SBMPTN 2019
Info Alokasi dan Perubahan Sistem SBMPTN 2019, Ini Penjelasan Rektor Unsri Anis Saggaf
Kemenristekdikti telah menetapkan kebijakan baru terkait Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019. Ini infonya
Penulis: Shinta Dwi Anggraini |
Peserta tes akan mendapatkan skor, setelah mereka mendapat skor dan mengetahui hasilnya, barulah bisa mereka melihat batas kemampuan yang di dapat.
Lebih besar peluang lolosnya karena mereka mendaftar sesuai hasil nilainya.
Ditambahkannya, jadwal ujian dilaksanakan bersamaan antara kampus Bukit di Palembang, dan Indralaya Ogan Ilir.
Sementara biaya mendaftar belum ada perubahan yakni sebesar Rp200 ribu.
Baca: Pencuri Gagal Bawa Mobil Isuzu Panther Milik Warga Pagaralam karena Kehabisan Bahan Bakar
Baca: Naik Lion Air JT 610 Denpasar-Jakarta,Wanita Ini Cerita Pengalamannya, AC Mati & Suara Mesin Berat
Pelaksanaan tes pun berlangsung dengan sistem berbasis komputerisasi dan nilai hasil tes langsung terlihat.
"Nanti akan ada rapat kembali jika ada informasi lanjutan. Saat ini info sesuai keputusan kementerian, ujian berlangsung tidak lagi secara manual menggunakan kertas, tapi sudah menggunakan komputer,"
"Sehingga tidak ada lagi isu rekayasa dan kebocoran soal. Dulu soal ujian dijaga ketat lumayan buat repot, sistem komputer menjadi lebih simple lalu lebih fair dan kepastian diterima lebih besar," jelasnya.
Untuk kuota penerimaan mahasiswa baru Unsri sendiri membuka hingga 19.000 kuota.
Pembagian 400 peserta perkali ujian di Palembang, dan 500 peserta perkali ujian untuk Indralaya. Anis berharap tingkat peserta seleksi akan menembus target.
"Kalau bisa sebelum penutupan tembus lagi target peserta untuk masuk Unsri. Harapannya bagi yang akan mengikuti tes, seriuslah belajar,"
"Karena masuk perguruan tinggi itu bukan hal main-main. Matang-matanglah belajar mulai dari sekarang, hingga Juni nanti."
"Apalagi unsri beberapa tahun terakhir ini, mahasiswanya mayoritas tamat tepat di 8 semester, dan menurunnya mahasiswa tertahan, menjadikan Unsri gencar menerima mahasiswa baru," ujarnya.
Bukan hanya terlihat lebih sederhana, sistem ini juga memberikan kesempatan peserta untuk tidak kehilangan umurnya diakibatkan ketidak lulusan karena memilih jurusan yang tidak sesuai kemampuan.
"Banyak kan yang ikut tes misalnya, langsung memilih kedokteran. Dipaksakan tes, akhirnya tidak lulus. Lebih baik kita tau batas diri sampai dimana kemudian tinggal pilih yang kesempatannya besar untuk lulus,"tutupnya.