Kisah Perjalanan Misi AURI, Nekat Tembus Blokade Belanda Hingga Mengkibuli Otoritas Filipina

Sebelum Belanda melakukan Agresi Militer 1 nya ke Republik Indonesia pada 21 Juli 1947, mereka sudah melakukan ancang-ancang.

Tribunnews
RI-002 yang sekarang sudah jadi monumen. 

Justru para awak pesawat was-was lantaran callsign 'RI' belum diakui dunia penerbangan internasional lantaran Indonesia saat itu juga belum diakui keberadaannya di dunia.

Untung pesawat dapat mendarat mulus di bandara Makati, Fliipina, Juni 1947.

Baru saat di darat masalah lain muncul.

Otoritas Filipina kemudian memanggil Bob Freeberg karena ia terbang menggunakan pesawat 'asing' yang belum diakui secara internasional.

Bob dicecar pertanyaan mengenai kelengkapan dan izin penerbangannya.

 

Hingga satu pertanyaan yang membuatnya bingung tak bisa menjawab ketika Bob ditanyai siapa co-pilotnya.

Sesuai aturan penerbangan internasional bahwasanya sebuah pesawat harus ada pilot dan co pilotnya.

Jelas saja tak ada co-pilotnya! lha wong dia sendiri yang menyetiri pesawat, pikir Bob.

Dalam kebingungan, pimpinan misi Petit Muharto langsung 'ngacung' jika dirinyalah co pilot pesawat.

Hal ini membuat otoritas Filipina tak langsung percaya, mereka kemudian menanyai dan menyuruh Muharto menunjukkan identitasnya sebagai penerbang.

Sekarang giliran Muharto yang bingung, bisa runyam jika ia ketahuan bohong dan misi gagal.

Muharto hanya bisa melakukan satu hal, yakni menunjukkan kartu anggota AURI miliknya.

Untung otoritas Filipina tak paham bahasa Indonesia, lantaran di kartu anggota AURI tertulis 'Muharto, Opsir Udara III' dan mereka percaya saja jika Muharto seorang penerbang!

Usai mengkibuli otoritas Filipina itu Muharto dkk langsung mencari pembeli rempah Kina yang mereka bawa.

Misi itu juga mendapat tuntutan Konjen Belanda agar tak ada yang mau membeli Kina Indonesia tersebut.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved