Tak Banyak yang Tahu, Fakta Ini Ungkap Perlakuan Pemerintah Kepada Soekarno & Soeharto,Ternyata
Sepuluh tahun lalu, rakyat Indonesia berduka atas meninggalnya Presiden Ke-2 RI, Soeharto. Soeharto meninggal dunia 27 Januari 2008
Bandingkan dengan Soeharto yang mendapat perwatan khusus dari 25 dokter spesialis dari sejumlah detal displin organ tubuh. Hampir setiap hari, sejak dirawat di RSPP, 4 Januari 2008. setiap pukul 10.30 WIB, digelar jumpa pers khusus, soal updating kesehatan Soeharto selama seharian.
Dua kali, Presiden SBY datang khusus menjenguk Soeharto dari 16 kali Pak Harto dirawat di RSPP. Bahkan Wapres Jusuf Kalla, bersama istri dalam tempo dua pekan, dua kali datang menjenguk.
SBY mempercepat lawatan resminya di Kualalumpur, 13 Januari 2018, dan pulang lebih awal saat Soeharto dikabarkan sakit parah ke Indonesia.
Minggu (27/1) kemarin, dia membatalkan kunjungan resminya ke Denpasar Bali, guna menghadiri konferensi internasional antikorupsi, dan berjanji menjadi inspektur upacara pemakaman Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, siang harinya.
Ini berbeda perlakuan Soeharto ke Soekarno, pendahulunya.
Soeharto datang ke RSPAD hanya untuk melihat kondisi jenazah Soekarno. Orang kuat Orde Baru itu kembali datang ke Wisma Yaso, kediaman Soekarno saat jenazah Bung Krno hendak diterbangkan ke Blitar melalui Malang, Jawa Timur.
Di Blitar, upacara pemakaman Soekarno dilaksanakan dengan sederhana dan singkat dipimpin Jenderal M. Panggabean, panglima TNI Saat itu “Rasa-rasanya, hari itu begitu mencekam. Kami hanya menurut saja saat pemerintah memakamkan Bung Karno di Blitar. Bukan sesuai permintaannya di Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat,” kata Rachmawati, kepada sebuah media nasional.
Memang ada bendera setengah tiang di seluruh tanah air. Tapi karena waktu itu Soeharto masih mengkonsolidasikan TNI dan pemerintah untuk membabat habis “cleansing” antek-antek PKI. Indonesia memang mencekam saat itu.

Indonesia memang berkabung saat Bung Karno wafat. Tapi, tak semua orang bebas datang ke kubur Bung Karno.
Negara juga memberikan biaya perawatan penuh kepada Soeharto. Selama 16 kali perawatan di RSSP, ongkosnya semua ditanggung pemerintah. Ini pernah ditegaskan Mensesneg Hatta Radjasa di hari ke-12 dari 23 hari Soeharto dirawat.
Sekadar pengetahuan saja, tahun 2003, tarif VIP RSPP Rp 350 ribu semalam. Untuk VVIP di Ruang Cenderwasih, biaya perwatannya bisa mencapai Rp 500 ribu semalam. Tahun 2003, Keluarga Cendana, seperti dilansir The Djakarta Post, mengklaim biaya perobatan Soeharto per bulan sebesar Rp 100 juta.
Kalau Soeharto mendapat perawatan supermaksimal dengan pentauan menit permenit, maka Bung Karno mendapat perawatan minimal pada hari-hari terakhir menjalani opname di rumah sakit milik TNI-AD itu.
Kondisi ginjal salah satu proklamator RI waktu itu sudah sangat parah, kankernya sudah stadium empat.
“Tapi, tak ada perawatan maksimal. Alat hemodialisis (cuci darah) untuk pengidap gagal ginjal pun tak diberi,” kenang wanita bernama lengkap Diah Pramana Rachmawati Soekarno yang menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden SBY saat itu.
Asupan makan untuk Soekarno juga disebut pemimpin besar revolusi itu digambarkan Rachmawati dengan seadanya. “Bapak didiagnosis mengidap darah tinggi, tapi menu makananannya terasa asin,” kata Rachmawati dan menegaskan dia tak dendam.
Soeharto memang tokoh. Dalam catatan Tribun-timur.com, dia mungkin termasuk tokoh dengan bintang pernghargaan terbanyak di Indonesia. Ada 56 penghargaan dalam dan luar negeri untuknya. Ini termasuk gelar Bapak Pembangunan dan Jenderal Besar.