Topan Jebi Berkekuatan 216 kilometer, Telan Korban Sedikit, Warga Indonesia Beberkan Antisipasinya
Topan badai melanda Jepang dalam kurun waktu 25 tahun terakhir. Topan ini membawa angin dengan kecepatan 216 kilometer per jam disertai hujan lebat
Sekitar 3.000 orang berada di bandara semalam.
Bagian dari landasan pacu bandara dan ruang bawah tanah diredam banjir, setelah gelombang tinggi dan badai mencapai fasilitas bandara.
Pada Rabu (5/9/2018) pagi, sebuah layanan kapal dikerahkan untuk mengangkut orang-orang dari bandara ke Kobe.
Namun belum ada indikasi kemungkinan bandara yang melayani lebih dari 400 penerbangan dalam sehari itu akan dibuka kembali.
"Kami mengalami pemadaman listrik sehingga tidak ada AC sehingga panas," kata seorang perempuan kepada stasiun televisi NHK.
"Saya tidak pernah menduga tingkat kerusakan seperti ini akibat topan," imbuhnya.
Sementara itu, ratusan orang lainnya dilaporkan terluka akibat terkena puing-puing.
Perintah evakuasi kepada 1,22 juta orang pada Rabu pagi.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mendesak masyarakat segera dievakuasi lebih awal.
"Saya mendesak masyarakat Jepang untuk mengambil tindakan untuk melindungi nyawa kalian, termasuk dievakuasi segera," ucapnya.
Meski kerap negaranya dilanda bencana, baik gempa, tornado, angin topan sampai tsunami. Warga Jepang ternyata sudah mempersiapkan untuk menyelamatkan diri.
Peran pemerintah juga menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan warganya terhadap bencana tersebut.
Seperti dikutip dari Kompasiana.com, dari seorang penulis bernama Hairi Cipta, dimaa pada tulisan yang dimuat pada 23 Desember 2017.
Dimana pada awal tulisan Hairi, beberapa waktu yang lalu, Indonesia berduka atas banyaknya bencana alam yang terjadi di beberapa daerah, mulai dari gunung meletus, angin siklon tropis, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Semoga kondisi bisa kembali normal seperti sedia kala. Teruntuk korban yang kehilangan sanak saudaranya semoga diberikan kesabaran dan ketabahan.
Saya teringat sebuah pengalaman unik tahun lalu, ketika baru sekitar satu bulan berada di Jepang. Saat itu, saya dan rekan-rekan mahasiswa lain sedang menyimak perkuliahan.
