saya yang belum tercapai itu, menjadikan kota ini kota sungai yang sukses, antara lain dengan konsep Musi Riversade Tourisem development harus jalan,

Inilah andalan kita dan harus habis- habisan membangunnya, kiranya hotel, mall, restoran banyak harus diteruskan dan harus dimanfaatkan sungai yang indah ini dan anugerah dari Allah, sebagai andalam potensi yang besar bagi pariwisata di kota Palembang, minimal seperti Bangkok.

Harus diingat juga, kota- kota dunia yang punya sungai merupakan kota sukses, termasuk kota Palembang dan harus diwujudkan.

Sukses dalam artian sukses pembangunan fisiknya dan sukses pembangunan manusianya, pendidikan, kesehatan dan roda ekonomi harus berjalan baik sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

TS : Bagaimana bapak melihat kota Palembang sekarang dan apa saran bapak?

ESP: Masyarakat yang bisa menilai, tapi saran saya, ajak semua stakeholder yang ada di Palembang, komunitas, orang pintar, ahli dikumpulkan, diajak diskusi.

Sebab otak kita sendirian tidak akan mampu dan saya merasa seperti itu, tapi kita harus menerima masukan dan saran orang pintar setiap saat, bisa jadi staff khusus, diawali niat tulus dan baik berupa semangat membangun, amal ibadah, kalau niatnya miring- miring dan barokah. 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved